Share

Bab 18

Aвтор: Soda Lemon
Semua gunting, pisau, garpu, dan benda tajam lainnya telah disita Maya. Kyra bagaikan sebuah boneka yang setiap hari hanya bisa makan, minum obat, diinfus, dan diperiksa kesehatannya oleh perawat. Tidak ada binar kehidupan sama sekali dalam sorot matanya.

Kyra telah berpikir selama tiga hari, tapi dia tetap tidak mengerti bagaimana dia bisa jatuh cinta pada Deven dulu. Deven masih belum mengembalikan ponselnya sampai sekarang. Saat melihat ke luar jendela, Kyra melihat ada 20-an pengawal yang sedang berjaga di setiap pintu masuk vila.

Di setiap sudut vila itu juga dilengkapi dengan kamera pengawas, termasuk dalam kamarnya. Deven benar-benar tidak waras. Dia mengawasi setiap gerak-gerik Kyra setiap harinya dari berbagai sudut. Kyra juga tidak menangis atau berbuat onar sama sekali. Sebab dia tahu bahwa semua itu tidak ada gunanya. Deven telah menentukan segalanya,

Dua hari pertama, semua hidangan yang diantarkan kepadanya terlihat sangat menggiurkan. Namun, Kyra merasa mual dan tidak berselera untuk makan. Maya menasihatinya, "Nona Kyra, sebaiknya kamu makan sedikit. Setelah tubuhmu pulih nanti, Pak Deven akan membebaskanmu."

Meski Maya tidak mengetahui hubungan Kyra dan Deven, dia tetap menasihati Kyra demi kebaikannya. Rumah ini dilengkapi kamera pengawas di setiap sudut ruangan, jadi Maya juga tidak berani bicara sembarangan. Dia hanya bisa mengantarkan makanan dengan rutin setiap harinya.

Kyra tiba-tiba teringat dia akan bertemu dengan ayahnya besok. Besok dia bisa menjemput ayahnya pulang dari rumah sakit dan mengurus pemakamannya. Kyra tidak ingin terlihat kurus dan lemah di pemakaman karena itu akan membuat ayahnya pergi dengan tidak tenang.

Kyra mengambil piring itu dan mulai menyantapnya dengan lahap. Dia ingin menambah semua nutrisi yang telah hilang dalam dua hari belakangan ini. Kalau tidak, Deven tidak akan mengizinkannya untuk menjemput ayahnya keluar dari rumah sakit.

Ayahnya meninggal di rumah sakit sendirian, tapi dia malah makan enak di sini. Kyra merasa sangat menyesal dan bersalah. Air matanya berderai menetes ke piringnya, tapi Kyra tetap menyantapnya hingga habis. Dia bahkan menunjukkan piring kosongnya ke arah kamera.

Di tengah malam, Kyra merasa lambungnya sangat tidak nyaman. Dia memuntahkan semua makan malamnya tadi di toilet. Asam lambung mulai naik. Maya yang merasa khawatir pun bergegas masuk untuk memeriksa kondisi Kyra.

Toilet adalah satu-satunya tempat yang tidak dilengkapi kamera pengawas. Kyra terduduk lemas di lantai dan meraih lengan baju Maya sambil berkata, "Jangan beri tahu dia. Besok adalah hari yang sangat penting bagiku."

"Nona Kyra, aku nggak lihat dan nggak tahu apa pun. Kamu cepat berdiri, lantainya dingin sekali," ujar Maya dengan mata yang berkaca-kaca. Dia juga punya seorang putri yang sebaya dengan Kyra dan dia sangat menyayangi putrinya itu.

Melihat kondisi Kyra saat ini, Maya jadi teringat dengan putrinya sendiri. Oleh karena itu, dia buru-buru membantu Kyra untuk berdiri.

Malam itu, Kyra tidak bisa tidur sama sekali. Dia terus terjaga hingga langit mulai terang. Kyra ingat saat dokter memvonisnya mengidap kanker stadium akhir dan Deven menyuruhnya untuk mati saja, dia juga melewati malam itu sama seperti sekarang ini.

Keesokan harinya.

Kyra bangun pagi-pagi sekali dan memakan habis sarapan yang dimasak oleh Maya. Setelah itu, dia pun mulai merias diri. Kyra jarang sekali berdandan. Namun, hari ini berbeda dari biasanya. Hari ini dia akan mengantar kepergian ayahnya untuk terakhir kalinya. Kyra ingin mengantarkan ayahnya dengan penampilan yang paling bagus.

