Share

Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran
Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran
Author: Adaha Kena

bab 1

Author: Adaha Kena
last update Last Updated: 2022-12-13 12:37:42

Dalam keadaan di mana malam tidak bisa membuatnya berpikir tentang arah tujuan. Seorang gadis berlari secepat yang dia bisa seolah dikejar kematian. Dia hanya terus maju tanpa arah menembus semak belukar dan ranting pepohonan. Sebagai seorang putri yang tidak pernah mengenal luasnya bumi serta tingginya langit. Dia tidak sadar langkahnya telah membawanya jauh masuk ke dalam hutan.

"Argghhh!"

Dia terpental ke tanah setelah menabrak dahan pohon yang cukup kokoh. Pandangannya menangkap langit malam yang tidak bisa menampakkan apa-apa selain kegelapan.

"A-Ayah ... "

Sambil memegangi dadanya yang berdarah, gadis itu mencoba menstabilkan napas yang naik turun. Rasa perih terasa amat menyakitkan di tubuhnya yang lelah dan luka-luka.

Aku tidak boleh mati di sini. Orang-orang biadab itu harus membayarnya!

Membayangkan kembali apa yang terjadi pada keluarganya. Kebencian yang murni menjalar ke seluruh tubuh gadis tersebut. Dia berusaha mendapatkan pijakannya kembali. Dengan langkah yang putus-putus ia berharap dapat mencapai tempat yang lebih aman.

Cukup lama kesusahan menjejakkan kaki, sampailah gadis itu di depan sebuah gua yang memancarkan cahaya. Awalnya ia cukup takut untuk mendekat, tapi penasaran yang kuat menelan ketakutannya.

Semakin mendekat ke sana dingin semakin menusuk tulang. Arah cahaya yang menyilaukan membuatnya menyipitkan mata. Mencari sesuatu yang meredup serta kemudian dikepung gelap.

"A ... aku tidak ingin mati," gumamnya lemah sebelum akhirnya tidak sadarkan diri.

***

Suara air yang menetes terdengar menenangkan. Kelopak mata gadis itu akhirnya mau memperkenalkannya pada dunia. Entah benar seperti yang dia lihat, atau hanya sebatas halusinasi saja, seorang lelaki tampan tanpa mengenakan pakaian mengisi penuh pandangannya.

"Kau siapa?"

Lelaki itu mengerutkan dahi dan menunjuk dirinya sendiri. "Aku? Aku seorang dewa," ungkapnya.

Gadis itu memandangi orang yang mengaku dewa tersebut lebih intens. Rambutnya yang panjang dan tubuhnya yang atletis sungguh memanjakan mata. Penampilannya memang menggambarkan sebuah kesempurnaan.

"Apa dewa memang tidak mempunyai uang untuk membeli pakaian? Dan yang lebih penting di mana ayah serta keluargaku yang lain?"

Lelaki tersebut mengedarkan pandang ke sekitar. Dia memeriksa apakah ada seseorang selain gadis di depannya. Setelah dirasa tidak ada, dia kembali memandangi gadis itu.

"Ayahmu? Apa dia di sini juga? Aku tidak melihatnya dari tadi," jelasnya lagi.

"Apa kamu seorang dewa yang suka bercanda? Aku sudah mati, kan? jadi harusnya kamu mempertemukan aku dengan keluargaku."

Gadis tersebut tidak habis pikir apakah petugas di akhirat benar-benar diperbolehkan memiliki sisi humor.

"Aku sangat yakin bahwa kamu belum mati. Apa kamu mayat hidup yang bisa berbicara?"

Gadis itu mengangkat tangannya. Walaupun ada noda darah di pakaian yang ia kenakan. Tapi luka yang sebelumnya terasa sangat perih sembuh tanpa bekas.

"Lihatlah! Semua lukaku sembuh. Aku pernah mendengar bahwa di akhirat orang-orang tidak memiliki luka. Mereka juga tidak mengenakan pakaian, dan sekarang kau tidak mengenakannya," ujar gadis itu memberikan pengetahuan tentang akhirat.

"Begitu, ya? Aku belum pernah ke akhirat. Jadi aku tidak yakin apakah itu benar."

