Share

Pengorbanan Cinta Sang Letnan
Pengorbanan Cinta Sang Letnan
Author: Uci Lurum

Bab 1: Dilamar

Author: Uci Lurum
last update Last Updated: 2023-10-28 19:03:59

Lara, gadis cantik 23 tahun itu terkejut, ketika tiba-tiba Rey menggenggam jemarinya sambil menyodorkan sebuah kotak merah berbentuk hati. Tampak sebuah cincin berlian berkilauan.

Rey melambaikan tangannya dan memberi kode, meminta mic pada seorang waiters, yang dengan segera menghampiri, membawa nampan ditangannya berisi mic. Lelaki itu meraih mic, lalu menatap lekat kedua netra bening di depannya.

"Lara Angeswari ... Will you marry me?" Suara Rey menggema melalui mic yang dipegangnya, dengan tatapan penuh cinta.

"Jika kamu menerimanya, aku akan memboyong keluargaku, untuk melamarmu secara resmi di depan kedua orang tuamu." Sontak seisi restoran yang sedang ramai pada jam istirahat makan siang itu menoleh pada mereka.

Restoran yang terletak di pusat kota itu, selalu ramai dikunjungi. Selain desain interiornya yang mencuri perhatian, menu makanannya pun terbilang unik, karena menggabungkan masakan Nusantara dan Western.

Beberapa menu yang bisa dicoba diantaranya, Sandwich Oncom, Tenderloin Steak Sambal Matah, dan Spaghetti

Rawon yang merupakan favorit Lara. Seperti siang ini menu pilihan Lara Spaghetti Rawon didampingi ice lychee tea.

Suasana restoran tiba-tiba seperti suara tawon yang berdengung. Lara terpana, hawa panas menjalari wajahnya, semburat merah merona di kedua pipinya. Gadis cantik itu celingukkan memandang sekitarnya, dan benar saja mereka sedang menjadi pusat perhatian. Ia menjadi salah tingkah ternyata Rey melamarnya di tengah hari bolong, disaksikan banyak pasang mata.

Dari awal mereka masuk memang sudah menyita perhatian pengunjung lainnya. Rey laki-laki 29 tahun berpangkat Letnan, merupakan salah satu prajurit yang tergabung dalam komando pasukan khusus tempur, Kopassus.

Ia merupakan jebolan Inteligen, yang selalu berhasil dengan tugas- tugas rahasia negara. Jarang terlihat dengan seragam kebanggaannya, namun karena hari ini ada upacara Sertijab atau serah terima jabatan. Setelah ceremonial Sertijab,

Rey terpaksa muncul dengan seragam kebanggaan abdi negara, di depan Lara untuk memenuhi janjinya. Sudah sering kali janji yang dibuatnya gagal karena tugas yang mendadak. Rey tahu kalau sering mengecewakan Lara, walaupun gadis itu tidak pernah mengungkapkan kekecewaannya, karena itu untuk memenuhi janjinya, terpaksa Rey memakai masker untuk menutupi wajahnya, karena waktu yang terbatas, tidak sempat untuk berganti pakaiannya.

Walaupun tertutup masker mata elang dan kening tebal yang berbaris rapi itu dapat memancarkan aura maskulin yang membuat pandangan mata semakin penasaran. Ditopang postur tubuh yang tinggi tegap, membuat semua mata yang menatap tak berkedip.

Berdampingan dengan seorang gadis yang juga tinggi semampai, kecantikan alami terpancar dari wajahnya yang terlihat babyface, dengan rambutnya yang panjang tergerai. Memakai stelan berwarna kuning di padu blazer abu-abu, seragam salah satu bank terpercaya di Indonesia.

Reynhard menatap penuh harap.

"Trima ... trima ... trima ... " Suara riuh dari pengunjung restoran yang ikutan baper, melihat pasangan yang sedang jatuh cinta itu.

"A-aku ... Yes." Lara mengangguk mengiyakan, karena tak sanggup berkata-kata lebih, tiba-tiba lidahnya terasa kelu. Sepasang mata indahnya mengerjab.

Dengan penuh perasaan Rey menyematkan cincin bertahta berlian itu ke jari manis Lara, lalu mengecup punggung tangan itu dengan lembut, walaupun tidak bersentuhan langsung dengan kulitnya karena Rey masih tetap memakai masker.

"Aku sangat mencintaimu." gumam Rey menatap intens pada manik Lara.

Terdengar siul-siul dan bisik-bisik dari pengunjung lainnya.

Lara mengusap sudut matanya, menahan gejolak di dalam dadanya. Mencoba untuk menyembunyikan perasaan karena banyak pasang mata yang memandang, namun rasa bahagia itu tetap terpancar dari wajah cantik nan manis itu.

