Beranda / Romansa / Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang / Bab 9. Tempat Tinggal Impian Masa Kecil

Share

Bab 9. Tempat Tinggal Impian Masa Kecil

Penulis: Dera Tresna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-14 05:43:41

Hari menjelang malam saat Dave mengajak Laura ke suatu tempat, mobil yang mereka tumpangi semakin menjauh dari kota. Lampu-lampu malam yang biasanya bertaburan seperti bintang, mulai tidak terlihat.

Jalanan mulai menanjak dan gelap, udara juga terasa semakin dingin. Di kanan dan kiri jalan, tidak terlihat lagi gedung pencakar langit, tetapi pepohonan rindang yang berdiri kokoh dalam kegelapan.

“Dave, kamu akan membawaku ke mana?” tanya Laura sedikit takut. Dia menunggu jawaban, tetapi tidak ada jawaban dari pria itu, membuat ketakutannya semakin bertambah besar.

Dalam hati Laura berdoa, semoga suaminya bukanlah pembunuh berdarah dingin, mengingat tempat mereka berada sekarang adalah tempat terpencil dan benar-benar jauh dari perkotaan. Jika Dave membunuhnya, mungkin mayatnya tidak akan ditemukan.

Laura mulai berpikir keras dan membuat skenario jika nanti ternyata suaminya adalah penculik atau pembunuh.

Matanya mulai bergerak mencari jalan keluar, mencari apa yang bisa dilakukan untuk lari dari pria yang duduk di sebelahnya. Laura melirik ke arah pintu mobil dan menandai letak pegangan. Matanya kembali menjelajah, mencari benda yang bisa melindunginya atau paling tidak untuk memukul Dave jika pria itu berbuat macam-macam.

“Hentikan apa yang kamu pikirkan, aku sudah bilang tidak akan menyakitimu,” geram Dave seakan bisa mengetahui pikiran istrinya.

“Astaga, apakah kamu bisa membaca pikiranku?” tanya Laura benar-benar terkejut.

Dave menatap Laura sekilas dengan tajam, kemudian kembali berkonsentrasi dengan jalan yang dilaluinya. Keadaan seketika sunyi tanpa jawaban apa pun. Laura terdiam sembari mencengkeram kencang sabuk pengaman yang terpasang di tubuhnya seakan itu pegangan terakhir yang bisa melindunginya.

Dave yang tahu tingkah laku istrinya, menghela napas sambil menggelengkan kepala.

“Kita sedang menuju ke rumah.” Akhirnya Dave bersuara.

“Ke rumah?” kata Laura kembali terkejut.

“Bukankah suami istri harus tinggal serumah? Kita akan pulang ke rumah kita,” jelas Dave.

“Ke rumah kita?” kata Laura lagi mengulang penjelasan Dave.

Tiba-tiba rasa marah muncul di dada Dave. Dengan marah dia berkata, “Aku paling tidak suka mengulangi perkataanku dan aku paling benci orang mengulangi perkataanku. Paham!” bentak Dave.

Laura terdiam, tidak berkutik lagi di tempat duduknya. Dia memalingkan muka dan memilih menatap pepohonan dalam kegelapan di luar mobil. Semakin lama matanya terasa berat, tanpa sadar dia sudah berada di alam mimpi.

Mobil Dave berhenti setelah memasuki pekarangan sebuah rumah kayu yang tidak begitu mewah namun tampak mengagumkan. Pria itu menoleh ke samping ke arah istrinya dan melihat istrinya tertidur lelap di kursinya. Ada perasaan bersalah menelusup ke relung hatinya, tidak seharusnya dia membentak Laura.

Jika saat ini dia sedang marah dengan semua wanita, tidak menjadi alasan bagi Dave untuk melampiaskan kemarahannya kepada Laura yang tidak tahu apa-apa tentang dirinya.

Tadinya Dave ingin membangunkan Laura, tetapi saat menatap wajah lelah dan polos wanita itu, Dave tidak tega melakukannya. Dengan perlahan, dia membawa istrinya ke dalam gendongan, kemudian meletakkannya ke ranjang di kamar yang dipersiapkan menjadi kamar mereka, menyelimuti Laura dengan selimut tebal karena udara di sana cukup dingin.

