Adi membelalakkan matanya ketika teman-temannya mengatakan kalau air yang diberikan oleh Martis ada racunnya.
"I-itu..., itu..., A-aku...," ucap Adi bingung."Hey, tenang saja. Aku tidak sepicik kalian," jawab Martis."Sialan kau! Aku akan membuatmu babak belur lagi hari ini!" teriak Jajat. Kemudian Jajat kembali akan menyerang Martis.Namun yang terjadi, Martis lah yang melesat dengan cepat ke arah Jajat. Dan Martis memukul bagian dada Jajat.Bugh!Bam!"Argh...!" teriak Jajat. Tubuh Jajat pun terpental dan menghantam tembok pagar yang ada di gang itu."Selanjutnya kalian," ujar Martis.Pergerakan Martis sangatlah cepat.Bugh!Bugh!Bugh!Martis melakukan hal yang sama kepada Adi, Didit, dan juga Febri. Tubuh mereka bertiga terpental dan menghantam tembok pagar."Ke-kenapa dia bisa melakukan ini?" tanya Jajat. Jajat memegangi dadanya yang terasa sesak.Kemudian keempat orang itu mencoba bangkit. Namun sebelum bangkit, lagi-lagi dengan sangat cepat Martis bergerak menyerang mereka.Bugh!Bugh!Bugh!Bugh!Kali ini Martis memukul wajah mereka masing-masing. Setelah itu, Martis melemparkan tubuh mereka berempat sehingga menumpuk di tengah jalan gang itu.Puk, puk, puk!Martis membersihkan tangannya seperti membersihkan debu.Tring!"Tugas dadakan belum selesai. Kalahkan satu anak nakal lagi yang belum datang.""Oh iya, aku lupa. Masih ada Markus. Kalau begitu aku akan menunggunya di sini," gumam Martis."Hey, di mana Markus? Apakah dia takut menghadapiku?" tanya Martis. Martis duduk di atas tubuh mereka berempat yang sudah tertumpuk."Tunggu saja! Markus pasti akan menghajarmu sampai mampus! Cih!" ucap Adi."Hey, kalian! Ada apa ini? Apa yang terjadi?" teriak Markus. Ternyata Markus sudah berada di sana."Nah, kau muncul juga ternyata. Aku pikir kau lari ketakutan tadi, hehe," ucap Martis. Kemudian ia berdiri."Apa-apaan? Aku takut padamu? Jangan bermimpi kau!" jawab Markus.Markus melihat teman-temannya sudah babak belur."Apa kau yang melakukan ini pada mereka?" tanya Markus."Mau siapa lagi?" jawab Martis sambil menghendikkan kedua bahunya."Hey, kalian! Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Markus pada teman-temannya."Hati-hati Markus. Ada yang aneh dengan anak cacat itu hari ini," jawab Adi."Iya, itu benar," imbuh Jajat."Dasar kalian tidak berguna! Menghadapi cecunguk seperti ini saja tidak becus. Lihat aku!" ucap Markus.Markus langsung maju ke arah Martis dan memukulnya.Set, set, set!Namun Markus sangatlah terkejut!"Bagaimana bisa? Kenapa ia bisa menghindari pukulanku? Bukankah biasanya sangat mudah menghajar anak cacat ini?" gumam Markus.Set, set, set!Markus kembali menyerang Martis. Dan tentu saja hasilnya tetap sama seperti tadi."Markus, percuma. Kami sudah mencoba melakukan seperti itu tadi," ucap Adi."Benar. Bahkan kami sudah menyerangnya bersamaan tetap saja gagal," imbuh Jajat."Diamlah kalian! Jangan samakan aku dengan kalian yang lemah!" bantah Markus.Markus memang sangat angkuh. Ia menyombongkan kekuatan miliknya. Kalau dibandingkan keempat temannya itu, memang Markus lah yang terkuat."Hehehe," Martis kembali menyeringai."Kau meremehkanku! Baiklah!" teriak Markus.Dert..., dert..., dert...!Slash...!Boom!Ternyata Markus tanpa ragu menyerang Martis menggunakan kekuatan petir miliknya."Mati saja kau!" ucap Markus yang sangat percaya diri. Markus sangat yakin kalau serangan petirnya itu mengenai Martis."Apakah berhasil?" tanya Adi."Entahlah," jawab Didit."Lihat!" seru Febri.Mereka akhirnya bisa melihat dengan jelas setelah asap yang menyelubungi menghilang."Ka-kau! Si-sialan kau!" teriak Markus."Apa hanya segitu saja kekuatanmu? Aku rasa kau tidak berbeda dengan teman-temanmu itu. Ternyata kau sangat lah lemah!" ucap Martis.Martis bergerak ke arah Markus