"Nay, Nikahi suamiku." pinta Alya Rohalia. "Gak, gak mungkin, aku gak mau!" bantah Anayah Mardan yang kerap di panggil Naya. "Aku sakit Nay, suami ku butuh seorang istri yang bisa menjaga dia Nay, aku yakin kamu bisa." pinta Alya. "Mustahil!" sahut Naya. MAKMUM KEDUA.... Anayah Mardan adalah seorang janda yang berusia 19 tahun, setelah lama dia tidak pernah bertemu dengan sahabatnya, Akhirnya Anayah menerima kabar kalau sahabatnya tengah sakit keras. Betapa terkejutnya Anayah saat tau kalau sahabatnya akan menjodohkan dirinya dengan suami Alya Rohalia. Kebimbangan menyelimuti Anayah di satu sisi dia berpegang teguh pada prinsip dia yang tidak mau merusak kebahagiaan orang lain. Tapi di sisi yang lain, sahabatnya meminta dia menikah dengan Ilyas Syafar Marwansyah, bahkan penolakan dari Anayah pun tak Alya gubris, bahkan Alya malah menyebut nyebut hutang Budi yang dahulu Alya lakukan untuk kehidupan Anayah. Akankah Anayah setuju pada permintaan sahabatnya itu??? Apalah melanggar prinsip yang kita buat itu tidaklah mudah!
view moreTap
Tap Langkah seorang wanita berkerudung hitam, serta pakaian hitam itu terlihat sangat panik, bagaimana tidak? Dia baru saja mendapatkan kabar kalau katanya sahabatnya itu tengah sakit keras. Anayah Mardan adalah seorang janda yang baru saja berusia 20 tahun, selama ini Anayah dan sahabatnya tidak pernah bertemu, namun sekalinya Anayah dapat kabar dia mendengar kalau sahabatnya Alya Rohalia tengah sakit keras. "Mbak di mana ruangan pasien yang bernama Alya Rohalia, katanya dia ada di UGD?" sahut Anayah pada suster yang ada di sana. "Sebelah sana Bu." jawab suster itu menunjuk pada salah satu ruangan yang lumayan dekat dari sana. Anayah yang kerap di panggil Naya itu berjalan ke arah sana. Naya ragu saat dia sudah ada di depan pintu ruangan UGD itu. Tokk Tokk Naya memutuskan untuk mengetuk pintu terlebih dahulu. namun, saat ini seorang laki laki dengan perawakan tegap tinggi membukakan pintu ruangan itu. "Siapa?" tanya Ilyas Syafar Marwansyah. "Siapa mas?" sahut seorang wanita dari dalam sana, dan Naya yakin kalau orang itu adalah Alya Rohalia yang tak lain adalah sahabatnya. "Assalamualaikum." ucap Naya yang langsung masuk ke dalam ruangan itu melewati Ilyas. "Al!" sahut Naya dengan tatapan sendu karena melihat Sabahatnya yang sekarang terbaring lemah di atas ranjang ruangan UGD. Selang Impus menempel di tangan Alya yang sekarang terlihat sangat pucat. "Nay!" sahut Alya tersenyum menatap pada sahabatnya yang sudah beberapa tahun tidak bertemu dengannya. "Astaghfirullah Al, ada apa ini? Kenapa kamu jadi begini, Ya Alloh." Naya menangis menatap pada nasib sahabatnya yang terlihat sangat menyedihkan itu. "Aku sehat hanya saja Tuhan tengah memberikan aku sebuah kenikmatan." sahut Alya. "Kenapa begini, Al?" ucap Naya yang langsung memeluk sahabatnya itu. Air mata terus saja membanjiri pipi Naya yang sedikit tembam itu. "Sudah kamu ini cengeng sekali aku baik baik saja." ucap Alya. Ilyas langsung duduk di samping istrinya. "Alya mengidap kanker stadium akhir." sahut Ilyas. "Astaghfirullah Al." ucap Naya yang menangis semakin menjadi jadi apa lagi Alya sudah Naya anggap sebagai kakaknya sendiri. "Nay bisa tidak aku minta sesuatu dari kamu, sebelum usia aku habis aku mau kamu mengabulkan keinginan aku ini." pinta Alya. "Apa?" tanya Naya. "Kata Dokter aku di vonis tidak bisa punya anak, dan katanya aku akan tiada beberapa minggu lagi, karena perkembangan kanker aku ini begitu cepat." jelas Alya. "Lantas?" Naya sangat penasaran pada apa yang akan di minta Alya. "Suami aku sekarang sudah mapan, dia punya pekerjaan tetap, suami aku bisa menjaga aku saat aku sakit, bahkan dia juga rela membersihkan rumah saat dia pulang kerja karena aku gak bisa melakukan, dia suami yang baik tak akan pernah aku dapatkan suami seperti dia di