Usai berdandan, Kyra memilih sebuah gaun merah kesukaan ayahnya saat masih hidup dulu. Gaun ini adalah pemberian ayahnya.

Saat mobil berangkat ke rumah sakit, Kyra melihat jam tangannya sekilas. Saat ini masih pukul 9 pagi. Kyra menaiki lift menuju lantai kamar pasien yang disebutkan Deven.

"Pasien kamar 1502 sudah beberapa hari diletakkan di sini. Cepat hubungi keluarganya untuk menjemput jasadnya." Kyra mendengar ucapan salah satu perawat di sana.

Langkah kakinya tiba-tiba berhenti dan pikirannya juga sangat kacau. Pasien 1502? Bukankah itu ayahnya, Nelson?! Ternyata ayahnya benar-benar sudah meninggal!

Bagi Kyra, kalimat itu bagaikan petir di siang bolong. Pikirannya langsung menjadi kosong seketika.
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (19)
goodnovel comment avatar
Sensi
Gemas juga si Deven
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
si kyra tolol dan teelalu percaya dan menggantungkan hidup terhadap daven.
goodnovel comment avatar
Indra Kuswati
sebel deh gue sama deven ,ngak ada manis- manisnya sama kyra pdhal yg membuat dia seperti sekarang ,jadi orang hebat.
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 630

    "Pak, istirahat saja dulu. Kamu sudah beberapa hari nggak tidur. Kantong matamu sampai hitam sekali," nasihat Alex yang mencemaskan kesehatan Deven.Deven tidak berbicara. Dia langsung masuk ke lift. Setibanya di hotel, Deven menelepon Alvin. Dia belum menyerah.Setelah mengetahui tujuan Deven menelepon, Alvin berujar dengan nada menyesal, "Pak, bukannya aku nggak ingin membantumu. Kakekku memang keras kepala. Kami sudah membujuknya, tapi dia nggak mau dengar.""Benaran nggak ada yang bisa membujuknya lagi?" tanya Deven yang menggenggam ponsel dengan makin erat."Sebenarnya ada.""Siapa?""Justin, anak Pak Farhan. Anak ini punya hubungan dekat dengan kakek kami. Kakek kami anggap dia cucu. Dia pasti bisa membujuknya."Justin .... Deven tersenyum sinis. Dia juga tahu Justin bisa membantu. Akan tetapi, Deven tidak bisa menerima permintaan Justin yang menginginkan Kyra. Mana mungkin dia menyetujui hal seperti ini!"Pasien yang diterima Pak Chokri diperkenalkan Justin?" tanya Deven."Benar

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 629

    Dulu, Kyra pasti akan menjelaskan saat Deven salah paham padanya. Deven boleh salah paham terhadap hal lain, tetapi tidak untuk perasaannya kepada Deven.Namun, sekarang tidak masalah lagi. Mereka memang tidak bisa kembali seperti dulu lagi, jadi tidak ada gunanya dijelaskan. Itu hanya buang-buang tenaga."Bagus kalau kamu tahu. Jadi, kita sudah bisa cerai belum?" tanya Kyra. Setelah makan obat pereda nyeri, tubuhnya tidak sakit lagi. Dia bahkan menyunggingkan senyuman indah.Meskipun wajahnya pucat pasi, Kyra tetap terlihat cantik dan elegan. Meskipun kehilangan banyak berat badan, itu sama sekali tidak memengaruhi kecantikan Kyra.Deven memang ingin melihat senyuman Kyra. Namun, setelah melihatnya, dia malah tidak merasa senang. Deven merasa Kyra sangat senang jika melihatnya marah. Wanita ini sampai menunjukkan senyuman yang sudah jarang terlihat.Kyra bisa melihat amarah pada tatapan Deven makin memuncak. Deven berkata, "Kamu sendiri yang keras kepala. Terserah kamu kalau ingin mat

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 628

    Perkataan ini sontak memadamkan hasrat dalam hati Kyra. Benar, orang tuanya telah meninggal. Bagaimana bisa dia berpelukan dan berciuman dengan Deven di sini?'Kyra, kamu terlalu lemah. Deven cuma merendahkan harga dirinya untuk membujukmu, tapi kamu langsung terjebak? Memalukan!' batin Kyra.Sorot mata Kyra seketika menjadi dingin dan penuh ejekan. Namun, Deven masih belum menyadari apa pun. Dengan mata terpejam, dia masih ingin mencium Kyra. Ciuman tadi membuatnya sungguh tak terlupakan.Deven ingin melanjutkan, tetapi Kyra sontak mendorongnya. Sebelum Deven bereaksi, Kyra sudah melayangkan tamparan ke wajahnya. Pipinya terasa perih, membuat Deven termangu.Ketika menatap Kyra kembali, dia melihat tatapan penuh ejekan itu. Kyra mencelanya, "Deven, kalau kamu butuh wanita, cari saja Irish.""Dia bukan istriku. Ngapain aku cari dia?" balas Deven."Waktu kalian melakukan pemotretan pernikahan, kenapa kamu nggak berpikir begitu?" sindir Kyra."Waktu itu, aku ...." Deven ingin mengatakan