Gadis yang bekerja di sebuah bank itu sebelumnya bercita-cita berkarier dulu, tapi sejak mengenal Rey niatnya itu menguap, malah dengan anggukan cepat mengiyakan lamarannya. Dia telah jatuh dalam pesona Rey.

Tanpa mereka ketahui di sudut ruangan itu, ada sepasang mata yang sedang memandang dengan hati yang nelangsa. Menghempaskan asap rokoknya dengan kasar lalu melangkah keluar meninggalkan restoran itu.

"Kenapa terdiam?" tanya Rey sambil merapatkan kursinya ke arah Lara. Tangannya terulur mengusap sudut bibir Lara menghilangkan jejak minuman yang membuat bibir ranum itu basah. Di raihnya jemari lentik itu, lalu menautkan kedua jemari mereka.

"Kamu biasanya heboh tapi kenapa sekarang membisu seperti ini?" Rey tertawa kecil dengan sikap Lara yang tak biasanya.

"Ini keputusan yang besar bagiku, dalam bayanganku ... tidak menikah muda. Aku ingin menikmati masa mudaku. Aku takut tidak siap ... tidak siap untuk menghadapi permasalahan rumah tangga nanti. Tidak siap mendampingi seorang abdi negara. A-aku ... aku takut kamu tidak setia Mas .... " ujar Lara lirih.

Rasa yang membuncah di dalam ronggah dadanya antara bahagia namun juga terselip keraguan, membuatnya tidak menyadari kalau suaranya masih bisa terdengar oleh pengunjung yang lainnya, karena mic yang tergeletak di atas meja mengarah ke arahnya.

"Ssstt ... " Rey menempelkan telunjuk di bibir Lara. Jjarinya bermain di sana, mengusap-usap benda kenyal itu dengan lembut. Sambil menatap kedua netra bening yang juga sedang memandangnya intens. Mereka terdiam untuk beberapa saat saling berbicara lewat tatapan mendamba penuh cinta.

"Ucapan adalah doa, kita akan memulai hidup yang baru, janganlah mengawali dengan kata-kata dan pikiran yang tidak baik," tukas Rey bijak sambil menyelipkan anakan rambut Lara dibalik telinga gadis itu.

"Jangan suruh aku untuk menunggu 2 tahun lagi sayang. Seperti yang kamu bilang akan menikah jika umurmu sudah 25 tahun. Aku membutuhkan rumah untuk pulang, aku merindukan seorang istri yang selalu menyambutku. Hariku akan indah, jika membuka mata di pagi hari yang pertama kulihat adalah dirimu. Jadilah Ibu dari anak-anakku."

Rey mencium punggung tangan Lara penuh cinta, di naikkan masker ke arah hidungnya, sehingga terlihat bibirnya yang seksi dengan senyumnya yang khas. Disesapnya dalam-dalam penuh perasaan, lalu kembali menarik masker menutupi mulutnya.

Lara terpaku, hatinya menghangat. Percikan-percikan indah dapat dirasakan lewat sentuhan kecil lelaki yang sangat dicintainya itu.

"Aku tidak mempunyai ayah dan Ibu sejak kecil, besar di Panti Asuhan. Kamu adalah cinta pertama dalam hidupku, dan aku janji akan menjadikanmu wanita terakhir dalam hidupku. Aku sampai mengambil keputusan ini karena aku yakin, pilihanku tidak salah, dan aku harap kamu pun tidak ragu padaku. Aku akan selalu setia." Lara menelisik kedua mata Rey, mencari kesungguhan di sana.

"I love you verry much ...." bisik Lara penuh cinta, hatinya berbunga-bunga. Tak ada kata yang dapat mewakili perasaan bahagianya saat ini. Dan bisikan itu tetap masih terdengar di seluruh ruangan. Sontak ruangan itu terdengar riuh kembali. Lara seperti dikembalikan ke dunia nyata, rona di wajahnya yang semula sudah menghilang muncul kembali.

Rey menatap intens pada mata indah itu. Membawa genggaman itu di dadanya, lalu meraih mic yang sedari tadi tergeletak di atas meja.

Banyak pasang mata yang memandang ke arah mereka, terdengar bisik-bisik mereka seperti suara tawon. Mata yang bagaikan elang itu memindai seisi ruangan, sambil memperbaiki letak masker untuk menutupi wajahnya..

Hari ini dia telah nekat untuk muncul di depan umum dengan seragam dinasnya, yang biasanya hanya dipakai di lingkungan markas. Hal itu karena tidak ingin melanggar janjinya lagi, entah sudah berapa kali Rey mengecewakan Lara, dengan ketidak hadirannya.