Dave masuk ke kamar mandi untuk mencuci muka. Tiba-tiba dia merasa bersalah telah melakukan pernikahan ini. Pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa dengan mudah ditinggalkan setelah dirinya bosan.

Laura juga bukan barang yang bisa dibeli kemudian dilemparkan ke tempat sampah. Dia juga manusia seperti dirinya, yang mempunyai perasaan. Entah, hal gila apa yang mempengaruhinya untuk melakukan pernikahan ini.

Selesai membersihkan dirinya, dia meninggalkan Laura sendiri di ranjang memilih keluar dari kamar dan menyelesaikan pekerjaan yang hari ini sempat tertunda karena pernikahannya.

*

Tidur Laura sangat nyenyak, tetapi udara dingin mengganggunya. Dia mencari sesuatu yang bisa menghangatkannya. Antara mimpi atau nyata, Laura membuka mata dan melihat seorang pria yang sangat tampan sedang tertidur pulas di sampingnya.

Laura tidak begitu jelas mengingat wajah pria tersebut, yang dia rasakan hanyalah kehangatan dan rasa nyaman.

Rasa tersebut membuatnya mendekatkan tubuhnya dan memeluk suaminya, menyembunyikan wajah di dada bidan dan liat. Mengira sedang bermimpi indah, dia pun memanfaatkannya dengan baik. Di dalam tidur, Laura tersenyum dengan perasaan hangat yang tidak bisa dijelaskan.

Keesokan paginya Dave sangat kaget dengan posisi tidurnya. Laura memeluknya erat, begitu juga dirinya yang memeluk istrinya begitu posesif. Seumur hidup, dia belum pernah terbangun dengan seorang wanita di pelukannya, apalagi dengan posisi yang begitu intim seperti sekarang ini.

Walaupun dia pernah bercinta dengan seorang wanita, dia akan meninggalkannya begitu mereka selesai. Pantang baginya untuk tidur dengan wanita sampai pagi.

Perlahan Dave melepaskan pelukan dari istrinya dan seketika udara dingin meranyap menyapu tubuh. Ada rasa kecewa ketika harus menjauh dari Laura, tetapi dia tidak mau wanita itu terbangun dan melihat wajahnya.

Dave segara turun dari ranjang dan kembali meninggalkan istrinya sendirian.

Tidak lama kemudian Laura terbangun karena kehangatan yang hilang. Dia menarik selimut tebal dan terduduk, mengumpulkan semua ingatannya semalam. Rasa kesal kembali mengusik hatinya saat teringat perlakuan Dave yang meninggalkannya, tetapi rasa kesal itu berubah menjadi rasa kagum saat matanya menelusuri setiap sudut kamar.

Laura mengira akan melihat kamar yang tidak kalah mewah dengan hotel tempatnya menginap karena menikahi seorang pria kaya, yang asistennya saja mampu menyewakan dia kamar yang sangat mahal.

Namun ternyata dia bangun di kamar yang selalu diimpikan dari kecil yaitu sebuah rumah kayu yang mengagumkan.

Pagi ini impian masa kecilnya menjadi kenyataan. Dia terbangun di dalam rumah dengan bangunan kayu yang sangat cantik dan unik, aroma woody memanjakan indra penciuman. Dia merasa penasaran, kayu apa yang digunakan untuk membangun rumah ini karena aromanya sangat manis dan segar, membuat dirinya merasa tenang.

Kehangatan menyelimuti kamar karena bukan dinding beton dingin yang mengelilinginya.

Laura turun dari ranjang dengan menutup tubuhnya menggunakan selimut, dia menjejakkan kaki di lantai kayu. Meski rumah ini sangat hangat, tetapi udara dingin tetap saja dirasakan. Hal itu membuatnya penasaran, sebenarnya sedang berada di mana dirinya sekarang?

Perlahan dia berjalan mendekati jendela dan membuka tirai. Pekik kaget menjadi respon dari apa yang dilihat. Sambil menutup mulut dengan kedua tangan karena keterkejutannya, dia menatap ke luar jendela tetapi tidak bisa melihat apa pun. Semua tampak putih dan menghalangi jarak pandangnya, kabut tebal menutupi apapun yang ada di sana.