dan tanpa ragu langsung memukul tubuh Markus.Bugh!Namun Markus bisa menahan serangan itu."Kau pikir tubuhku lemah?" tanya Markus."Oh jadi kau memiliki perisai pertahan. Baiklah, akan aku coba seberapa kuat perisaimu ini," ucap Martis.Bugh!Bugh!Bugh!Bam!Boom!Bugh!Bugh!Bugh!Boom!Martis terus memukul tubuh Markus bertubi-tubi!Markus terus menyilangkan kedua tangannya guna menahan serangan Martis."Hiyat...! Rasakan ini...!" terak Martis.Martis menambah kekuatan pukulannya. Dan pukulan-pukulan itu juga bertambah cepat.Bugh!Bugh!Bugh!Krak, krak, krak...!Tring...!Boom!Akhirnya perisai pertahanan milik Markus hancur dan beberapa pukulan telak berhasil mengenai tubuh Markus. Dada, perut, bahkan hingga wajah Markus semuanya terkena pukulan bertubi-tubi milik Martis. Dan tubuh Markus terpental puluhan meter. Ketika tubuh Markus berhenti karena menghantam tembok, Markus memuntahkan darah. Bahkan Markus merasakan tulang punggungnya ada yang patah ketika menghantam tembok itu dengan sangat kuat!"Argh...!" ucap Markus kesakitan."Markus...!" teriak teman-temannya serempak.Tring!"Selamat! Tugas dadakan telah selesai. Martis telah mengalahkan anak-anak nakal. Silahkan cek hadiahnya di bagian menu hadiah.""Eh...? Tidak ada kotak hadiah lagi?" gumam Martis.Kemudian Martis membuka menu hadiah pada sistem."Apa ini?" gumam Martis.Martis membaca keterangan hadiah. Di sana tertuliskan tentang beberapa peralatan.Martis menekan menu informasi perlengkapan."Satu set ramuan? Ramuan apa ini?"Pria itu berteriak sangat keras. Dan teriakannya itu disusul dengan terjadinya ledakan fluktuasi kekuatan dari dalam tubuhnya yang memancar ke area sekitarnya. Ledakan kekuatan itu menghasilkan tekanan yang sangat kuat. "Kekuatan macam apa ini?!" tanya Elnara seraya berusaha menahan tekanan yang ia rasakan. Namun sepertinya Elnara tak cukup kuat menahan tekanan yang di pancarkan oleh pria yang menjadi lawannya saat ini. Alhasil, beberapa detik kemudian kedua lutut Elnara menyentuh lantai. Saat melihat kejadian ini, Martis kemudian mendapat pemberitahuan dari sistemnya. Tring! "Sistem mendeteksi kekuatan kutukan! Harap Martis agar berhati-hati!" Martis lalu mengamati tubuh pria yang dilawan oleh Elnara tadi. 'Tubuh pria itu tiba-tiba dipenuhi dengan tato. Apakah tato itu adalah efek dari kekuatan kutukan seperti yang sistem katakan? Aku jadi penasaran, seberapa kuat kekuatan kutukan ini,' gumam Martis dalam hatinya. Tiba-tiba, pria tadi langsung melompat tepat ke hadapan El
Saat melihat keadaan rekan-rekannya yang sangat miris, hati Sang Komandan sangat hancur. "Tidak...!" Kedua kakinya lemas, ia meneteskan airmata saat melihat ternyata pasukan utusan Istana Peri yang pergi ke Desa Peri Kegelapan semuanya mati akibat tak tahan menahan siksaan keji yang dilakukan oleh Wenedy beserta warga desa lainnya. Martis mendekati Komandan itu, ia memegang bahunya. "Komandan, aku turut berduka cita atas rekan kita yang telah gugur. Aku berjanji, aku akan membalaskan perbuatan mereka seratus kali lipat!" Lalu Martis menoleh ke arah Elnara dan Aidit. "Elnara, Aidit, kalian berdua bersiaplah. Kalian maju serempak!" Elnara dan Aidit mengangguk, kemudian mereka melompat ke tengah-tengah lapangan. "Kalian sangat kejam!" seru Aidit mengacungkan tombaknya ke sekelilingnya. Kemudian terdengar sorakan dari semua warga desa di sana. Lalu ada satu orang Peri Kegelapan yang juga melompat ke tengah-tengah lapangan itu. "Hahaha...! Kalian berdua ternyata cukup bernyali juga
