Beranda / Romansa / Penghangat Ranjang Majikanku / 13. Harga yang Harus Dibayar

Share

13. Harga yang Harus Dibayar

Penulis: Nhaya_Khania
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-11 09:00:45

Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Sore tadi, Kevin membawakan sebuah lingerie tipis yang harus dia gunakan untuk melayani Kevin malam ini.

Ana berdiri di depan cermin kamarnya. Rambutnya ia sisir pelan, meski dengan tangan gemetar. Seragam kerja sudah dia tanggalkan, diganti dengan lingerie berwarna putih tulang—bersih, polos, dan justru membuat tubuhnya terlihat lebih rapuh.

Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan singkat dari Kevin:

"Kamar tamu lantai dua. Sekarang."

Ana menarik napas panjang. Ia tahu ini bukan hanya soal sepuluh juta saja. Ini tentang harga dirinya. Tentang seluruh garis batas yang selama ini ia jaga.

“Maafkan aku, Ibu. Aku harus melakukan ini demi kesembuhanmu,” ucapnya dengan suara lirihnya.

Dia kemudian menarik napasnya dalam-dalam dan menatap dirinya sekali lagi di cermin di hadapannya.

“Pada akhirnya, ucapan Pak Kevin benar. Aku menyerah dan menyerahkan diriku padanya. Aku benar-benar

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Penghangat Ranjang Majikanku   13. Harga yang Harus Dibayar

    Waktu sudah menunjuk angka sepuluh malam. Sore tadi, Kevin membawakan sebuah lingerie tipis yang harus dia gunakan untuk melayani Kevin malam ini.Ana berdiri di depan cermin kamarnya. Rambutnya ia sisir pelan, meski dengan tangan gemetar. Seragam kerja sudah dia tanggalkan, diganti dengan lingerie berwarna putih tulang—bersih, polos, dan justru membuat tubuhnya terlihat lebih rapuh.Ponselnya berbunyi. Sebuah pesan singkat dari Kevin:"Kamar tamu lantai dua. Sekarang."Ana menarik napas panjang. Ia tahu ini bukan hanya soal sepuluh juta saja. Ini tentang harga dirinya. Tentang seluruh garis batas yang selama ini ia jaga.“Maafkan aku, Ibu. Aku harus melakukan ini demi kesembuhanmu,” ucapnya dengan suara lirihnya.Dia kemudian menarik napasnya dalam-dalam dan menatap dirinya sekali lagi di cermin di hadapannya.“Pada akhirnya, ucapan Pak Kevin benar. Aku menyerah dan menyerahkan diriku padanya. Aku benar-benar

  • Penghangat Ranjang Majikanku   12. Tidak ada Pilihan Lain

    Napas Ana berat ketika berdiri di depan pintu ruang kerja majikannya itu.Jujur saja, dia tidak ingin ke ruangan itu. Tidak ingin menatap wajah pria itu lagi setelah malam-malam penuh tekanan dan sindiran.Tapi, sudah tidak ada pilihan lain. Ia sudah mencoba segalanya. Semua kontak telah dia hubungi, tapi tidak ada yang mau meminjamkan padanya karena terlalu besar.Ana berhenti di depan pintu ruang kerja Kevin. Tangannya yang dingin terangkat dan mengetuk pelan dua kali.“Masuk,” terdengar suara pria dari dalam.Ana membuka pintu perlahan dan masuk. Kevin duduk di kursi kerja dengan kemeja santai dan celana panjang kain.Di meja kerjanya, sebuah laptop terbuka, namun perhatiannya langsung terarah pada Ana yang masuk dengan wajah pucat dan mata sembab.Ana berdiri beberapa langkah dari mejanya, menunduk. Tangannya meremas sisi rok seragamnya.Kevin memiringkan kepala sedikit. “Ada apa pagi-pagi begini kamu data

  • Penghangat Ranjang Majikanku   11. Sudah Mulai Buntu

    Setelah menenangkan diri sebisanya, Ana kembali ke kamarnya. Ia duduk di sisi ranjang sempit itu dan menggenggam ponsel dengan tangan gemetar.Napasnya masih berat. Matanya sembab, tapi belum ada waktu untuk menangis lebih lama. Ia harus segera bertindak. Harus mencari bantuan. Ibunya butuh pertolongan—dan waktu berjalan dengan cepat.Dengan jari yang masih sedikit bergetar, Ana membuka kontak di ponselnya.Pertama, Dinda. Teman satu kos saat masih bekerja paruh waktu di kafe dulu. Mereka cukup dekat dan Ana berharap wanita itu mau meminjamkan uang padanya.Telepon tersambung, nada sambung terdengar... satu kali, dua kali, tiga kali...Lalu klik.“Halo, Din, ini Ana.”“Hah? Ana? Ana yang mana ya?”Ana menelan ludah. “Ana... teman sekosmu dulu. Yang bareng-bareng kerja di kafe.”“Oh! Iya iya, Ana. Ya ampun, udah lama banget ya... ada apa, Na?”Ana menar

