Share

05. Babak belur

Adi membelalakkan matanya ketika teman-temannya mengatakan kalau air yang diberikan oleh Martis ada racunnya.

"I-itu..., itu..., A-aku...," ucap Adi bingung.

"Hey, tenang saja. Aku tidak sepicik kalian," jawab Martis.

"Sialan kau! Aku akan membuatmu babak belur lagi hari ini!" teriak Jajat. Kemudian Jajat kembali akan menyerang Martis.

Namun yang terjadi, Martis lah yang melesat dengan cepat ke arah Jajat. Dan Martis memukul bagian dada Jajat.

Bugh!

Bam!

"Argh...!" teriak Jajat. Tubuh Jajat pun terpental dan menghantam tembok pagar yang ada di gang itu.

"Selanjutnya kalian," ujar Martis.

Pergerakan Martis sangatlah cepat.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Martis melakukan hal yang sama kepada Adi, Didit, dan juga Febri. Tubuh mereka bertiga terpental dan menghantam tembok pagar.

"Ke-kenapa dia bisa melakukan ini?" tanya Jajat. Jajat memegangi dadanya yang terasa sesak.

Kemudian keempat orang itu mencoba bangkit. Namun sebelum bangkit, lagi-lagi dengan sangat cepat Martis bergerak menyerang mereka.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Kali ini Martis memukul wajah mereka masing-masing. Setelah itu, Martis melemparkan tubuh mereka berempat sehingga menumpuk di tengah jalan gang itu.

Puk, puk, puk!

Martis membersihkan tangannya seperti membersihkan debu.

Tring!

"Tugas dadakan belum selesai. Kalahkan satu anak nakal lagi yang belum datang."

"Oh iya, aku lupa. Masih ada Markus. Kalau begitu aku akan menunggunya di sini," gumam Martis.

"Hey, di mana Markus? Apakah dia takut menghadapiku?" tanya Martis. Martis duduk di atas tubuh mereka berempat yang sudah tertumpuk.

"Tunggu saja! Markus pasti akan menghajarmu sampai mampus! Cih!" ucap Adi.

"Hey, kalian! Ada apa ini? Apa yang terjadi?" teriak Markus. Ternyata Markus sudah berada di sana.

"Nah, kau muncul juga ternyata. Aku pikir kau lari ketakutan tadi, hehe," ucap Martis. Kemudian ia berdiri.

"Apa-apaan? Aku takut padamu? Jangan bermimpi kau!" jawab Markus.

Markus melihat teman-temannya sudah babak belur.

"Apa kau yang melakukan ini pada mereka?" tanya Markus.

"Mau siapa lagi?" jawab Martis sambil menghendikkan kedua bahunya.

"Hey, kalian! Apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Markus pada teman-temannya.

"Hati-hati Markus. Ada yang aneh dengan anak cacat itu hari ini," jawab Adi.

"Iya, itu benar," imbuh Jajat.

"Dasar kalian tidak berguna! Menghadapi cecunguk seperti ini saja tidak becus. Lihat aku!" ucap Markus.

Markus langsung maju ke arah Martis dan memukulnya.

Set, set, set!

Namun Markus sangatlah terkejut!

"Bagaimana bisa? Kenapa ia bisa menghindari pukulanku? Bukankah biasanya sangat mudah menghajar anak cacat ini?" gumam Markus.

Set, set, set!

Markus kembali menyerang Martis. Dan tentu saja hasilnya tetap sama seperti tadi.

"Markus, percuma. Kami sudah mencoba melakukan seperti itu tadi," ucap Adi.

"Benar. Bahkan kami sudah menyerangnya bersamaan tetap saja gagal," imbuh Jajat.

"Diamlah kalian! Jangan samakan aku dengan kalian yang lemah!" bantah Markus.

Markus memang sangat angkuh. Ia menyombongkan kekuatan miliknya. Kalau dibandingkan keempat temannya itu, memang Markus lah yang terkuat.

"Hehehe," Martis kembali menyeringai.

"Kau meremehkanku! Baiklah!" teriak Markus.

Dert..., dert..., dert...!

Slash...!

Boom!

Ternyata Markus tanpa ragu menyerang Martis menggunakan kekuatan petir miliknya.

"Mati saja kau!" ucap Markus yang sangat percaya diri. Markus sangat yakin kalau serangan petirnya itu mengenai Martis.

"Apakah berhasil?" tanya Adi.

"Entahlah," jawab Didit.

"Lihat!" seru Febri.

Mereka akhirnya bisa melihat dengan jelas setelah asap yang menyelubungi menghilang.

"Ka-kau! Si-sialan kau!" teriak Markus.

"Apa hanya segitu saja kekuatanmu? Aku rasa kau tidak berbeda dengan teman-temanmu itu. Ternyata kau sangat lah lemah!" ucap Martis.

Martis bergerak ke arah Markus dan tanpa ragu langsung memukul tubuh Markus.

Bugh!

Namun Markus bisa menahan serangan itu.

"Kau pikir tubuhku lemah?" tanya Markus.

"Oh jadi kau memiliki perisai pertahan. Baiklah, akan aku coba seberapa kuat perisaimu ini," ucap Martis.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Bam!

Boom!

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Boom!

Martis terus memukul tubuh Markus bertubi-tubi!

Markus terus menyilangkan kedua tangannya guna menahan serangan Martis.

"Hiyat...! Rasakan ini...!" terak Martis.

Martis menambah kekuatan pukulannya. Dan pukulan-pukulan itu juga bertambah cepat.

Bugh!

Bugh!

Bugh!

Krak, krak, krak...!

Tring...!

Boom!

Akhirnya perisai pertahanan milik Markus hancur dan beberapa pukulan telak berhasil mengenai tubuh Markus. Dada, perut, bahkan hingga wajah Markus semuanya terkena pukulan bertubi-tubi milik Martis. Dan tubuh Markus terpental puluhan meter. Ketika tubuh Markus berhenti karena menghantam tembok, Markus memuntahkan darah. Bahkan Markus merasakan tulang punggungnya ada yang patah ketika menghantam tembok itu dengan sangat kuat!

"Argh...!" ucap Markus kesakitan.

"Markus...!" teriak teman-temannya serempak.

Tring!

"Selamat! Tugas dadakan telah selesai. Martis telah mengalahkan anak-anak nakal. Silahkan cek hadiahnya di bagian menu hadiah."

"Eh...? Tidak ada kotak hadiah lagi?" gumam Martis.

Kemudian Martis membuka menu hadiah pada sistem.

"Apa ini?" gumam Martis.

Martis membaca keterangan hadiah. Di sana tertuliskan tentang beberapa peralatan.

Martis menekan menu informasi perlengkapan.

"Satu set ramuan? Ramuan apa ini?"

Komen (13)
goodnovel comment avatar
Rendi OP
jangan lupa ikuti terus ya kak
goodnovel comment avatar
Wahyudi Hasbul
anak yang hebat
goodnovel comment avatar
Surianta Ginting
mantafff ceritanya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status