Share

Bab 6

Author: Nurleni
last update Last Updated: 2024-06-01 09:00:24

Di rumah sakit Naya baru saja datang bersama dengan Zoya, saat ini Ilyas berada di sana karena tengah bekerja dari laptop.

"Naya!" sahut Alya.

"Assalamualaikum Al." ucap Naya.

"Waalaikum salam." sahut Ilyas yang hanya Ilyas yang menjawab salam dari Naya.

"Ini anak kamu?" tanya Alya menatap pada gadis kecil.

"Ya dia Zoya, putri aku." ucap Naya.

"Wah gadis kecil, sini sama Ibu." ucap Alya meminta Zoya untuk mendekat.

Naya mengarahkan Zoya untuk mendekat pada Alya yang saat ini hanya bisa diam di atas ranjang.

"Tante kenapa?" tanya Zoya gadis kecil itu bertanya.

"Panggil aku Ibu ya." ucap Alya tersenyum pada Zoya.

"Ibu gak papa, cuman lagi sakit saja." ucap Alya.

"Oh." ucap Zoya yang langsung menyalami tangan Alya.

Zoya juga mendekat pada Ilyas yang saat ini tengah duduk, Zoya langsung menyodorkan tangannya meminta Ilyas untuk meraih tangan bocah itu supaya Zoya bisa menyalaminya.

"Om sedang apa?" tanya Zoya.

"Bekerja." jawab Ilyas.

"Om kenapa harus bekerja?" tanya Zoya menatap pada Ilyas dengan tatapan mengemaskan.

"Biar punya uang." jawab Ilyas yang matanya masih fokus pada layar laptop.

"Dulu juga mamah bekerja, tapi mamah tidak punya uang sampai sekarang, apa mungkin hanya laki laki saja yang bisa punya uang?" tanya Zoya dengan polosnya.

Naya menatap pada Zoya yang saat ini bicara pada Ilyas.

"Zoya!" sahut Naya sambil menggeleng gelengkan kepalanya.

"Nay, siapa mantan suami kamu?" tanya Alya.

"Namanya Zidan, kamu gak kenal sama mantan suami aku?" tanya Naya.

Alya sempat berpikir sejenak dia merasa kenal dengan orang yang bernama Zidan itu,

"Zidan kakak kelas kita saat SMP?" tanya Alya yang di balas anggukan kepala oleh Naya.

"Kenapa menikah dengan dia, Nay, kamu tau kan kalau dia itu kasar!" ucap Alya.

"Ya aku salah, Al." ucap Naya.

"Syukurlah kamu bisa terlepas dari orang itu." ucap Alya.

"Oh ya setelah kita lulus SMP dulu, aku kan langsung pergi dari kota ini, saat itu aku sadar Al kalau aku terlalu mengandalkan keuangan keluarga kamu, aku berniat mengganti uang yang sudah di keluarkan oleh orang tua mu, tapi sayang sampai sekarang aku tidak bisa melakukannya." ucap Naya.

"Nay, kami ikhlas kok." ucap Alya.

"Terima kasih sudah mau menyekolahkan aku, padahal dahulu aku tidak punya harapan hidup apa lagi saat Nenek meninggal." ucap Naya.

"Aku menyayangkan hal itu, aku dulu datang ke rumah nenek kamu tapi kenapa di bangun sama orang lain, aku bingung saat itu, tapi seseorang menjelaskan kalau kamu yang menjualnya, awalnya aku gak percaya kamu akan menjualnya." ucap Alya.

"Hanya itu harta aku satu satunya tapi mau bagaimana lagi, aku butuh uang banyak saat itu." ucap Naya.

"Kamu melewati banyak hal Nay!" sahut Alya.

"Ya, oh ya sekarang waktunya kamu makan dan makan obat bentar ya aku siapkan dulu makanannya." ucap Naya yang langsung berjalan ke arah luar ruangan Alya.

Makanan di siapkan oleh pihak rumah sakit, saat ini Naya hanya tinggal menunggu saja di luar sampai suster membawakan ke sana.

"Kapan kamu akan bawa Naya pergi?" tanya Alya.

"Mungkin sore nanti." ucap Ilyas.

