Share

Bab 5

Author: Nurleni
last update Huling Na-update: 2024-05-18 20:32:27

Pagi harinya terlihat kalau jam dinding menunjuk pada pukul empat pagi, Naya saat ini tengah menantikan sholat subuh.

Naya melakukan tadarus Al Qur'an untuk mengisi waktu luang selama dia menunggu waktunya adzan.

Quran surat Al waqiah terdengar dari suara Naya yang saat ini matanya fokus pada Al Qur'an.

Ilyas terbangun karena suara lantunan ayat suci yang Naya lantunkan itu, Naya bukan seorang wanita yang lulusan pesantren, hanya saja Naya bisa membaca Al Qur'an walaupun banyak huruf yang salah saat dia ucapkan.

Ilyas langsung menuju ke kamar mandi, dia mengambil wudhu untuk melaksanakan sholat subuhnya.

Jujur saja Ilyas merasa sangat terkejut karena Naya dan Alya begitu banyak berbeda.

Selama ini tak pernah Alya melaksanakan sholat, terkadang saat Ilyas meminta Alya sholat dia selalu menolak dengan banyak alasan.

Hingga saat itu Ilyas merasa bosan meminta istrinya untuk melaksanakan Sholat, terlalu banyak alasan hingga Ilyas siap menanggung kesalahan Alya bahkan dia juga siap menanggung dosa istrinya.

Ilyas memakai sarung yang selalu dia bawa, dia juga menggelar sejadah di depan Naya.

"Hari ini aku akan jadi imam!" ucap Ilyas.

Naya hanya menatap Ilyas dengan tatapan bingung, namun saat ini Adzan subuh berkumandang di mesjid yang ada di dekat dengan rumah sakit itu.

"Alhamdulillah." gumam Naya.

"Ayo sholat." ajak Ilyas.

Naya berdiri namun terlihat kalau Ilyas sudah akan membaca niat.

Dengan lantang Naya mengucapkan Iqomah, Ilyas yang mendengar hal itu langsung terdiam.

Ilyas lupa kalau sebelum sholat harus ada Iqomah terlebih dahulu, senyuman tergambar di bibir Ilyas.

Iqomah adalah lafaz atau bacaan yang dianjurkan untuk dikumandangkan sebagai seruan sebelum mengamalkan salat fardhu.

mengumandangkan iqomah hukumnya sunnah muakkad atau sunnah yang sangat ditekankan pengerjaannya.

kesunnahan tersebut berlaku saat hendak mengamalkan salat fardhu baik tepat pada waktunya maupun tidak serta dikerjakan secara sendiri maupun berjamaah.

Ilyas memulai sholatnya yang di ikuti oleh Naya yang menjadi makmumnya itu.

Hingga beberapa menit Ilyas mengakhiri sholat fardhu subuhnya itu dengan salam.

Ilyas menengadahkan tangannya dia berdoa untuk keselamatan dan kesembuhan keluarganya, orang orang yang dekat dengannya.

Naya setia mengaminkan setiap doa yang Ilyas ucapkan dalam doa-doanya itu.

"Amin ya Alloh ya rabbal al amin" gumam Naya mengusapkan tangannya pada wajah.

Ilyas berbalik pada Naya dia langsung menyodorkan tangannya pada Naya, dengan ragu Naya menyalami tangan suaminya itu.

Namun saat ini hati Naya merasa tak tenang apa lagi dia saat ini melihat Alya yang juga tengah melihat dirinya.

Naya langsung membuka mukenanya, dia mendekat pada Alya yang saat ini sudah bangun.

"Al ada yang bisa aku bantu?" tanya Naya.

"Tidak!" Tolak Alya.

Tokk

Tokk

Dokter rumah sakit datang ke sana, Naya membukakan pintu agar dokter itu masuk ke dalam.

"Pak, bu ada yang mau saya bicarakan tentang penyakit Bu Alya." ucap Dokter.

"Ya dok, bagaimana?" tanya Ilyas.