"Aku juga sangat mencintaimu tapi satu hal yang harus kamu tau, dan perlu kamu pahami. Kamu hanya bisa menjadi yang kedua di hati ini." ujar Rey sambil menepuk-nepuk dadanya dengan genggaman tangan Lara, pelan.

Deg !

Suasana yang tadi riuh tiba-tiba hening, berbagai macam pikiran berkecamuk dipikiran orang-orang yang ada di situ. Mereka merasa tertohok mendengar pernyataan Rey. Kata-kata yang ditujukan untuk Lara, tapi serasa mereka yang terluka.

Geng cewe yang di sebelah meja serempak berdiri, seperti tak rela jika Lara dikecewakan. Tak rela jika lelaki pujaan mereka bukan tipe yang tak setia.

Apalagi Lara.

Bagaikan dihempaskan ke dasar jurang. Apa maksudnya sangat mencintai tapi hanya menjadi yang kedua? Apa maksudnya cinta pertama tapi menjadi yang kedua, Apa maksudnya menjadi wanita terakhir tapi hanya yang kedua? Apa Rey sengaja ingin mempermalukan Aku di depan orang banyak? Berbagai macam pertanyaan bergejolak di benak Lara.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (44)
goodnovel comment avatar
Uci Lurum
Makasih Kak, hadirnya , jadi malu aku...️
goodnovel comment avatar
Lusia Sudarti
sumpah kak, keren banget ceritanya aku jadi malu dengan novelku...
goodnovel comment avatar
Ristiana Cakrawangsa
wahh ambigu bgt km rey
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 148. Rencana Hengky

    Hengky memencet nomor yang ditujunya, hendak melakukan panggilan kepada seseorang yang sangat penting baginya. Orang yang saat ini menjadi satu-satunya orang kepercayaannya, yang akan menyelamatkan dirinya dan keluarganya.[Bagaimana keadaannya? Apakah dia sudah melewati masa kritisnya?] tanya Hengky pada seseorang di seberang sana dengan raut kuatir.[Sudah tuan Hengky. Masa kritisnya telah lewat cuma sampai saat ini belum sadarkan diri.][Tidak mengapa, yang terpenting dia sudah melewati masa kritisnya. Lakukan pelayanan yang terbaik. Apapun itu, lakukanlah saya tidak ingin kehilangan dia.][Bagaimana jika dia siuman dan ingin kembali lagi ke Indonesia?][Saya tidak ingin dia kembali lagi ke sini. Jika kita tidak menyelamatkan dia, tentu saja saat ini dia sudah tiada. Mereka semua pengkhianat, karna itu kedua orang tuanya tiada. Saya tidak akan membiarkan hal itu terjadi lagi.][Dia orang yang berdedikasi pasti akan kembali pada negara dan keluarganya.][Kamu tidak usah kuatir, ha

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 147. Cinta Yang Tak Pernah Hilang

    "Aku punya rahasia," bisik Lara.Alis tebal Alex tertaut, dengan wajah penuh tanya."Kamu ingin tau?"Alex mengganguk ragu."Mereka akan mengambil anak-anakku," bisik Lara tepat di telinga Alex."Jika aku bersedih mereka akan mengambil anak-anakku," ulang Lara dengan wajah serius."Jangan bilang-bilang sama mereka jika aku hanya berpura-pura bahagia, agar mereka tidak mengambil anak-anakku.""Janji kamu tidak akan memberitahu siapapun ya?"Alex mengganguk seperti orang kehilangan akal. Dengan mata lekat pada dua netra bening yang berselimut duka."Mereka siapa?""Dokter dan suster.""Dokter dan suster?""Ssttt ... jangan keras-keras, nanti kedengaran." Mata Lara melebar dengan telunjuk di bibirnya, seolah pembicaraan mereka sangat rahasia dan tidak boleh ada yang mendengarnya. Dengan mata melirik kiri kanan, kuatir ada orang lain di sekitar mereka.Alex menegakkan badannya bersandar di kursi, mengurut-ngurut pelipisnya yang berdenyut nyeri. Dia bingung dengan tingkah Lara yang ambigu,