"Aku harap rumah yang Naya tempati cukup layak untuknya." sahut Alya.

"Aku mencarikan apartemen." ucap Ilyas.

"Ya, itu bagus." ucap Alya menatap pada suaminya yang saat ini fokus pada pekerjaannya.

Naya membawakan makanan, dia langsung menyuapi Alya dengan makanan itu.

"Makanlah setelah makan kamu segera minum obat." ucap Naya.

"Nay aku harus kemoterapi sekarang." ucap Alya.

"Tapi kamu harus makan banyak dulu." ucap Naya.

"Ya." ucap Alya.

**

Naya menemani Alya saat Alya kemoterapi, karena biasanya Alya akan sendirian jika kemoterapi, tapi saat ini ada Naya yang bisa menjaga Alya setiap saat.

"Nay, boleh aku minta tolong, kamu temani saja mas Ilyas saat ini dia belum makan apa pun." pinta Alya.

"Bukankah tadi pagi dia makan?" tanya Naya.

"Tidak, dia belum makan, biasanya kalau setelah makan mas Ilyas biasa meminum teh manis, itu kesukaan dia." ucap Alya.

"Oh baiklah." ucap Naya.

Naya langsung menuju ke salah satu Kantin yang ada di rumah Sakit itu, dia membeli makanan untuk suaminya itu.

Tak banyak hanya nasi Padang saja yang Naya beli untuk Ilyas.

Dengan beberapa cemilan untuk Zoya yang mungkin tengah bersama dengan Ilyas sekarang.

Naya langsung masuk ke dalam ruangan dia menatap pada putrinya yang tertidur di sofa dengan Ilyas yang masih bekerja.

"Mas makanlah dulu." pinta Naya.

"Tidak usah, aku masih kenyang!" jawab Ilyas tak menatap sedikit pun pada Naya.

"Ini permintaan dari Alya, dia Khawatir pada kamu mas." ucap Naya.

Jika menyangkut Alya saat ini Ilyas tidak bisa menolak, dia langsung mengambil makanan itu dan memakannya sendirian.

"Apa kamu sudah makan?" tanya Ilyas.

"Sudah tadi pagi." jawab Naya.

"Apa kau jijik jika memakan makanan bekas aku?" tanya Ilyas menatap pada Naya yang saat ini tengah menyeduh teh.

"Kenapa harus jijik?" tanya Naya.

"Tidak, makanan ini banyak kalau kamu mau kamu bisa memakan sisanya." ucap Ilyas.

"Oh baiklah." ucap Naya yang merasa sudah terbiasa apa lagi dahulu Naya bahkan memakan bekas makanan Zidan.

Ilyas menyisakan banyak nasi dan lauknya, dia tidak terlalu berselera untuk makan apa lagi dia saat ini merindukan masakan pembantu di rumahnya.

"Ini mas minumnya." ucap Naya.

"Ini makanlah, aku kenyang." ucap Ilyas.

"Mas kenapa sedikit makannya?" tanya Naya.

"Jujur saat ini aku merindukan masakan rumah." ucap Ilyas yang langsung meneguk pelan teh manis hangat itu.

"Tiap hari aku makan dengan makanan yang sama, kadang aku hanya makan dengan kerupuk saking bosannya aku dengan makanan itu." ucap Ilyas.

"Kenapa padahal kalau beli kan suka enak." ucap Naya.

"Bukan masalah enak atau tidaknya, hanya saja aku punya selera khusus saat makan!" ucap Ilyas.

"Kamu merindukan masakan Alya?" tanya Naya.

"Tidak, selama ini dia bahkan tidak pernah masak, aku merindukan masakan pembantu aku." ucap Ilyas.

"Kenapa gak pulang saja dan minta pembantu di rumah untuk memasaknya?" tanya Naya.

"Pembantunya sudah tiada, dia meninggal satu bulan yang lalu." ucap Ilyas.

"Innalilahi wa Inna ilaihi Raji'un." gumam Naya.

"Sudah makanlah dan kembali temani Alya, selama ini aku tidak pernah menemani dia." ucap Ilyas.

"Ya mas." ucap Naya.

"Jangan khawatir kan Zoya dia anak yang baik, bahkan dia tidur sendirian, sepertinya anak mu mandiri." ucap Ilyas.

