"Oh, apa ada pesan?" tanya Rey dengan wajah datar.Rey menoleh demi mencari jawaban di wajah yang terlihat cantik itu meski dengan wajah bantalnya. Namun kecantikan wanita di depannya atau wanita mana pun tidak akan mampu menggoyahkan kesetiaannya pada Lara."Tidak ada. Kamu tidak pernah bilang kalo punya seorang adik, adikmu cantik sekali. Tadinya aku menyangka kalo dia kekasihmu.""Bergegaslah kita sarapan lalu pulang," tukas Rey acuh."Pulang? Tapi kita sudah booking sampai tiga hari ke depan, Dev!" Angela menginterupsi tak percaya."Kita tunangan Angela bukan menikah lalu harus menghabiskan malam pengantin di sini. Banyak yang harus aku kerjakan.""Kenapa kamu tidak ada perasaan sedikitpun, setidaknya bermesraan denganku layaknya pasangan lain yang sedang jatuh cinta." Angela berdecak kesal."Jatuh cinta? Apa aku harus menjelaskan lagi? Biasakanlah dirimu jika kamu ingin tetap di sampingku, aku memang seperti ini jadi jangan berharap lebih. Cepatlah, aku tunggu di bawah."Angela me
"Untuk apa kamu ke sini, bukannya ini jam kerja?" tanya Lara pada sosok lelaki yang masih lengkap dengan baju kerjanya yang ternyata Alex."Pertanyaan yang aneh, tentu saja untuk jenguk kamu, nona Lara." Alex menjawab enteng tanpa menghiraukan tatapan sinis Lara, walaupun dirasakan tingkah Lara yang agak aneh."Kamu tentu tau semuanya tentang Mas Rey, bukan? cuma kamu menutupinya dari aku, iya kan!""Yah, tentu saja aku tau tentang Rey, kami kan sahabatan," cengir Alex yang masih belum bisa meraba arah pembicaraan Lara."Jadi kamu tau kalo dia sudah menikah! Kamu menutupinya dariku karna dia sahabatmu kan! Kalian bersekongkol untuk menipuku, mempermainkan perasaanku kan!"Alex menganga, otaknya mencoba mencerna ucapan Lara yang rasanya tidak masuk akal. Alex yang semula hendak menghempaskan tubuhnya ke kursi di samping ranjang, terhenti."Eh, aku tidak ngerti apa yang kamu maksud, siapa yang menikah?""Stop jangan berakting di depanku, pergilah, keluar dari sini!""Lara, benar aku ngga
Alex terkesiap oleh tingkahnya sendiri, hampir saja dia mengulangi kesalahan yang sama. Lara menatapnya dengan pandangan penuh tanda tanya."Geser dikit, aku betulin bantalnya biar kamu enakan." Alasan Alex, salah tingkah, berusaha menyembunyikan niat hatinya tadi.Dia berdiri menarik bantal, menepuk-nepuk lalu meletakkan kembali, sehingga posisi Lara kini lebih nyaman.'Duh, hampir saja, kenapa bertindak bodoh lagi. Entah mengapa tiap kali berdekatan aku tidak bisa mengendalikan diriku," umpat Rey dalam hati.Pintu terbuka, sosok paruh baya yang tetap terlihat cantik dan modis masuk dengan kantong di tangan."Maaf sayang, Mami lama, yang ngantri banyak. Kamu makan dulu ya, baru minum obat." ujar Metha."Aku udah makan, Mi, Alex yang suapin."Sudut bibir Metha melengkung, senyum dengan kerutan halus terlukis dengan mata yang sedikit menyipit karena tarikan bibirnya."Makasih, Lex." "Nggak papa, Tante.""Oh, iya Ra aku balik dulu, ntar aku balik lagi buat jagain kamu malam ini.""Kalo
Alex menarik tubuh itu perlahan, membawanya menuju ranjang lalu membaringkannya. Menyingkirkan semua helaian benang yang melekat pada tubuh mereka.Alex memimpin permainan. Menautkan kedua jemari mereka dengan sangat erat, saat rasa itu menerjang, hingga permainan berakhir tautan jemari mereka masih bersatu."Aku mencintaimu," bisik Alex, kata-kata itu meluncur begitu saja. Mata Tari yang sayu berbinar dengan indah. Saat ini Alex belum bisa mendeskripsikan hatinya, yang pasti dia tidak ingin menyakiti Tari, tidak ingin membuat wanita itu kecewa apalagi sampai terluka. Tidak seperti sebelumnya, yang tak mempedulikan Tari, apapun yang dirasakan oleh Tari diacuhkannya tapi sekarang rasanya sangat berbeda.Alex sadar saat ini belum bisa menyingkirkan Lara dari hatinya, tapi dia juga sudah mulai mencintai Tari, walau tidak sebesar rasa cintanya pada Lara. Hal itu membuatnya merasa menjadi laki-laki brengsek, menyimpan dua nama di dalam hatinya."Ayo kita menikah, kita tidak bisa melakuk