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 146. Duka Lara

    "A-apa ini kamu, Bang?" tanya Alex sangsi, ketika melihat tubuh yang terbujur kaku dengan seragam kebanggaannya.Saat ini Alex sedang berdiri di depan peti jenasah, yang telah berada di rumah Lara. Baru saja ibadah penutupan untuk selanjutnya akan mengantar jenasah menuju tempat peristirahatannya yang terakhir.Alex yang penasaran mencoba membuka penutup benda yang terbuat dari kayu jati itu dengan ukiran di tiap sisinya. Namun tidak bisa, memang sudah didesain demikian agar tidak lagi bisa terbuka, harus membuka memakai kunci khusus. Alex hanya dapat melihat tanpa menyentuhnya, penutupnya terdiri dari dua lapisan. lapisan teratas terbuat dari kayu yang melindungi lapisan bawahnya yang terbuat dari kaca tapi hanya sebagian saja, dari batas dada ke atas kepala."I-ini bukan kamu, Bang! Aku tau ini bukan kamu." Alex menggeleng tak percaya, karena wajah itu tak dikenalinya. Sudah tak utuh, dan ada perban yang menutupi sebagian wajahnya. Mungkin untuk menutupi agar terlihat lebih baik

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 145. Tingkah Aneh Lara

    Metha berdiri berusaha menenangkan putrinya, namun kedua kakinya pun melemah, hingga sempoyongan, mencengkram piggiran ranjang. Bibi Sri panik, cepat-cepat membantu Metha."Maaass, sakiiit!" lengking Lara dengan kedua tangan masih memegang perutnya, wajahnya terlihat menahan kesakitan yang luar biasa."Dokter, suster!" teriak Bi Sri sekuat-kuatnya, tidak peduli jika itu akan mengganggu pasien lainnya. Memperbaiki duduk Metha lalu menuju tombol menekannya berulang-ulang. Kembali menahan tubuh Metha jangan sampai terjatuh. Metha berusaha mempertahankan dirinya sendiri, kesadarannya hampir hilang, namun kekuatiran pada putrinya membuatnya berusaha untuk tetap sadar."Tolong!"Merasa tidak ada yang mendengar, Bi Sri berlari menuju pintu."Tolooong. Dokter, Suster!"Suara Bi Sri menggema di koridor yang sunyi itu. Memancing gerakan dari orang sekitarnya yang langsung keluar dari ruangan masing-masing. Beberapa orang sudah menuju ruangan Lara lalu berusaha menenangkan Lara dan Metha. Seba

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 144. Lara Syok

    Lara terbangun, melirik ke arah Metha dan kedua kakak perempuannya di samping. Dia tidak tahu jika ayahnya dan Alex sudah menuju bandara untuk penyambutan dan penyerahan jenasah. Sebentar kedua kakaknya akan ikut serta juga, tentunya secara diam-diam tanpa diketahui oleh Lara."Mi, apa belum dapat ponsel Dedek, Mi?" tanya Lara pada Metha yang sedang sibuk menyiapkan sarapannya.Metha menjadi panik mendapat pertanyaan seperti itu lagi dari Lara. Sebelumnya mereka selalu beralasan jika ponselnya belum ditemukan. Sekarang akan tampak mencurigakan bila mengatakan hal itu lagi. Alex sudah menyarankan jika sebaiknya ponselnya diberikan. Sama juga, jika Lara hubungi suaminya, tidak akan tersambung, karena sejak hari itu ponsel Rey tidak aktif lagi.Metha melirik pada kedua saudara Lara yang juga tampak bingung. Kebohongan apalagi yang harus mereka buat untuk menutupi semua itu."Sebentar, Bik Sri akan bawakan, katanya sudah ketemu Dek." Metha mengambil ponselnya, mengirim pesan untuk Bi S

  • Pengorbanan Cinta Sang Letnan   Bab 143. Rey?

    Kenapa kamu mencintaiku," tanya Alex tiba-tiba.Tari menoleh ke arah Alex dengan mimik heran. Tidak biasanya Alex menanyakan hal itu."Kenapa aku mencintaimu?" Tari mengulangi pertanyaan Alex."Iya, kenapa kamu mencintaiku?""A-aku ... apa aku harus menjawabnya?""Aku bertanya karna ingin mendengar jawabannya,tentu saja kamu harus menjawabnya.""Aku .... "Alex mengangkat keningnya menanti jawaban Tari. Tatapannya menghanyutkan. Semua wanita yang melihatnya akan terhanyut dalam pesonanya. Satu-satunya wanita yang tidak terseret dalam arusnya hanya Lara, karena dia telah memiliki Rey. Namun kini Rey telah pergi, menciptakan ketakutan tersendiri bagi Tari."Karena sejak awal aku menyukaimu. Semakin hari semakin dalam, bukan sekedar menyukai ... tapi sudah sangat mencintaimu, dan ... hatiku tidak bisa berpaling pada yang lain." Kedua pasang netra mereka saling memindai."Kenapa tiba-tiba menanyakan hal seperti itu?" lanjut Tari.Alex berjalan mendekat. Serta merta membawa Tari dalam p

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status