mana pun, hanya saja dia sedikit dingin tapi dia bisa bercanda sampai membuat aku tertawa." Alya memuji muji Ilyas. "Sebenarnya aku malu mengatakan ini tapi..." Ucapan Alya terpotong, dia menghela nafasnya berat takut sahabatnya itu akan marah apa lagi selama ini mereka tidak pernah bertemu. "Nay, Nikahi suamiku!" pinta Alya Rohalia. "Gak, gak mungkin, aku gak mau!" bantah Anayah terkejut mendengar hal itu. "Aku sakit Nay, suami ku butuh seorang istri yang bisa menjaga dia Nay, aku yakin kamu bisa." pinta Alya. "Mustahil!" sahut Naya. "Sayang, kamu jangan macam macam." ucap Ilyas marah saat istri meminta sahabatnya untuk menikahi Ilyas. "Mas kamu butuh seorang istri, kamu harus punya anak." ucap Alya. "CK Alya aku menerima kamu apa adanya." sahut Ilyas. "Aku hanya mau kamu bahagia Mas, aku yakin kalau Naya ini bisa menjaga kamu, lihat dia sangat keibu ibuan apa lagi dia sudah punya anak, aku gak akan khawatir dengan kondisi kamu nantinya mas." ucap Alya. "Aku gak mau, kamu tau kan Al kalau aku bukan wanita yang suka di madu, aku mau jadi satu satunya bukan salah satunya." sahut Naya. "Aku juga gak mau!" bantah Ilyas. "Mas lihat aku, dengan Kondisi aku yang seperti ini aku gak mungkin bisa melahirkan seorang anak, aku akan sangat bahagia jika Naya yang menjadi istri kamu." sahut Alya. "Mustahil!" bantah Naya. "Aku akan meninggal Nay, maka dari itu aku mau melihat kamu bahagia." ucap Alya. "Al, dokter itu bukan tuhan! Jodoh, mati, Rezeki udah di atur sama Alloh bukan sama dokter." sahut Naya. "Dahulu kamu bilang kamu akan membalas Budi padaku karena aku sudah membantu kamu, dan sekarang aku minta balas Budi mu itu." ucap Alya dengan suara yang berat, ada rasa tak rela di hati Alya apa lagi dia meminta suaminya menikah lagi. Naya terkejut mendengar hal itu, tak pernah dia sangka kalau temannya akan melakukan hal itu padanya. Naya membenarkan letak kerudungnya, dengan ucapan itu Naya tentu saja merasa sangat berkewajiban untuk membalas budi pada Alya. "Baiklah, atas dasar balas budi, aku mau menikah dengan suami kamu." ucap Naya. "Gak mungkin!" bantah Ilyas. "Mas ayolah demi aku." ucap Alya. "Tapi sayang?" sahut Ilyas. "Mas plis ya." pinta Alya. "Ya terserah lah." putus Ilyas yang sudah kesal pada pemikiran istrinya itu. Berat rasanya menghadapi suatu kenyataan kalau suaminya akan menikah lagi, tapi Alya tidak bisa egois di sisi lain suaminya butuh seorang anak dan butuh istri yang bisa menjaganya. Sedangkan Alya dia bahkan sudah di vonis akan meninggal beberapa Minggu lagi. Alya tak percaya pada hal itu, hanya saja dia takut kalau suaminya akan meminta menikah lagi lalu mencampakkan Alya. Hingga pemikiran bodoh itu sampai di kepala Alya. "Kuatkan aku tuhan." batin Alya yang saat ini akan menangis. Naya merasa sangat kecewa pada temannya itu, suatu kemustahilan kalau Naya bisa suka pada Ilyas yang tak lain adalah suami dari sahabatnya itu. "Turun ranjang, apa itu yang akan di maksud pada pernikahan ini." Naya membatin. Naya sebenarnya masih trauma akan pernikahan mengingat kalau dahulu dia di selingkuhi oleh mantan suaminya, bahkan Naya juga sampai mendapatkan kdrt saat dia menikah dahulu. Dan mungkin saja rasa trauma itu masih membekas di hati Naya yang masih terluka itu. "Apa ini benar, apa aku tidak akan merasa sakit hati lagi nantinya?" batin Naya menatap pada kondisi sahabatnya yang sangat menghawatirkan. Rambut Alya bahkan rontok saati ini kulit kepala Alya bahkan sudah hampir terlihat jika saja Alya tidak memakai penutup kepala. "Ya Alloh, aku kasihan pada Alya." batin Naya lagi menangis nasib sahabatnya.Malam harinya, Alya menatap pada suaminya yang saat ini sudah tertidur pulas di atas ranjang kamarnya, malam ini Ilyas menginap disini karena giliran Alya yang bersama dengan Ilyas.Tatapan mata Alya tak henti-hentinya menatap pada mata