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 627

    "Kalau kita cerai, aku langsung terima pengobatan!" pekik Kyra.Saking kesalnya, Deven sampai tertawa mendengar ucapan Kyra. Di ingatan Deven, Kyra paling takut merasa sakit.Namun, sekarang Kyra begitu tersiksa karena rasa sakitnya. Keringat bercucuran di dahi, wajahnya pucat pasi.Kyra masih terus melakukan perlawanan. Wanita yang dulunya mengatakan akan menemaninya, kini malah ingin meninggalkannya.Hati Deven diliputi kepedihan. Dia benar-benar tersiksa. Pada akhirnya, dengan ekspresi suram, dia memasukkan semua obat itu ke mulut Kyra.Saat berikutnya, Deven meraih pinggang Kyra dan merangkulnya dengan erat. Tubuh Kyra menempel dengan dada kekar Deven. Tidak ada sedikit pun celah di antara keduanya.Kyra ingin mendorong, tetapi tidak punya tenaga sebesar itu. Tenaganya sudah habis, apalagi dia mogok makan belakangan ini. Bagaimana mungkin dia sanggup mendorong Deven?Bibir Deven yang panas sontak mencium bibir Kyra yang kering dan pucat. Kyra ingin meninju Deven, tetapi Deven langs

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 626

    Ini sudah pasti persekongkolan. Justin dan Kyra saling mencintai, jadi Kyra ingin bercerai. Tidak ada yang namanya kebetulan di dunia ini.Kyra tidak memahami maksud ucapan Deven. Persekongkolan apa yang dimaksudnya? Dia sampai mengira Deven ingin memfitnah Justin, tetapi ini hal yang wajar."Benar, kami memang sekongkol!" Kyra sama sekali tidak berniat untuk menjelaskan.Amarah pada tatapan Deven menjadi makin kuat. "Kamu nggak bisa hidup lama lagi. Apa perceraian begitu penting bagimu? Kamu nggak bisa berhenti berdebat dan fokus pada kesembuhanmu dulu?""Daripada berobat atau hidup, aku lebih ingin terbebas darimu. Masa aku harus mati dengan status masih menjadi istrimu? Aku nggak mungkin bisa tenang di alam sana! Sebelum mati, aku harus memastikan kita nggak punya hubungan apa-apa lagi!" pekik Kyra dengan mata berkaca-kaca sambil terisak-isak."Ternyata menjadi istriku lebih tersiksa daripada mati?""Benar! Yang kamu katakan benar!""Kyra, kamu rasa aku nggak bisa menemukan wanita l

  • Pengorbanan Dibalas Pengkhinatan Cinta   Bab 625

    Ucapan ini membuat Kyra termangu sesaat. Nada bicara Deven persis saat dirinya dipaksa makan obat penguat janin. Apakah ini yang dinamakan trauma?Sama seperti sebelumnya, Deven memaksanya makan obat dengan tegas. Pria ini tidak pernah menanyakan pendapatnya dan selalu memaksakan kehendaknya.Kenapa Deven selalu bersikap angkuh dan merasa diri sendiri benar? Deven memang tidak pernah berubah. Egois dan sombong.Kyra mengernyit, mencengkeram perut atasnya. Dia mulai mencium bau amis darah di mulutnya. Sementara itu, Deven menjulurkan tangannya ke hadapan Kyra. "Makan."Kyra bersikeras menelan darahnya. Dia menepis tangan Deven dengan kesal. Obat pereda nyeri pun berserakan. Ada yang jatuh ke dekat kaki Deven, ada yang masuk ke tong sampah.Kyra tidak ingin seperti ini. Bahkan ketika dirinya sudah mau mati, dia masih tidak berkesempatan untuk membuat keputusan. Bukankah hidupnya sangat menyedihkan? Kyra ingin menjadi dirinya sendiri.Pada akhirnya, Deven kehilangan kesabarannya. Dia suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status