Tari dengan cepat menyelinap masuk di kamar yang berada disampingnya, sebelum Alex keluar. Kakinya yang semula goyah tiba-tiba menjadi kuat karena takut ketahuan Alex. Entah kenapa dia bersembunyi, dia hanya tidak ingin Alex melihatnya.Alex menengok kiri kanan, tidak ada seorang pun, dia tadi merasa seperti melihat Tari dan instingnya mengatakan jika Tari memang ada. Alex melangkah semakin keluar hingga berdiri di depan pintu kamar yang dibaliknya ada Tari yang bersembunyi dengan wajah was-was. Dengan ekor matanya Alex dapat menangkap sosok Tari, hatinya trenyuh, dia berpikir jika Tari membuntutinya dan mengetahui keberadaan Lara di dalam, sekarang pasti dia sedang terluka. Sesaat Alex terdiam di depan pintu itu tapi tak lama kembali melangkah menuju kamar Lara."Orangnya sudah pergi." Lara terkesiap saat mendengar suara di belakangnya, resplek berbalik, matanya melebar saat menyadari dua pasang mata yang sedang memandangnya, seorang lelaki yang berdiri di sampingnya dan seorang
Rey menempelkan kartunya, tangannya hendak mendorong pintu namun tiba-tiba terkejut, saat seseorang menyerobot masuk duluan.Dia sudah memasang kuda-kuda untuk menyerang orang tersebut namun terhenti saat menyadari sosok yang berada di depannya.Rey dengan cepat mendorongnya masuk dan menutup pintu rapat-rapat."Ada apa kamu ke sini." tanya Rey dengan nada kasar. Rey heran dengan tindakan Alex yang bisa muncul di hadapannya. Detik berikutnya dia menyadari jika pasti ada hubungannya dengan Lara."Bukannya misimu sudah selesai, seharusnya kamu sudah pulang, kenapa masih di sini," sarkas Alex.Tentu saja Alex tidak tahu jika Rey masih sedang menjalankan misi lanjutannya, karena bukti yang terkumpul belum kuat untuk menjerat target mereka.Setahu Alex , menurut data yang di dapatnya, misi Rey sudah selesai dengan berhasil membongkar sindikat senjata ilegal. Namun Alex tidak tahu jika yang ditargetkan bukan yang telah tertangkap, mereka hanya kaki tangannya, otak dari penyelundupan senjata
"Apa yang kamu lakukan?" hati Rey trenyuh, sahabat baiknya itu rela bersujud di kakinya demi menyelamatkan hubungannya dengan Lara.Rey tahu Alex sangat merasa bersalah karena telah menggoda Lara. Rasa bersalah yang sangat besar sehingga dia rela bersujud, merendahkan dirinya, atau mungkin karena cintanya yang terlampau besar untuk Lara. Alex tidak sadar jika Rey hanya menggunakan hal itu sebagai alasan saja."Aku akan melakukan apapun asalkan kamu bisa kembali pada Lara.""Berdirilah, apapun yang kamu lakukan tidak akan mengubah apapun."Rahang Alex mengetat, dia berdiri dengan wajah garangnya."Jika aku tau akhirnya seperti gini, dulu aku tidak akan membiarkan kamu mendekatinya!"Mata Alex berkilat-kilat, bara didalam dirinya seakan memanggang tubuhnya, tapi biar bagaimanapun dia harus berhasil membujuk Rey pulang. Seumur-umur dia baru pernah merasakan amarah yang begitu dahsyat terhadap Rey. Namun lelaki di depannya itu begitu tenang dan kalem menghadapinya."Kami sudah bertunanga
Alex langsung masuk begitu Tari membuka pintu. Dia pulang ke apartemen Tari untuk mengambil motornya yang dititip.Tari spontan memeluk Alex, melepas kerinduannya biar baru sehari tapi rasanya dia sudah sangat merindukan kekasihnya itu. "Kok cepat pulangnya, memangnya urusan kamu udah selesai?" Tari senang bercampur heran, baru sehari Alex sudah kembali."Rey lagi tugas, aku tidak bisa mengganggunya." Alex melonggarkan pelukannya lalu menuju sofa."Jadi belum beres?"Alex menatap Tari sesaat."Kamu masak apa?" alih Alex."Aku tadi pesan gofood, masih ada, ayo makan. Tidak bakalan habis kalau masak, nanti mubasir, nggak tau kalo kamu baliknya cepat. Kamu nginap di sini kan?""Aku jaga Lara, sampai dia keluar."Tari terdiam, ada yang tercubit di balik rongga dadanya.Suasana hening, tidak ada yang berbicara di antara mereka. Tari memperhatikan gerakan Alex yang menyendok makanan ke mulut, matanya menerawang seperti memikirkan masalah yang berat."Apa kamu memikirkan sesuatu?" tanya Tar