"Begini dari hasil pemeriksaan malam tadi, perkembangan kanker dalam tubuh Bu Alya sangat cepat, mungkin hal itu akan membuat Bu Alya merasakan sakit pada bagian tubuhnya." ucap Dokter.

"Benarkah dok?" tanya Alya.

"Apa tidak bisa di cegah dok, atau di operasi?" tanya Naya yang bahkan tidak tau sama sekali tentang kanker.

"Hanya menjalani kemoterapi yang kami sarankan sekarang, kanker paru paru sangat berbahaya rata rata tidak ada yang akan selamat, paling lama seorang pasien dengan sakit kanker ini hanya akan bertahan selama sepuluh bulan, itu pun dengan bantuan kemoterapi rutin." ucap Dokter.

"Dok, jangan bercanda selama ini mati itu hanya di tangan Alloh bukan di tangan dokter, bukan di tentukan oleh obat obatan!" sahut Naya.

"Berdoa saja Bu." ucap dokter yang langsung pergi dari sana.

"Astaghfirullah." gumam Naya merasa sangat marah.

"Sudah Naya, penyakit seperti ini memang tidak ada obatnya, jadi mungkin aku hanya tinggal menunggu hari kematian aku tiba." ucap Alya.

"Persetan Al." geram Naya.

"Diamlah!" bentak Ilyas menatap tajam pada Naya yang saat ini mencoba menjelaskan tentang permasalahan itu pada Alya.

Ilyas marah, tentu saja dia bingung harus melakukan apa, dia tidak mau kehilangan Alya yang sangat dia cintai itu, tak pernah Ilyas bayangkan kalau dia akan kehilangan istri yang sangat dia sayang itu.

Ilyas mendekat pada Alya dia langsung memeluk istrinya itu, Ilyas merasa sangat takut pada kematian yang akan memisahkan mereka.

Walau bagaimanapun Alya adalah cinta pertama Ilyas.

"Tolong jangan tinggalkan aku." bisik Ilyas.

"Mas, ada Naya kan yang akan menjaga kamu." ucap Alya.

"Tidak Al, aku mau kamu hanya kamu." ucap Ilyas.

"Mas, jangan seperti ini." sahut Alya melepaskan pelukan Ilyas yang saat ini terasa nyaman bagi Alya.

**

Siang ini Zoya putri Naya yang berusia 4 tahun baru saja datang ke kota itu, dengan di antar oleh bibinya, Zoya datang ke kota itu untuk menemui ibunya.

Naya menunggu di terminal dia langsung menatap pada gadis kecil yang baru saja turun dari angkutan umum bersama dengan seorang wanita paruh baya.

"Zoya." sahut Naya.

"Mah?" teriak gadis kecil itu yang langsung memeluk mamahnya.

"Bi terimakasih sudah mengantarkan Zoya." ucap Naya.

"Tidak apa Nay, oh ya kamu di sini dengan siapa?" tanya Bibi mantan suaminya Naya.

"Oh ya aku lupa kalau kamu punya rumah bekas Nenek kamu dahulu kan." ucap bibinya lagi.

Naya mengangguk mengiyakan padahal nyatanya rumah beserta tanah itu sudah di jual oleh mantan suami Naya dahulu.

Saat menikah dengan mantan suaminya, Naya hampir kehabisan semuanya, harta dan semua peninggalan dari neneknya habis Naya jual, hingga Naya harus rela banting tulang hanya untuk menghidupi keluarganya.

Setelah berpamitan dengan bibinya, Naya kembali ke rumah sakit dia akan menemui Alya yang katanya akan mengikuti kemoterapi.

Di perjalanan Naya menatap pada pedagang lengkeng yang ada di pinggir jalan.

Rasanya Naya ingin sekali membeli buah itu, tapi perkataan Ilyas masih terngiang di kepala Naya.

**"Alya tidak suka lengkeng!" sahut Ilyas.

"Kenapa begitu?" tanya Naya.

"Dia sempat cerita pada ku, kalau dia tidak suka lengkeng hanya saja karena kamu yang bawakan dia memakannya!" sahut Ilyas.**

Naya tersenyum pada Zoya yang saat ini ada di sampingnya.