"Ya dia biasa sendiri." sahut Naya memakan makanan bekas Ilyas barusan, bagi Naya memakan makanan bekas suaminya itu terasa sangat enak, entah kenapa karena itulah kenyataan yang Naya percayai.

"Hanya kamu wanita pertama yang makan bekas aku." sahut Ilyas yang membuat Naya menatap pada Ilyas.

"Bagaimana mungkin?" tanya Naya.

"Benar, Alya gak akan mungkin memakan makanan bekas." sahut Ilyas.

"Padahal ini enak, mas Yash, tau gak aku selama ini selalu memakan makanan bekas mantan suami aku, walaupun dia kasar dan suka selingkuh rasanya enak saja jika memakan makanan bekas suami." ucap Naya.

"Benarkah?" tanya Ilyas.

"Tentu." ucap Naya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 52

    Malam harinya, Alya menatap pada suaminya yang saat ini sudah tertidur pulas di atas ranjang kamarnya, malam ini Ilyas menginap disini karena giliran Alya yang bersama dengan Ilyas.Tatapan mata Alya tak henti-hentinya menatap pada mata Ilyas yang terpejam, Alya bangun dengan perlahan dan berusaha keluar dari kamar dengan mengendap-endap."Rasakan akibatnya karena tadi kau memfitnah aku," geram Alya yang langsung mengambil kunci mobilnya.Alya pergi dari sana menuju ke apartemen Naya, ada sesuatu yang ingin dia lakukan di sana. Alya ingin memberikan pelajaran pada Naya karena sudah berani memfitnahnya, bahkan Alya juga seperti tidak mengharapkan anak itu lagi. Padahal Alya sangat butuh anak itu untuk mendapatkan warisan dari orang tuanya.Alya memarkirkan mobilnya di basemen apartemen yang saat ini terlihat sepi padahal biasanya rame walaupun malam hari, Alya mengambil ponselnya yang sejak tadi ada di atas dashboard mobil.{Lakukan sekarang,} pesan dari Alya.Alya menunggu di sana sam

  • Pengorbanan Makmum Kedua   bab 51

    "Astaga!" gumam Rani.Ilyas panik dia langsung mendekat ke arah Rani, dengan cepat dia langsung mengambil sepucuk surat itu dan langsung membacanya.Ilyas juga tak kalah panik dari Rani, dia langsung menatap pada Naya yang masih bertanya-tanya dengan isi dari secarik kertas yang ditinggalkan oleh laki-laki itu."Ada apa, Mas?" tanya Naya menatap pada Ilyas dan Rani secara bergantian dan sayangnya tak ada jawaban yang bisa dia dapatkan dari keduanya.Naya langsung merebut paksa kertas itu dari tangan Ilyas.(ANAK KAMU AKAN MENINGGAL)Itulah isi dari secarik surat itu, ingin sekali rasanya Naya marah pada orang itu.Seorang ibu mana yang akan rela kalau anaknya mendapatkan ancaman yang begitu kejam dari orang yang bahkan tak dia kenal.Naya meremas sepucuk surat yang masih ada di tangannya itu, "Aku tau siapa yang mengirim surat ini." ucap Naya yang membuat Rani dan Ilyas langsung menatap padanya.**Brakk!Suara pintu didobrak paksa terdengar sangat keras ditelinga yang punya rumah, Al

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 50

    Prak Gelas pecah terdengar memekik di telinga Alya, dengan langkah yang malas dia langsung berjalan ke arah lantai bawah, sejak tadi Ibunya ada di sana tapi sekarang Lia sudah pulang dari kediaman Alya. Alya masih tak percaya kalau Ilyas masih belum pulang juga, rasanya dia sangat ingin menyusul Ilyas ke apartemen Naya. Tapi sayangnya Alya gengsi karena dengan seperti itu dia terlihat mengemis perhatian pada Ilyas. Alya membelalakkan matanya saat melihat sebuah gelas pecah dan pecahannya berserakan di lantai, bukan itu saja. Dia juga menemukan sebuah surat yang tergeletak di lantai. "Surat lagi?" gumam Alya bertanya-tanya. Alya membuka surat itu dengan perlahan dan benar tulisan itu hampir sama dengan tulisan tempo lalu, tapi untuk yang sekarang tulisannya ada yang sedikit berbeda. (KAMU AKAN MATI, KALAU ANAK DALAM KANDUNGAN ANAYAH TETAP HIDUP!) "Apa ini sebuah ancaman? Kenapa padaku? Dan kenapa orang-orang itu tau kalau Naya mengandung? Siapa mereka?" setelah mengucapkan itu