"Kau ini dewa apa? Bagaimana bisa dewa tidak pernah ke sana? Berhentilah membuat humor dan cepat bawa aku ke keluargaku!"

Gadis itu menjadi jengkel, dia masih terbaring di tempat yang sangat dingin. Tubuhnya memang sepenuhnya sembuh tapi dia sama sekali tidak memiliki tenaga untuk bergerak.

"Aku benar-benar belum pernah ke sana. Aku bahkan tidak tahu siapa kamu. Bagaimana bisa aku tahu ayahmu dan mengantarkan kamu ke tempatnya. Jadi, aku bingung harus bagaimana," kata lelaki itu berusaha meyakinkan.

Gadis di depannya masih tidak terlihat percaya. Dia perlu metode lain untuk meyakinkan ia masih berada di bumi. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Setelah berpikir sejenak lelaki tersebut memiliki ide.

TUK!

"Aawhhh!"

Gadis itu memegangi dahinya sambil meringis. Warna merah terlihat jelas di kulit putihnya. Dia hampir saja menangis.

"Kenapa kau menyentilku? Ini sangat sakit."

"Ini diperlukan ... kau tahu? di akhirat kamu tidak lagi menemukan rasa sakit."

Gadis itu mengangguk dan melayangkan tatapan kesal. Setengah sadar dia menyoroti laki-laki yang telanjang tersebut.

"Tunggu! kalau ini bukan akhirat kenapa kamu tidak menggunakan pakaianmu?!" teriaknya panik seolah sadar akan sesuatu.

Walaupun bisa menggunakan tangannya, gadis tersebut tetap saja tidak bisa berbuat apa-apa terhadap tubuhnya yang sulit digerakkan. Bahkan jika dalam keadaan normal, seorang perempuan tidak bisa mengalahkan kekuatan fisik seorang laki-laki. Ketakutan berangsur-angsur menjalar di pikirannya.

"Menurutmu aku sedang apa?" Lelaki itu sedikit menggoda.

"Kalau kamu berani macam-macam. Aku akan membunuhmu sepuluh kali. Tidak! akau akan bunuh kau ratusan bahkan ribuan kali!"

Lelaki tersebut tersenyum memperhatikan reaksi aneh gadis di depannya. "Tenanglah! Aku hanya akan menyentuhmu jika sudah mendapatkan izin. Aku sudah mengatakan bahwa aku seorang dewa. Aku baru saja terlahir kembali. Jadi aku tidak mengenakan pakaian."

"Bagaimana aku harus mempercayai pernyataan konyol itu? Kau pasti berbohong! Obat apa yang kamu masukan ke tubuhku? Apa yang akan terjadi jika aku tidak bangun?"

"Tentu saja kamu akan mengandung anakku."

"Heh!" Gadis yang tidak percaya dengan jawaban lelaki itu melayangkan sorot tajam. "Kau ingin mati?!"

"Kali ini aku juga bercanda. Aku sama sekali tidak memberimu obat. Pakaian saja aku tidak punya, apalagi hal-hal semacam itu. Kamu berbaring di balok es yang menyerap energi kehidupan. Tentu saja tubuhmu sangat sulit untuk digerakkan."

"Apa kamu mengatakan kebenaran?" Mata gadis itu menyipit.

Lelaki itu memberikan ekspresi santai. "Aku tidak berbohong. Jadi bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Aku mendapat izin menyentuhmu atau tidak?"

"Tentu saja tidak!" tegasnya dengan kesal. "Aku akan membunuhmu kalau itu terjadi!"

Walaupun lelaki di depannya sangat tampan, dia tidak akan mau melakukan hal yang tidak senonoh. Apalagi ia baru saja menginjak umur 16 tahun. Hal semacam itu masih tabu dalam hidupnya.

"Jangan tersenyum!" teriaknya kesal.

Lelaki tersebut segera menghapus ekspresinya dan bertanya, "Nah, siapa namamu?"

"Tanya."

"Nama yang bagus." Lelaki tersebut menengok sebentar ke luar gua. Lalu mengalihkan padangan lagi menatap Tanya intens.