Dan saat mereka baru saja tiba di Desa Peri Kegelapan, mereka langsung disambut dengan serangan dari warga desa itu. "Pemanah! Tembak...!" Terdengar suara teriakan seorang pria memberi perintah untuk menembakkan panah api ke arah Martis dan yang lainnya. Ratusan anak panah menghujani Martis dan yang lainnya. Karena serangan ini dadakan, beberapa dari mereka ada yang terluka, bahkan ada yang meregang nyawa. "Kalian sangat kejam!" seru Sang Komandan dengan amarah memuncak saat melihat rekannya tewas tertusuk beberapa anak panah di depan matanya. Setelah ratusan anak panah itu selesai ditembakkan, keadaan sempat hening sejenak. Namun Martis memecahkan keheningan itu dengan melesat sangat cepat ke arah para pemanah yang ada di atas benteng tembok. Slash...! "Tusukan Api...!" Martis terus menusukkan tombaknya terus menerus, dan ia berhasil membunuh puluhan orang dalam sekali gerakan. "Kurang ajar?! Siapa orang itu?!" tanya seorang peri yang nampaknya adalah Pemimpin para pema
Komandan itu memberitahu pada Martis tentang kabar yang ia terima. "Ini buruk, Martis," ucapnya. "Sepertinya perjalanan kita menuju Istana Peri akan tertunda." "Memangnya ada apa, Komandan?" tanya Martis penasaran. "Lihatlah isi surat ini." Komandan itu menyerahkannya pada Martis. Lalu ia menjelaskan pada Martis lebih detail. Menurut penjelasan Komandan itu, Martis dapat menyimpulkan bahwa mereka harus membantu pasukan lain yang meminta bantuan. "Komandan, apakah jarak mereka dengan kita masih jauh?" tanya Martis. "Agak jauh, makanya kita harus bergegas. Kalau begitu ayo, kita pergi ke arah Wilayah Selatan." Karena tak mau membuang waktu, Komandan itu langsung mengubah arah perjalanan mereka. Rupanya, mereka menuju sebuah desa di wilayah bagian selatan. Di sana sedang terjadi kekacauan. Kekacauan itu disebabkan dengan ricuhnya saat mengadakan tes ujian Perekrutan. Sambil terus berjalan, Komandan menceritakan pada Martis tentang desa itu. Desa itu bernama desa Peri Kege
Martis lalu mengajak Komandan itu untuk agak menjauh. Lalu ia membisikkan pada Komandan itu. "Aku ingin Komandan berjanji tentang suatu hal padaku." Martis berhenti sejenak, lalu ia mengeluarkan sebotol ramuan dari sistemnya, namun ia berpura-pura seakan ramuan itu ia keluarkan dari tas kecil di pinggangnya. "Komandan lihat botol kecil ini. Ini adalah ramuan rahasia yang tak sengaja aku temukan ketika baru saja aku tiba di sini. Dan ramuan ini sangatlah mujarab. Aku ingin memberikan ramuan ini pada Muridku. Nah..., aku ingin, Komandan merahasiakan tentang hal ini." Komandan itu mengambil ramuan yang Martis tunjukkan. "Memangnya, semujarab apa ramuan ini, Martis?" tanya Sang Komandan penasaran. "Komandan lihat saja nanti. Tapi ingat, tolong rahasiakan hal ini. Dan juga, beritahu pada rekan kita yang lainnya." Komandan itu mengembalikan sebotol ramuan tadi pada Martis. "Baiklah, aku berjanji akan merahasiakan hal ini. Kalau begitu, ayo kita lihat apa yang bisa dilakukan oleh ramuan m
Hujan semakin deras, membasahi tubuh Martis yang tegap berdiri di hadapan anaconda yang terluka namun masih mengancam. Air hujan bercampur dengan darah Aidit yang telah dibawa menjauh oleh Elnara dan Komandan. Kegelapan malam dan kilatan petir sesekali menerangi pemandangan mengerikan itu. Anaconda itu kembali mendesis, matanya kini berubah menjadi hitam menyala dengan tatapan penuh amarah. Ia mencoba untuk bangkit, namun tubuhnya masih terasa sakit akibat ledakan tadi. Martis menarik napas dalam-dalam, tangannya mengepal. "Ini saatnya." Martis rupanya masih penasaran, ia menggunakan tombaknya lagi untuk menyerang tubuh anaconda itu. "Tusukan Api...!" teriaknya dengan mata melotot. Namun anaconda itu menggunakan ekornya untuk menyerang Martis. Martis dengan cepat mengeluarkan sebuah perisai dari sistemnya. "Kau pikir kau bisa mengalahkanku hanya dengan itu?" suara Martis terdengar lantang, meskipun terhalang oleh suara hujan. Sebuah cahaya biru samar mulai mengelilingi tubuh