"Mah, kemarin ada bapak!" ucap Zoya.

"Bapak?" tanya Naya.

"Ya dia meminta gelang aku." ucap Zoya, gadis kecil itu menunjuk pada tangannya yang polos, padahal sebelumnya Naya membelikan gelang emas untuk Zoya.

"Bapak kamu bawa gelang kamu?" tanya Naya terkejut.

"Ya mah, katanya mau dia ganti." ucap Zoya.

"Astaghfirullah." gumam Naya menggeleng gelengkan kepalanya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 52

    Malam harinya, Alya menatap pada suaminya yang saat ini sudah tertidur pulas di atas ranjang kamarnya, malam ini Ilyas menginap disini karena giliran Alya yang bersama dengan Ilyas.Tatapan mata Alya tak henti-hentinya menatap pada mata Ilyas yang terpejam, Alya bangun dengan perlahan dan berusaha keluar dari kamar dengan mengendap-endap."Rasakan akibatnya karena tadi kau memfitnah aku," geram Alya yang langsung mengambil kunci mobilnya.Alya pergi dari sana menuju ke apartemen Naya, ada sesuatu yang ingin dia lakukan di sana. Alya ingin memberikan pelajaran pada Naya karena sudah berani memfitnahnya, bahkan Alya juga seperti tidak mengharapkan anak itu lagi. Padahal Alya sangat butuh anak itu untuk mendapatkan warisan dari orang tuanya.Alya memarkirkan mobilnya di basemen apartemen yang saat ini terlihat sepi padahal biasanya rame walaupun malam hari, Alya mengambil ponselnya yang sejak tadi ada di atas dashboard mobil.{Lakukan sekarang,} pesan dari Alya.Alya menunggu di sana sam

  • Pengorbanan Makmum Kedua   bab 51

    "Astaga!" gumam Rani.Ilyas panik dia langsung mendekat ke arah Rani, dengan cepat dia langsung mengambil sepucuk surat itu dan langsung membacanya.Ilyas juga tak kalah panik dari Rani, dia langsung menatap pada Naya yang masih bertanya-tanya dengan isi dari secarik kertas yang ditinggalkan oleh laki-laki itu."Ada apa, Mas?" tanya Naya menatap pada Ilyas dan Rani secara bergantian dan sayangnya tak ada jawaban yang bisa dia dapatkan dari keduanya.Naya langsung merebut paksa kertas itu dari tangan Ilyas.(ANAK KAMU AKAN MENINGGAL)Itulah isi dari secarik surat itu, ingin sekali rasanya Naya marah pada orang itu.Seorang ibu mana yang akan rela kalau anaknya mendapatkan ancaman yang begitu kejam dari orang yang bahkan tak dia kenal.Naya meremas sepucuk surat yang masih ada di tangannya itu, "Aku tau siapa yang mengirim surat ini." ucap Naya yang membuat Rani dan Ilyas langsung menatap padanya.**Brakk!Suara pintu didobrak paksa terdengar sangat keras ditelinga yang punya rumah, Al

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 50

    Prak Gelas pecah terdengar memekik di telinga Alya, dengan langkah yang malas dia langsung berjalan ke arah lantai bawah, sejak tadi Ibunya ada di sana tapi sekarang Lia sudah pulang dari kediaman Alya. Alya masih tak percaya kalau Ilyas masih belum pulang juga, rasanya dia sangat ingin menyusul Ilyas ke apartemen Naya. Tapi sayangnya Alya gengsi karena dengan seperti itu dia terlihat mengemis perhatian pada Ilyas. Alya membelalakkan matanya saat melihat sebuah gelas pecah dan pecahannya berserakan di lantai, bukan itu saja. Dia juga menemukan sebuah surat yang tergeletak di lantai. "Surat lagi?" gumam Alya bertanya-tanya. Alya membuka surat itu dengan perlahan dan benar tulisan itu hampir sama dengan tulisan tempo lalu, tapi untuk yang sekarang tulisannya ada yang sedikit berbeda. (KAMU AKAN MATI, KALAU ANAK DALAM KANDUNGAN ANAYAH TETAP HIDUP!) "Apa ini sebuah ancaman? Kenapa padaku? Dan kenapa orang-orang itu tau kalau Naya mengandung? Siapa mereka?" setelah mengucapkan itu

