Share

Bab 17

Author: Soda Lemon
"Diam? Kenapa aku harus diam? Dia memang bajingan! Dia mati di luar ruang operasi karena gagal mendapat pertolongan! Itu memang balasan yang pantas dia terima!" Melihat reaksi Kyra yang histeris, Deven merasa sangat puas. Dia menepis tangan Kyra dan mencampakkannya di ranjang.

Kyra meringkuk di atas selimut, jari-jarinya mengepal erat dan terus-menerus memukul kasur. Dia memang merasa Deven adalah pengkhianat, tapi tidak menyangka Deven akan segila ini. Pria itu bukan hanya memaksanya untuk bercerai, dia bahkan membiarkan ayah Kyra mati begitu saja dan mengantarkan ibunya ke rumah sakit jiwa.

Perasaan marah, dendam, tidak rela, dan sedih menggerogoti dirinya. Kyra memelototi Deven dengan kejam. Tubuhnya gemetaran dan napasnya berpacu kencang.

"Sekarang kamu sudah bisa mengerti perasaanku saat aku kehilangan keluargaku puluhan tahun yang lalu? Inilah karma!" Deven menyunggingkan senyuman tipis, lalu menarik pandangannya dan hendak beranjak keluar.

Tatapan Kyra jatuh pada gunting yang diletakkan di atas lemari. Dia bertekad untuk mati bersama bajingan ini!

Kyra mengambil gunting itu dan menusuk ke arah punggung Deven. Dia ingin membunuh Deven untuk membalaskan dendam orang tuanya, lalu menyerahkan diri ke kantor polisi. Setelah Deven meninggal, semua harta di tangannya, beserta saham dan investasi, semua akan diberikan kepada ibunya sebagai dana pensiun. Ini adalah kesempatan terakhir bagi Kyra untuk membalikkan situasi. Selama Deven masih hidup, ibunya akan selalu berada dalam bahaya.

Ujung gunting yang tajam itu kini hanya berjarak beberapa sentimeter dari punggung Deven. Namun, pria itu tiba-tiba berbalik dan meraih pergelangan tangannya.

Tenaga Deven sangat kuat. Dia menatap Kyra dengan tak acuh, lalu berkata, "Budak cinta sepertimu mau membunuhku?"

Kyra telah mencintai Deven selama belasan tahun hingga keluarganya berakhir setragis ini. Namun pada akhirnya, dia hanya mendapat gelar sebagai "budak cinta"? Deven telah memperalatnya untuk menghadapi Nelson, tapi pria itu malah tidak merasa bersalah sedikit pun?

Deven bahkan ingin memfitnah Nelson sebagai pembunuh! Kyra menganggap ayahnya adalah orang yang paling dermawan di dunia ini. Tidak mungkin ayahnya adalah seorang pembunuh.

Entah itu karena rencana Kyra gagal atau tenaga Deven yang terlalu keras menggenggam pergelangan tangannya, Kyra menangis dengan semakin histeris.

Prang!

Gunting di tangan Kyra terjatuh ke lantai. Kyra menangis dan berteriak sejadi-jadinya. Dia merasa sangat tidak berguna karena tidak berdaya menghadapi Deven sama sekali!

"Nggak usah pura-pura di hadapanku, aku nggak akan tertipu." Deven menarik kembali tangannya dan Kyra jatuh terduduk di ranjang.

"Si tua bangka itu masih di rumah sakit sekarang, tiga hari lagi adalah upacara pemakamannya. Kuberi kamu waktu tiga hari untuk menenangkan suasana hatimu! Kalau kamu nggak makan dan infus dengan teratur dalam tiga hari ini, kujamin kamu bahkan nggak akan bisa mengantarkan kepergiannya untuk terakhir kalinya!"

Deven menunduk dan mencengkeram dagu Kyra dengan kuat. Kemudian, dia tersenyum sambil berkata, "Suamimu baik sekali padamu, 'kan? Sampai memberimu kesempatan untuk menjemputnya keluar dari rumah sakit."

Dulu, Kyra paling menyukai senyuman Deven karena merasa senyumannya itu sangat polos dan murni. Namun jika dilihat sekarang, senyuman Deven tampak sangat kotor dan kejam.

Kyra menangis saat bertanya, "Aku benar-benar nggak mengerti kamu, Deven. Kamu bilang ayahku membunuh semua keluargamu dan kamu sangat membenciku. Lalu, apa hubungannya kalau aku makan dengan teratur atau nggak? Bukannya lebih baik kalau aku mati saja? Bukankah lebih baik kalau kamu nggak perlu turun tangan sendiri? Atau mungkin kamu jatuh cinta pada putri musuhmu?"

"Penyiksaanmu baru saja dimulai. Bukankah membosankan sekali kalau kamu mati begitu saja?"

Pria yang mengenakan sarung tangan kulit berwarna hitam itu menepuk pipi Kyra sekilas. Senyumannya tidak bisa menutupi kebencian yang tersirat dalam matanya.

Setelah Deven pergi, Kyra terduduk lemas di lantai dan bergumam, "Ayah, maafkan aku. Semua ini salahku ...."
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Eny Widiya
jangan membaca...karena gak ada ending,.menggantung tanpa ada kejelasan
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 630

    "Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 629

    Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 628

    Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 627

    "Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 626

    Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 625

    Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status