Share

38. Khawatir berakhir dengan dimarahi

Begitu tiba di rumah sakit dan sudah menghentikan mobilnya, Hana tidak bergegas turun. Dia merenung sambil membayangkan betapa indahnya dulu saat dirinya baru menikah dengan Arya.

Masa masa indah itu harus Hana hapus dengan penghianatan karena alasan yang tidak bisa diterima oleh Arya. Hana tiba-tiba mengulurkan tangannya meraba-raba perutnya.

"Apa aku benar benar mandul?" tanyanya lirih.

"Bagaimana kalau aku benar mandul dan tidak bisa memiliki anak nantinya?"

"Apa masih ada yang mau denganku?" tanya Hana ragu.

Senyum kecut Hana tunjukkan. Rasanya begitu miris jika dirinya benar didiagnosa tidak bisa mengandung. Karena jujur, Hana juga ingin menjadi seorang ibu.

Tapi lagi-lagi pikiran hanya pikiran. Hana menghela nafas panjang terdengar sangat kecewa. Pasrah kepada yang maha kuasa menjadi keperluan. Sekarang dia hanya perlu menunggu perceraiannya.

“Lebih baik aku menata kehidupan agar lebih baik. Dengan begitu Allah pasti akan memberiku jalan yang baik,” gumam Hana.

"Semangat Hana,"
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status