"Aku akan pergi sebentar untuk memastikan sesuatu. jadi, jangan keluar dan tetaplah di sini!" pintanya memperingkatkan.

"Tunggu!" Saat laki-laki tersebut hendak pergi, langkahnya dihentikan oleh suara Tanya.

"Ada apa?"

"Bagaimana jika hewan buas datang?"

"Mereka tidak akan berani ke sini. Tenang saja, aku hanya sebentar dan akan secepatnya kembali."

"Aku akan membunuhmu jika tidak tepat janji."

"Baiklah. Aku pergi."

Setelah laki-laki tersebut pergi Tanya mencoba beringsut. Dia benar-benar berada di atas balok es besar. Beberapa es lain baik yang menempel di atas gua ataupun yang berada di dasar, berangsur-angsur mencair. Tanya lalu memeriksa kondisi tubuhnya, dia mendapati banyak robekan di gaun biru muda yang dia pakai. Pakaian tersebut sudah tidak layak karena salah satu robekan membuat dadanya tampak.

"Apa dewa mesum itu melihat dadaku tadi? Ah, mustahil menemukan pakaian di hutan ini. Bagaimana aku harus mencarinya," gerutu Tanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (3)
goodnovel comment avatar
Siti Aziah
wow..permulaan aja udah menarik
goodnovel comment avatar
Adaha Kena
makasih, Kak.
goodnovel comment avatar
Goes Tri
suka banget ceritanya
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   Tamat

    13 tahun kemudianDi sebuah apartemen bertingkat. Seorang wanita bercelemek abu-abu meniyicipi makanan di wajan. Dia tersenyum ketika makanan itu dirasa enak untuk dihidangkan sebagai menu sarapan. Kemudian, gadis kecil berusia kisaran 5 tahun keluar dari kamar mandi. Tanpa sehelai benang dia berjalan mengetuk kamar kakaknya. "Kak Ares! Giliran Kakak!" teriaknya. Tanya jadi menghela napas melihat anak perempuannya. Bagaimana bisa dia berkeliaran tanpa mengenakan handuk selepas mandi. Apa tubuhnya kebal akan rasa dingin? "Aaron!" Tanya berteriak, pagi-pagi begini dia sudah kewalahan menghadapi dua buah hati mereka sendirian. "Alice, keringkan badanmu lalu kenalan pakaianmu. Habis itu panggil papamu," pintanya. Gadis kecil itu menangguk. Setelah keluar dari kamarnya, dia memang mengenakan seragam tk-nya namun belum dikancing. Di tangannya menenteng rumpi biru ketika menuju kamar ayahnya. Ketika kembali, gadis itu sudah rapi dengan dasi dan pita di kepala. Di sampingnya ada seseorang

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 144

    Flashback ... setelah pertempuran di markas pembunuh ....Cotan mengatakan, jika Aaron ingin mengetahui siapa identitas dirinya, maka dia harus bertanya kepada Ares. Setelah menyelesaikan pertarungan dengan pimpinan pembunuh Aaron benar-benar menanyakan perihal tersebut. Dia bertanya siapa sebenarnya Ares dan apakah dia mengetahui sesuatu tentang apa itu Silva. "Akan aku jelaskan secara sederhana. Sepuluh klan saat ini adalah keluarga bangsawan seribu tahun lalu. Kau seorang Silva, seorang yang seharusnya bertakhta sebagai Kaisar dan berhak memerintah mereka dan dunia.""Bagaimana aku harus mempercayai jawabanmu?" tanya Aaron."Aku tidak begitu peduli soal kepercayaanmu. Kau bertanya siapa dirimu ... dan aku menjawabnya. Aku tidak memiliki bukti selain fakta kau mempunyai elemen api. Tentang siapa aku. Kalau jawabannya aku adalah leluhurmu. Apa kau tidak akan percaya juga?""Sudah jelas, kan? Akan terlalu konyol jika kau mengaku sebagai leluhurku. Lagian elemenmu adalah es."Ares tert