Sebenarnya di mana dirinya berada? Apakah rumah ini berada di atas langit? batinnya.

Laura kemudian membuka pintu kamar, matanya masih saja tercengang dengan pemandangan di depannya. Rumah ini tampak elegan meskipun tidak besar. Tatanannya menonjolkan kesan misterius dan berkarakter.

Hal tersebut membuatnya ingin menangis kagum dan tidak percaya, menyadari kenyataan jika ini adalah rumahnya sekarang. Beberapa kali dia mencubit lengannya, berharap ini bukan sekedar mimpi.

Masih dengan rasa kagum, Laura berjalan berkeliling di rumah tersebut. Selain untuk melihat setiap ruangan, dia juga mencari keberadaan suaminya.

“Suami?” Ada desiran aneh saat menyebut Dave sebagai suaminya. “Dasar pria menyebalkan!” umpatnya kemudian.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 154. Meski Sayang Butuh Pelajaran

    “Fernando, hentikan! Kamu bisa membunuhnya.” Joselie yang tidak mau pergi dari ruangan tersebut melepaskan diri dari dekapan putranya lalu berlari mendapatkan suaminya, tetapi tegurannya diabaikan oleh Fernando.Tomshon langsung menarik dan memegang tubuh Fernando untuk menahan pria itu.“Lepaskan aku, Tom! Biarkan aku membunuhnya!” geram Fernando diliputi amarah.Tangis Joselie semakin keras mendengar perkataan suaminya. Nicholas langsung menarik dan memeluk Mamanya kembali.Untuk beberapa saat, Joselie menangis di pelukan putranya. Setelah keadaan agak tenang, Nicholas membawa Mamanya menjauh dan pergi ke kamar. Tomshon pun menarik tubuh Fernando dan membawanya pergi dari ruangan tersebut.Saat Tomshon dan Fernando melewati ruang keluarga, Gabriella terkejut karena melihat tangan Fernando berlumuran darah. Susan yang melihatnya langsung berlari mendekati suaminya.“Apa yang terjadi dengan Fernando?” tanya Susan khawatir.“Fernando baik-baik saja. Panggil pengawal dan suruh Gabriella

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 153. Eksekusi

    Pagi harinya dengan muka lelah, Austin dan Gabriella sampai di depan rumah yang sangat besar. Melihat rumah tersebut, Gabriella hanya terdiam dengan mulut ternganga.“Benarkah ini kediaman Pierre?” tanyanya pada suaminya.“Ya, ini adalah kediaman Pierre,” jawab Austin, menyakinkan Gabriella.“Rasanya seperti sedang berada di sebuah istana modern. Aku tidak menyangka ada rumah sebesar ini.” Gabriella masih terkagum dengan rumah di depannya.“Ayo kita masuk!” ajak Austin yang kemudian diikuti oleh Gabriella di belakang.Mereka melangkah memasuki teras rumah keluarga Pierre. Dengan sedikit ragu, Austin mengetuk pintu besar rumah tersebut.Tidak lama kemudian terlihat seorang pelayan membuka pintu. Setelah Austin memperkenalkan diri, pelayan itu berkata, “Tuan Fernando telah menunggu Anda, silakan masuk. Barang-barangnya biarkan di sini saja, nanti saya yang akan mengurusnya.”Austin dan Gabriella mengikuti langkah pelayan tersebut yang membawa mereka ke sebuah ruangan. “Tuan, Nyonya, Tua

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 152. Pencarian Belum Berakhir

    Hari berikutnya, Austin dan Gabriella mulai mencari keberadaan Olivia. Mereka pergi menuju ke alamat yang diberikan Grace. Dengan jantung berdebar, Austin berdiri di rumah berwarna putih dengan taman yang cantik yang berada di depan rumah tersebut.“Apakah kamu sudah siap menemuinya?” tanya Gabriella.“Apakah aku mempunyai pilihan? Siap tidak siap, aku harus menemuinya sekarang, agar urusan kita cepat selesai. Semakin kita menundanya, maka beban yang harus aku tanggung semakin berat.”Gabriella mengangguk mengiyakan apa yang suaminya katakan.Austin mengetuk pintu rumah tersebut beberapa kali, tapi rumah tersebut tampak sepi. Dia memutuskan untuk mengetuk terakhir kalinya, jika belum ada juga yang membukakan pintu untuknya, maka besok dia akan datang kembali.Tepat saat Austin menurunkan tangan, pintu di depannya terbuka. Seorang gadis cantik terlihat di balik pintu sambil menatap Gabriella dan Austin dengan heran.“Ada yang bisa aku bantu?” tanya gadis itu.“Apakah benar ini rumah ke