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 49

    "Apa laki-lakinya bisa diperbesar?" tanya Naya. "Tentu." Mutia menzoom layar yang ada di hadapannya itu, Naya mengerutkan keningnya saat melihat orang itu. "Kamu mengenalinya?" tanya Mutia. Naya menggelengkan kepalanya. "Aku gak kenal, laki-laki ini asing." "Fiks, kamu sekarang sedang di teror oleh orang itu, aku sudah menduga ini semua! Tapi Nay, kamu jangan khawatir karena ada aku yang akan membantu kamu untuk mencari tau orang ini." duga Mutia sambil memegang tangan Naya. "Terima kasih Mutia, kau baik sekali." "Sama-sama, kita kan teman, jadi aku harus membantu saat temanku kesusahan." Naya baru ingat kalau di apartemennya itu ada Ilyas, "Mutia, maafkan aku! Tapi di sini ada Mas Yash." ujar Naya. "Mas Yash?" tanya Mutia heran. Naya keceplosan mengusapkan hal itu pada Mutia, Naya baru ingat kalau Mutia belum tau tentang kehidupannya itu. Naya terlihat panik saat Mutia menatapnya sambil bertanya. "Ya, Mas Yash suaminya Alya, dia datang karena mau bertemu dengan Rani,

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 48

    Ilyas mengusap kepala Naya dengan lembut, tapi saat Ilyas akan beralih ke pakaian Naya dia langsung terkejut saat mendapati kalau leher Naya seperti ada luka. "Nay, ini kenapa?" tanya Ilyas. Ilyas semakin mendekat pada luka itu, Ilyas rasa kalau luka itu baru saja ada di leher Naya, Ilyas juga memegang luka itu yang seperti ada luka bekas kuku. "Kamu di cekik?" tanya Ilyas menatap Naya penuh tanya. Naya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Naya juga memegang tangan Ilyas yang sekarang tengah menelisik seluruh badannya. "Mas, ini itu hanya luka biasa." jawab Naya tenang. "Kamu bohong?" tanya Ilyas. Naya hanya diam saja untuk kali ini dia tidak mungkin bicara kalau Alya yang menyebabkan semuanya. "Mas, aku gak bohong, aku beneran!" ucap Naya. "Apa sakit?" tanya Ilyas. "Tidak." Ilyas memeluk Naya dengan sangat erat, dia ingin sekali meminta maaf pada Naya karena ucapan Ilyas sudah menyakiti hati Naya, untuk sekarang Ilyas juga sadar kalau dia seharusnya menghar

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 47

    Pirasat Rani tak enak, dia langsung berlari ke arah apartemennya dan ternyata benar Rani mendapati Naya yang terduduk di lantai. "Kak, kakak kenapa?" tanya Rani yang langsung jongkok di hadapan Naya. Naya hanya menatap kearah depan saja tanpa mengedip sekali pun, Rani mulai curiga pada Alya yang baru saja keluar dari apartemennya itu. "Kak, ada apa?" tanya Rani lagi. Naya menatap pada Rani, dia langsung menangis di hadapan Rani yang semakin merasa bingung dengan kondisi Naya saat ini, Rani membawa Naya ke sofa agar Naya bisa lebih nyaman untuk duduk. Rani juga mengambilkan minuman untuk Naya, dia langsung menyodorkan pada Naya. "Kakak tenang dulu, setelah ini ceritakan padaku apa saja yang terjadi." ujar Rani. Naya membuka hijab yang menutupi kepalanya, Rani baru sadar kalau leher Naya terdapat luka lebam sepertinya luka itu baru saja muncul. "Kakak, kenapa? Apa semua ini Alya yang melakukannya?" tanya Rani tak sabaran untuk mendengar jawaban dari Naya. Namun, tak ada respon

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status