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 143

    PoV Tanya QuinnBeberapa bulan setelah perang berlalu... Tiada siapapun yang dapat menghentikan waktu. Ia terus melukis takdir meski beberapa manusia sepertiku enggan mengizinkannya. Dunia yang damai telah tercipta selayaknya keinginan Ares setelah mengorbankan diri. Dan, aku aman serta tetap hidup seperti harapan Ares dan kedua orang tuaku. Tanpa sadar masa-masa bersama mereka kian menjauh setiap detiknya. Sebenarnya banyak hal baik yang terjadi setelah perang berakhir. Mulai dari senyum abadi Kalista usai pernikahannya dengan Gilbert, invasi hutan yang lebih mudah, Imelda yang menemukan cintanya, hingga hal-hal kecil lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu. Aku sama sekali tidak membenci keadaan ini, sungguh. Senyum setiap orang semakin mudah diciptakan dan itu juga membuatku senang. Tidak ada lagi hal mengkhawatirkan yang mungkin dapat menyebabkan senyum mereka hilang. Manusia benar-benar berada di puncak kelegaan. Namun, sepertinya ada yang kurang dalam diriku. Ketakutan yang

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 142

    Pertarungan dasyat di belakang bukit berhenti menggetarkan medan perang. Monster abnormal yang sebelumnya mengarah ke kota Seal berhamburan ke sembarang arah. Sedangkan monster yang dapat berubah wujud sudah dikalahkan semua. Itu semua berkat strategi Gilbert yang luar biasa. Gilbert menghela napas legas karena Ares, Tanya, dan Aaron telah berhasil mengalahkan ratu monster. Dengan begitu perang telah usai, monster yang kehilangan pemimpin mereka kehilangan persatuan mereka. Terutama monster abnormal yang tidak dapat berpikir. "Istirahat!" tegas Kalista pada Gilbert yang berusaha tidak goyah. "Aku ingin tidur," jawab Gilbert memeluk Kalista. Membuat gadis itu menahan senyum. "Tidurlah, aku akan menjagamu."Kemudian beberapa pemimpin klan berkumpul. Di antaranya ada Alex Kairi dan Jivalov Finley. Kalista agak canggung dengan keadaan dirinya dan Gilbert. Apalagi setelah Aiden Quinn menghampiri. "Apa ada hal buruk yang terjadi pada Gilbert?" tanya Aiden Quinn. Kalista sedikit menund

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 141

    Wajah Ares sama persis seperti Robert ketika meninggal Tanya di bibir hutan malapetaka. Tanya merasa hatinya sangat tidak enak terasa, tetapi dia sudah mencapai batas. Tidak mungkin baginya untuk berusaha mengejar Ares yang kembali melanjutkan pertarungan. Pandangannya kian memudar dan dia merasa tidak akan bertahan di langit. "A—aron? Kau tidak apa-apa?" Tanya bertanya dengan wajah yang khawatir namun lemah. Kepala Aaron dialiri banyak darah. Sorot matanya redup tetapi senyum menampik kelegaan. Dia memeluk Tanya, sayap di punggungnya tidak lagi dapat dipertahankan. Sama seperti Tanya, remaja tersebut sudah mencapai batasnya. Kemudian dia memposisikan tubuhnya di bawah Tanya ketika mereka jatuh. Saat membentur tanah. Aaron sepenuhnya kehilangan kesadaran karena benturan yang keras. Tetapi dia sempat tersenyum karena berhasil melindungi Tanya yang berada di pelukannya saat jatuh. Untuk terakhir kali, dia senang berada di samping gadis itu. "Dia melindungiku?" Tanya berusaha mencapa

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 140

    "Seni api, Inferno Dragon!" seru Aaron. Naga lava api putih berkaki empat dengan sayap membentang mengejar Akira. Menyemburkan api sepanjang pergerakan yang menghanguskan semua target. Dari awan turun air bertekanan besar, memotong sayap naga tersebut hingga jatuh. Domain Tanya muncul di ujung perpindahan Akira dan menurunkan petir hitam. Akira terbang lebih tinggi setelah terkena serangan itu, namun tubuhnya dapat kembali pulih. Aaron menyerang bersamaan dengan Tanya. Pertarungan tiga orang di langit layaknya meteor berekor. Dua di antaranya sedangan mengapit satu target.Domain Tanya mengurangi kecepatan musuh sekaligus menambah kecepatannya. Sulit dipercaya Akira tetap bergerak lebih cepat dalam keadaan tersebut. Tanya menggertakkan gigi sebab beberapa moment dia masih bergantung pada perlindungan Aaron. Pedang Tanya mengeluarkan cahaya hijau yang menjalar-jalar. Akira memotong serangan Tanya yang datang dengan gerakan memutar. Ketika Aaron hendak melayangkan tebasan tiba-tiba,