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 151. Bukan Sebuah Kebetulan

    “Mandilah dahulu, aku akan memesan makanan untuk kita,” kata Austin pada Gabriella setelah mendapatkan kamar.“Baiklah aku akan mandi terlebih dahulu,” Gabriella mengiyakan perkataan suaminya.Dia masuk ke kamar mandi dan melepas semua pakaian, mengatur suhu air sehingga menjadi hangat. Saat air hangat itu membasahi tubuhnya, semua rasa lelahnya terasa menguap dan tubuhnya terasa segar kembali.Gabriella terlonjak kaget saat tiba-tiba ada yang memeluknya dari belakang.“Astaga Austin, kamu mengagetkanku. Jantungku serasa mau copot,” tegur Gabriella.Bukannya meminta maaf, Austin malah sibuk mengendus tengkuk Gabriella. Dengan sigap, dia membalikkan tubuh istrinya sehingga berhadapan dengan dirinya.Mata Gabriella terbelalak saat tahu jika Austin tidak memakai apapun seperti dirinya. Dia yakin setelah ini mandinya pasti akan terganggu.Austin mendorong tubuh Gabriella dan menghimpitnya ke tembok kamar mandi. Dengan cepat dia melumat bibir istrinya.Gabriella menyambut lumatan bibir Aus

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 150. Memulai Pencarian

    Gabriella menatap Austin seakan ingin berkata jika jangan mengharapkannya. Dia kemudian menceritakan tentang keadaan dirinya saat itu.“Setelah Olivia diadopsi aku harus tinggal di asrama dan mengikuti pendidikan. Selama di asrama, aku jarang pulang ke panti karena peraturan asrama sangat ketat. Aku ke panti jika ada libur panjang. Setelah menyelesaikan pendidikan, aku langsung bekerja dan hidup di rumah kost. Terakhir kali aku melihat Olivia adalah saat dia berumur 7 tahun dan sampai sekarang aku tidak pernah melihatnya lagi.”“Apa yang kamu ceritakan, sangat berarti bagiku, aku memiliki harapan baru untuk menemukannya. Bagaimana jika hari ini kita pergi ke panti asuhan tempatmu tinggal dan dibesarkan,” ajak Austin membuat Gabriella cukup terkejut.“Tetapi itu cukup jauh, kita harus keluar kota dan belum menyiapkan penerbangan serta apa saja yang dibutuhkan untuk ke sana,” ujar Gabriella.“Aku akan mencari penerbangan paling awal hari ini, bantu aku untuk berkemas.”Tidak tega menola

  • Pengkhianatan Hati: Terjebak Jeratan Cinta Terlarang   Bab 149. Kesalahan Menghantui

    Setelah menceritakan apa yang mengganjal di hati, Austin terlihat sangat rapuh. Itu adalah kesalahan besar yang tidak termaafkan. Gabriella yang melihat betapa rapuh suaminya, langsung mendekapnya dengan erat. Bahkan saat dulu Austin menceritakan tentang pelecehan yang dia alami, dia tidak serapuh ini.Dengan lembut Gabriella mengusap punggung Austin. “Kita harus memberitahu Fernando dan Joselie. Seberat apa pun hukuman yang akan mereka berikan, mereka berhak tahu kebenarannya dan kita harus menerima segala konsekuensi.”“Apakah kita harus memberitahukan hal ini secepatnya pada mereka?” tanya Austin terlihat keberatan dan butuh waktu, dia tidak akan sanggup menatap wajah kecewa dan sedih Fernando dan Joselie terhadap dirinya.“Jika kamu belum siap, kita bisa menundanya dan mencari tahu terlebih dahulu apakah anak itu masih hidup atau sudah meninggal sehingga saat kita bertemu dengan keluarga Pierre, kita memiliki sedikit informasi.”“Tapi dari mana kita mencarinya? Itu sama saja menca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status