Semua yang hadir di ruang persidangan terkejut dengan sikap Elnara yang membela Martis. Terlebih lagi, yang membuat mereka lebih terkejut lagi saat sadar bahwa Elnara menyebut Martis adalah gurunya. "Elnara, apa yang baru saja kau katakan?! Jangan lancang! Dan lagi, sejak kapan Manusia ini menjadi Gurumu?!" ujar Tetua Pertama dengan nada cukup tinggi. "Menurut Tetua Pertama, apa coba yang baru saja aku katakan? Coba tebak?" Elnara nampaknya tidak takut untuk memprovokasi Tetua Pertama. "Elnara! Jangan mentang-mentang Kepala Suku sering membelamu, kau jadi berlaku kurang ajar! Akan aku beri pelajaran untukmu! Anak muda sudah berani melawan Tetua!" Tetua Pertama mengangkat tangan kanannya, ia bersiap ingin menampar wajah Elnara. "Sudahlah, kita bicarakan dulu dengan baik-baik." Dari arah belakang, untungnya ada Tetua Ketiga yang menahan tangan Tetua Pertama. "Edi...! Lepaskan tanganku! Jangan halangi aku!" teriak Tetua Pertama. "Eriadi, kenapa kau menjadi orang pemarah sekal
"Ada apa? Kenapa wajahmu sangat terkejut seperti itu?" tanya Martis. "Bagaimana aku tidak terkejut, kau mengatakan baru tadi malam melatih teknik ini, dan kau sudah bisa menguasai jurus Tapak Pertama." Elnara menghela nafasnya, ia benar-benar salut terhadap Martis. "Sudah, Jagan bahas tentang bagaimana aku berlatih. Sekarang, aku tanya lagi padamu, apakah kau yakin ingin memintaku melatihmu teknik ini?" "Iya, aku yakin," jawab Elnara dengan cepat. "Itu artinya..., kau akan menjadi muridku. Benar, tidak?" Martis sedikit menggoda Elnara. "Itu..., em..., ini...," Elnara bingung ingin berkata apa. Kemudian ia setuju jika memang harus menjadi murid Martis. "Baiklah, angkat aku menjadi muridmu, Suhu!" Elnara membungkukkan badannya dan memberi hormat pada Martis. "Eit, tunggu dulu. Memangnya, aku setuju mau jadi Gurumu?" "Bos Martis, aku rasa Elnara bukanlah orang jahat. Jadi, saranku terima saja dia sengaja Muridmu." Kali ini Edis ikut berbicara. "Baiklah, jika Edis berkata
Martis saling pandang dengan Edis, dia heran, ada apa dengan Gadis ini? Kenapa ia memberhentikan langkah mereka yang ingin kembali pulang. "Maaf Nona, ada apa, ya?" tanya Martis dengan sopan. Gadis itu ternyata mengulurkan tangannya. "Namaku adalah Elnara. Kalian Martis dan Edis, kan? Kemari, ayo ikut aku." Karena tidak merasa ada aura permusuhan dari Elnara, Martis dan Edis menurut untuk ikut dengannya. Ternyata, Elnara mengajak Martis dan Edis ke rumahnya. Dan setelah di rumahnya, ia langsung mengatakan ke intinya. "Kalian berdua pasti akan terlibat dalam masalah rumit nantinya. Apakah kalian tahu, siapa tiga pria yang tadi mengganggu kalian?" Martis dan Edis menggeleng dan mengangkat kedua bahu masing-masing. "Memangnya siapa mereka?" tanya Martis. "Salah satu dari mereka bertiga ada anak dari Tetua di Desa ini, dia yang tadi menyerang kalian. Dan mereka bertiga itu memang dikenal sangat nakal dan juga sombong. Dan tadi..., aku melihat semua kejadiannya dari awal. Mem
Karena merasa tidak enak hati telah mengganggu waktu istrahat Edis, Martis pun memutuskan untuk menghentikan latihannya dan berniat akan lanjut esok hari. Dan pada esok harinya, pada siang hari, Martis dan Edis memutuskan untuk berkeliling desa kecil yang saat ini mereka tinggali. Setelah cukup lama berkeliling, karena merasa lelah akibat sinar teriak matahari yang cukup menyengat, Martis dan Edis duduk di bawah sebatang pohon yang rindang untuk beristirahat sejenak sambil menikmati angin sepoi-sepoi di sana. Akan tetapi, saat Martis dan Edis duduk di bawah pohon itu, ternyata mereka dihampiri oleh tiga orang Peri muda. "Hey kalian berdua, bukankah kalian ini Tahanan yang sedang ramai dibicarakan? Kenapa kalian ada di sini? Pergi sana! Tempat ini adalah tempat kami biasa beristirahat!" Dari nada bicaranya, sepertinya mereka bertiga kurang bersahabat terhadap kehadiran Martis dan Edis. Meskipun Martis merasa kesal akan sikap mereka bertiga, namun ia menahan emosinya. Karena d
Tring!"Apakah Martis ingin mempelajari teknik Tombak Peri?"'Ya, aku ingin mempelajari teknik ini,' jawab Martis.Tring!"Untuk bisa menguasai teknik Tombak Peri, Martis harus mendapatkan Tombak Peri terlebih dahulu."'Wah, kalau begitu di mana aku bisa mendapatkannya? Apakah di menu toko sistem ada menjual barang seperti ini?'Tring!"Tidak, sistem tidak menjual Tombak Peri karena benda ini hanya bisa didapatkan di Alam Peri."'Jadi, bagaimana aku bisa mendapatkannya?'Padahal Martis sangat tertarik dengan teknik ini, namun sepertinya ia harus berusaha lebih untuk bisa benar-benar menguasai teknik ini. Sebab, teknik ini tidak bisa diaplikasikan oleh senjata tombak biasa karena tombak biasa tidak akan kuat menahan aura kekuatan teknik ini nantinya.'Baiklah sistem, mungkin aku tunda dulu teknik Tombak Peri ini. Bagaimana dengan teknik Tapak Suci Peri? Apakah aku bisa mempelajari teknik ini sekarang?'Tring!"Martis bisa mempelajari teknik Tapak Suci Peri, akan tetapi Martis harus bis
Martis terpaksa berbohong. Ia mengatakan kepada warga Desa yang menangkapnya bahwa mereka berdua tersesat. Mereka tak sangaja masuk ke dalam sebuah portal dimensi yang tiba-tiba terbuka."Tapi tunggu, kenapa Gadis ini memiliki aura Peri? Tapi dia bukanlah Peri.""Dia adalah keturunan Peri Iblis." Martis berkata jujur, karena ia pikir tidak akan bisa berbohong tentang hal ini.Kemudian kerumunan warga desa itu mulai ramai saling berbisik. Mereka ada sebagian yang takut pada Martis dan Edis, ada juga yang melontarkan tatapan kebencian, dan juga yang berpikir bijaksana merasa kasihan karena mereka sangat sial bisa terpental ke Alam mereka.Setelah itu, selesainya diintrogasi, Martis dan Edis dibawa ke kediaman Kepala Suku di desa itu untuk mendapatkan keputusan jelas tentang keberadaan mereka. Setelah ditimbang-timbang, akhirnya Kepala Suku desa itu terpaksa menahan Martis dan Edis. Mereka mengatakan akan berdiskusi lebih lanjut beberapa hari ke depan.Walaupun Martis dan Edis ditahan di