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 139

    Ares yang berada sedikit di depan Aaron lebih dulu menahan gempuran serangan Akira. Lelaki itu berhasil dijatuhkan ke kabut dingin yang ada di bawah setelah beradu pukulan hebat. Kemudian Akira sadar akan pedang yang dipegang gadis di punggung Aaron, tatapannya yang dingin berubah kebencian, ia beralih menargetkan mereka. Tanya telah memasang domain ke dua untuknya dan Aaron. Kondisi sempurna serta matang itu tetap saja terasa menyulitkan. Aaron berhasil menghindari tebasan pedang beraliran petir hitam. Akan tetapi gagal menyadari pukulan telak yang menyusul kemudian. Dia tidak akan sempat untuk menggerakkan tubuh dari pukulan yang mengarah pada gadis di punggungnya.Untungnya Ares yang kembali datang dari dalam kabut cekatan mengambil pukulan itu menggunakan beberapa gerakan tubuh. Menyelamatkan Tanya sekaligus membuat Akira sepuluh langkah menjauh dari mereka. Ares lanjut menyerang dengan kekuatan serta kecepatan yang ditingkatkan. Mereka terbang ke sana kemari dengan ketinggian y

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 138

    "I—itu?" Wajah Tanya serius melihat gumpalan kegelapan yang memakan banyak ruang di langit. "Aku merasakan Gilbert serta para tetua ada di dalamnya. Apa mereka bisa mengatasi ini?" lanjutnya. Aiden Quinn langsung khawatir setelah mendengar ucapan cucunya. Ketika sampai di garis paling depan mereka sudah disambangi oleh keadaan tidak mengenakan itu. Apalagi di berbagai sudut perbukitan banyak ledakan akibat pertempuran. Dan dari jalan utama menuju keluarga cabang terus keluar monster abnormal. "Cara bertarung mereka tidak buruk. Masing-masing melawan satu monster kuat. Kemenangan harusnya masih bisa dimiliki manusia," jawab Aaron. "Kau benar. Mereka pasti tidak apa-apa." Walaupun itu adalah kalimat kepercayaan atas semuanya. Tanya menyadari kalau kakeknya masih khawatir.Gumpalan kegelapan tampak bereaksi. Ledakan udara memundurkan mereka bertiga. Kemudian bola lava api biru melobangi gumpalan kegelapan itu dan jatuh ke tengah-tengah ribuan monster di pintu masuk celah bukit ke kelu

  • Pengawalku Ternyata Seorang Dewa kehancuran   bab 137

    Gilbert selalu bergantung pada kemampuan domain dan ragam gerakan efisien ketika bertarung. Belum pernah memikirkan seberapa banyak takaran energi yang bisa dimasukan ke tubuh fisik. Padahal, energi yang masuk ke tubuh fisik berpengaruh terhadap kecepatan dan ketahanan tubuh seseorang. Pertarungan melawan Hiden membuat ia sadar betapa pentingnya aspek itu untuk menjadi tak terkalahkan. Apalagi setelah Ares menjelaskan kalau kekuatan utama monster adalah regenerasi super dan ketahanan tubuh. Oleh karena itu, selagi persiapan perang Gilbert terus menyempatkan diri berlatih memasukan energi roh ke tubuh fisik. Hasil latihan itu langsung dia terapkan ke pertarungan tadi. Kemenangan pasti sulit dilihat jika saja perang dimulai sebelum pengalamannya melawan Hiden. Dia dapat dikatakan sudah menutup lubang kelemahan di gaya bertarungnya yang sekarang. Mezaluna tidak main-main dengan perkataannya yang meminta Gilbert berhati-hati. Elemen kegelapan layaknya badai darinya menyebarkan suasana

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status