Tubuh Kaneesa seketika memerah malu karena baru kali ini dia tidak memakai sehelai pakaian pun di hadapan seorang pria. Dia juga baru pertama kali ini melihat tubuh polos seorang pria yang tak tertutup oleh apapun.Tubuh Prince begitu menggoda, otot perutnya terlihat seperti roti sobek yang membuat Kaneesa harus menelan saliva saat melihatnya. Matanya terus menatap setiap lekukan tubuh itu dan saat tatapannya sampai di bagian paling sensitif milik Prince, Kaneesa langsung menutup mata.Dia tidak berani melihat apa yang belum pernah dia lihat seumur hidupnya. Perhatiannya teralihkan saat Prince membaringkan tubuhnya ke ranjang dan menindihnya. Kulitnya langsung meremang saat bersentuhan dengan kulit panas dan liat Prince.Bingung harus melakukan apa, dia teringat perkataan Mary. ‘Kamu hanya tinggal berbaring dan biarkan priamu yang melakukan tugasnya.’Kaneesa akhirnya hanya terdiam tanpa melakukan sesuatu, dia berusaha menikmati apa yang Prince lakukan dan saat pria itu menyentuh kuli
Gabriella mencuci tangan dan mulai membantu Olivia melahirkan anaknya. Dia menyuruh Olivia mengatur nafas dan mendorong bayinya saat Gabriella memerintahkannya.Setelah kepala bayi Olivia terlihat, Grabriella menekan dengan lembut tangannya untuk membantu Olivia dalam persalinan. Olivia melahirkan dengan lancar, tangisan bayinya yang kencang membuat seluruh anggota keluarga Pierre bernafas lega.Beruntung dokter datang tepat waktunya sehingga Olivia tertangani dengan baik, sedangkan Gabriella mengurus dan membersihkan bayinya.“Bayinya laki-laki dan matanya mirip sekali denganmu Aaron,” kata Gabriella.Aaron seketika meneteskan air mata saat melihat anaknya yang menangis di pelukan Gabriella.“Bolehkah aku menggendongnya?” tanya Aaron.“Tentu saja,” jawab Gabriela sambil menyerahkan bayi laki-laki tersebut ke gendongan Aaron. Tahu jika Papanya yang menggendongnya, tangis bayi itu pun berhenti.“Halo Sayang selamat datang ke dunia, terima kasih kamu telah melengkapi kebahagiaan Mama da
Beberapa hari setelah kejadian tersebut, Olivia menahan tawa dalam pelukan suaminya. Aaron bercerita tentang kisah resepsionis yang dipindahkan ke bagian gudang untuk membersihkan dan merapikan perkakas yang ada di sana. Dia menangis karena kukunya rusak dan make up nya luntur.“Apakah aku keterlaluan dengan memindahkannya ke sana? Soalnya dia tidak mempunyai kompetensi apa pun. Jadi aku berpikir, ototnya masih bisa berguna untuk perusahaan,” kata Aaron sambil mengusap perut Olivia. Dia merasa bahagia saat tendangan bayi di kandungan Olivia terasa di tangannya.“Tidak, kamu tidak keterlaluan, Sayang. Jika dia tidak punya kemampuan apa pun, maka dia pantas mendapatkan pekerjaan itu. Kalau pun dia tidak mau menerima pekerjaan tersebut, dia bisa mengundurkan diri. Bagaimana dengan orang-orang yang dulu sering merundungku? Apakah kemampuan mereka bagus?”Aaron menggelengkan kepala menjawab pertanyaan istrinya. “Kamu benar, mereka hanyalah tong kosong yang berbunyi nyaring. Otak mereka tid
Grover kemudian kembali berkata dengan penuh kesombongan, “Perusahaan Pierre benar-benar mengejekku. Kenapa mereka menyuruh karyawan rendahan sepertimu untuk mengurusi hal seperti ini? Aku akan bicara dengan Tuan Nicholas agar dia bisa menyuruhmu kembali. Jika Tuan Tomshon sudah tidak mengurusi project ini lagi, paling tidak Tuan Nicholas sendiri yang datang dan menemuiku, bukan kalian berdua.”“Tuan Nicholas tidak akan mengurusi perusahaan ini karena saham perusahaan ini sudah bukan miliknya lagi, tetapi atas namaku dan Olivia.” Ganti Aaron yang membalasnya dengan kesombongan.“Apa-apaan ini? Ini tidak lucu. Dari awal, aku bekerja sama dengan perusahaan Pierre. Mereka tidak mempunyai hak untuk memindah tangankan kepemilikan pada orang lain secara sepihak, aku bisa menuntut mereka. Lagi pula siapa kalian ini hingga mampu membeli saham sebesar yang perusahaan Pierre miliki. Satu hal lagi, aku tidak mau berurusan dengan wanita pembawa sial itu? Siapa dia, sampai harus ikut campur urusan
Olivia terpejam menikmati sesuatu yang menggodanya, meningkatkan gairah yang sudah tersulut sebelumnya. Mulutnya terbuka dengan desahan lolos ketika aset semuanya tenggelam di dalam kelembutannya.Jari Aaron terkait dengan jari istrinya, pinggulnya bergerak pelan agar tidak menyakiti kandungan Olivia. Keduanya menciptakan satu ritme dan tempo yang teratur, geliat otot punggung Aaron penciptaan pemandangan yang menggiurkan.Derit ranjang mengiringi tarian mereka. Tubuh keduanya licin karena peluh, deru nafas mereka saling bersahutan. Hanya satu wanita yang selalu membuat Aaron seperti ini. Wanita yang sekarang sedang menyatu dengannya. Wanita yang telah mengunci hatinya, yang tidak bisa membuatnya berpaling lagi. Dadanya berdebar karena rasa itu, rasa membucah yang membuatnya bahagia.“Aku mencintaimu, Olivia. Sangat mencintaimu,” ucap Aaron di sela erangannya.“Aku juga mencintaimu,” balas Olivia sambil meremas bahu Aaron merasakan milik suaminya yang memanjakannya.Gerakan Aaron mula
“Ada apa dengan Aunty?” tanya Olivia khawatir melihat Gabriella dalam keadaan kurang sehat.“Aku akan melihatnya,” kata Susan yang kemudian beranjak dari kursinya dan meninggalkan meja makan.“Aku ikut,” kata Laura. “Sayang, titip Athena sebentar,” kata Laura pada suaminya.“Pergilah! Athena aman bersamaku,” jawab Nicholas.Saat Susan masuk ke kamar mandi, terlihat Austin tampak panik melihat Gabriella yang terus memuntahkan isi perutnya. Austin membantu Gabriella dengan menggenggam rambutnya di belakang kepala dan mengusap punggungnya.“Apakah sudah merasa baikkan?” tanya Susan dari belakang Austin.“Belum, Gabriella masih terus memuntahkan makanannya?” jawab Austin khawatir. Apa lagi mengingat penyakit yang dulu pernah dia derita, kekhawatirannya menjadi semakin besar. Dia sangat takut jika harus kehilangan Gabriella.“Kembalilah ke meja makan bersama yang lain, aku akan membantu Gabriella. Tenanglah, dia akan baik-baik saja.” Susan menenangkan Austin.Tahu jika Susan bisa diandalka