  • Penghangat Ranjang Majikanku   10. Kabar yang Mengejutkan

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi. Matahari masih malu-malu menyelinap di antara tirai rumah mewah itu.Suasana rumah terasa lengang, hanya terdengar suara gemerisik halus dari dapur yang mulai hidup oleh aktivitas Ana.Ana sudah bangun sejak sebelum fajar, berusaha mengalihkan pikirannya dengan bekerja. Meski hatinya masih terasa berat sejak percakapan panas malam sebelumnya, ia memilih untuk tetap melakukan tanggung jawabnya seperti biasa.Ia mencuci sayuran, menyiapkan bahan sarapan, dan menyalakan kompor gas dengan tangan yang sedikit gemetar—tapi tetap terkontrol.Langkah kaki berat terdengar dari arah tangga. Tak lama kemudian, seorang lelaki bertubuh tegap muncul di ambang pintu dapur. Kevin.Ia masih mengenakan baju tidur satin berwarna gelap, rambutnya sedikit acak-acakan tapi tetap terlihat rapi dalam kekacauan yang tampak dibuat-buat. Pandangannya langsung tertuju pada Ana—dan tidak berpaling.“Aku pikir kamu akan pergi dari rumah ini karena sudah tidak membutuhkan peke

  • Penghangat Ranjang Majikanku   9. Kemarahan Kevin

    “Maaf, Pak Kevin. Saya tidak bisa,” ucap Ana sembari menggelengkan kepalanya dengan pelan.Kevin sempat tak bereaksi. Tatapannya kosong selama beberapa detik seakan belum sepenuhnya memahami kata-kata itu.“Kamu ... tidak bisa?” ulangnya, nada suaranya berubah tajam. “Alasannya apa sampai kamu menolaknya, Ana?” tanyanya dengan suara dinginnya.“Saya tidak sedang menjual diri saya dengan menjadi pelayan nafsu Bapak.”Kevin menatap dingin wajah Ana. Rahangnya mengeras, kedua bola matanya menyala dengan emosi yang samar-samar tertahan.Ia cukup kecewa dengan jawaban Ana. Tapi, dia juga tidak mau memaksa Ana jika wanita itu tidak menyerahkan dirinya terlebih dahulu.Ana menelan ludah bahkan tak sanggup menatap wajah Kevin yang memperlihatkan wajah kesalnya.Tangannya mengepal di sisi tubuhnya, berusaha menahan getar ketakutan yang merayap perlahan di bawah kulitnya.“Saya bukan perempuan seperti itu, Pak Kevin. Kalau Bapak butuh wanita untuk melayani, silakan cari saja yang lain. Saya han

  • Penghangat Ranjang Majikanku   8. Bertanggungjawablah

    Ana sedang menyapu beranda depan ketika seorang kurir berseragam datang membawa paket kecil. Lelaki itu berhenti di depan pagar rumah dengan senyum sopan, lalu menyebutkan namanya.“Untuk Ibu Ana. Dari Bapak Kevin,” katanya singkat dan menyerahkan kotak kecil bersegel rapi.Ana sempat membeku. Nama itu—Kevin. Masih asing di mulutnya, tapi akhir-akhir ini begitu sering mengusik pikirannya. Ia menerima bingkisan itu dengan ragu, dan menatap kotaknya lama sebelum membukanya perlahan.Di dalamnya—obat-obatan yang telah ia cari berminggu-minggu untuk ibunya. Merek-merek asing, kualitas terbaik, lengkap, mahal—terlalu mahal.Tak mungkin ia beli sendiri dengan gajinya sekarang. Tangannya gemetar saat memegang nota pengiriman yang menyertai paket itu. Tertulis harga yang membuat napasnya tercekat. Bahkan untuk satu jenis saja, ia harus bekerja berbulan-bulan.Air matanya menumpuk di pelupuk mata, tapi tak ia biarkan jatuh.Saat ia kembali masuk ke dalam, langkahnya terasa berat. Baru saja men

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status