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 49

    "Apa laki-lakinya bisa diperbesar?" tanya Naya. "Tentu." Mutia menzoom layar yang ada di hadapannya itu, Naya mengerutkan keningnya saat melihat orang itu. "Kamu mengenalinya?" tanya Mutia. Naya menggelengkan kepalanya. "Aku gak kenal, laki-laki ini asing." "Fiks, kamu sekarang sedang di teror oleh orang itu, aku sudah menduga ini semua! Tapi Nay, kamu jangan khawatir karena ada aku yang akan membantu kamu untuk mencari tau orang ini." duga Mutia sambil memegang tangan Naya. "Terima kasih Mutia, kau baik sekali." "Sama-sama, kita kan teman, jadi aku harus membantu saat temanku kesusahan." Naya baru ingat kalau di apartemennya itu ada Ilyas, "Mutia, maafkan aku! Tapi di sini ada Mas Yash." ujar Naya. "Mas Yash?" tanya Mutia heran. Naya keceplosan mengusapkan hal itu pada Mutia, Naya baru ingat kalau Mutia belum tau tentang kehidupannya itu. Naya terlihat panik saat Mutia menatapnya sambil bertanya. "Ya, Mas Yash suaminya Alya, dia datang karena mau bertemu dengan Rani,

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 48

    Ilyas mengusap kepala Naya dengan lembut, tapi saat Ilyas akan beralih ke pakaian Naya dia langsung terkejut saat mendapati kalau leher Naya seperti ada luka. "Nay, ini kenapa?" tanya Ilyas. Ilyas semakin mendekat pada luka itu, Ilyas rasa kalau luka itu baru saja ada di leher Naya, Ilyas juga memegang luka itu yang seperti ada luka bekas kuku. "Kamu di cekik?" tanya Ilyas menatap Naya penuh tanya. Naya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Naya juga memegang tangan Ilyas yang sekarang tengah menelisik seluruh badannya. "Mas, ini itu hanya luka biasa." jawab Naya tenang. "Kamu bohong?" tanya Ilyas. Naya hanya diam saja untuk kali ini dia tidak mungkin bicara kalau Alya yang menyebabkan semuanya. "Mas, aku gak bohong, aku beneran!" ucap Naya. "Apa sakit?" tanya Ilyas. "Tidak." Ilyas memeluk Naya dengan sangat erat, dia ingin sekali meminta maaf pada Naya karena ucapan Ilyas sudah menyakiti hati Naya, untuk sekarang Ilyas juga sadar kalau dia seharusnya menghar

  • Pengorbanan Makmum Kedua   Bab 47

    Pirasat Rani tak enak, dia langsung berlari ke arah apartemennya dan ternyata benar Rani mendapati Naya yang terduduk di lantai. "Kak, kakak kenapa?" tanya Rani yang langsung jongkok di hadapan Naya. Naya hanya menatap kearah depan saja tanpa mengedip sekali pun, Rani mulai curiga pada Alya yang baru saja keluar dari apartemennya itu. "Kak, ada apa?" tanya Rani lagi. Naya menatap pada Rani, dia langsung menangis di hadapan Rani yang semakin merasa bingung dengan kondisi Naya saat ini, Rani membawa Naya ke sofa agar Naya bisa lebih nyaman untuk duduk. Rani juga mengambilkan minuman untuk Naya, dia langsung menyodorkan pada Naya. "Kakak tenang dulu, setelah ini ceritakan padaku apa saja yang terjadi." ujar Rani. Naya membuka hijab yang menutupi kepalanya, Rani baru sadar kalau leher Naya terdapat luka lebam sepertinya luka itu baru saja muncul. "Kakak, kenapa? Apa semua ini Alya yang melakukannya?" tanya Rani tak sabaran untuk mendengar jawaban dari Naya. Namun, tak ada respon

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status