Ilyas yang terpejam, Alya bangun dengan perlahan dan berusaha keluar dari kamar dengan mengendap-endap."Rasakan akibatnya karena tadi kau memfitnah aku," geram Alya yang langsung mengambil kunci mobilnya.Alya pergi dari sana menuju ke apartemen Naya, ada sesuatu yang ingin dia lakukan di sana. Alya ingin memberikan pelajaran pada Naya karena sudah berani memfitnahnya, bahkan Alya juga seperti tidak mengharapkan anak itu lagi. Padahal Alya sangat butuh anak itu untuk mendapatkan warisan dari orang tuanya.Alya memarkirkan mobilnya di basemen apartemen yang saat ini terlihat sepi padahal biasanya rame walaupun malam hari, Alya mengambil ponselnya yang sejak tadi ada di atas dashboard mobil.{Lakukan sekarang,} pesan dari Alya.Alya menunggu di sana sam
"Astaga!" gumam Rani.Ilyas panik dia langsung mendekat ke arah Rani, dengan cepat dia langsung mengambil sepucuk surat itu dan langsung membacanya.Ilyas juga tak kalah panik dari Rani, dia langsung menatap pada Naya yang masih bertanya-tanya dengan isi dari secarik kertas yang ditinggalkan oleh laki-laki itu."Ada apa, Mas?" tanya Naya menatap pada Ilyas dan Rani secara bergantian dan sayangnya tak ada jawaban yang bisa dia dapatkan dari keduanya.Naya langsung merebut paksa kertas itu dari tangan Ilyas.(ANAK KAMU AKAN MENINGGAL)Itulah isi dari secarik surat itu, ingin sekali rasanya Naya marah pada orang itu.Seorang ibu mana yang akan rela kalau anaknya mendapatkan ancaman yang begitu kejam dari orang yang bahkan tak dia kenal.Naya meremas sepucuk surat yang masih ada di tangannya itu, "Aku tau siapa yang mengirim surat ini." ucap Naya yang membuat Rani dan Ilyas langsung menatap padanya.**Brakk!Suara pintu didobrak paksa terdengar sangat keras ditelinga yang punya rumah, Al
Prak Gelas pecah terdengar memekik di telinga Alya, dengan langkah yang malas dia langsung berjalan ke arah lantai bawah, sejak tadi Ibunya ada di sana tapi sekarang Lia sudah pulang dari kediaman Alya. Alya masih tak percaya kalau Ilyas masih belum pulang juga, rasanya dia sangat ingin menyusul Ilyas ke apartemen Naya. Tapi sayangnya Alya gengsi karena dengan seperti itu dia terlihat mengemis perhatian pada Ilyas. Alya membelalakkan matanya saat melihat sebuah gelas pecah dan pecahannya berserakan di lantai, bukan itu saja. Dia juga menemukan sebuah surat yang tergeletak di lantai. "Surat lagi?" gumam Alya bertanya-tanya. Alya membuka surat itu dengan perlahan dan benar tulisan itu hampir sama dengan tulisan tempo lalu, tapi untuk yang sekarang tulisannya ada yang sedikit berbeda. (KAMU AKAN MATI, KALAU ANAK DALAM KANDUNGAN ANAYAH TETAP HIDUP!) "Apa ini sebuah ancaman? Kenapa padaku? Dan kenapa orang-orang itu tau kalau Naya mengandung? Siapa mereka?" setelah mengucapkan itu
"Apa laki-lakinya bisa diperbesar?" tanya Naya. "Tentu." Mutia menzoom layar yang ada di hadapannya itu, Naya mengerutkan keningnya saat melihat orang itu. "Kamu mengenalinya?" tanya Mutia. Naya menggelengkan kepalanya. "Aku gak kenal, laki-laki ini asing." "Fiks, kamu sekarang sedang di teror oleh orang itu, aku sudah menduga ini semua! Tapi Nay, kamu jangan khawatir karena ada aku yang akan membantu kamu untuk mencari tau orang ini." duga Mutia sambil memegang tangan Naya. "Terima kasih Mutia, kau baik sekali." "Sama-sama, kita kan teman, jadi aku harus membantu saat temanku kesusahan." Naya baru ingat kalau di apartemennya itu ada Ilyas, "Mutia, maafkan aku! Tapi di sini ada Mas Yash." ujar Naya. "Mas Yash?" tanya Mutia heran. Naya keceplosan mengusapkan hal itu pada Mutia, Naya baru ingat kalau Mutia belum tau tentang kehidupannya itu. Naya terlihat panik saat Mutia menatapnya sambil bertanya. "Ya, Mas Yash suaminya Alya, dia datang karena mau bertemu dengan Rani,
Ilyas mengusap kepala Naya dengan lembut, tapi saat Ilyas akan beralih ke pakaian Naya dia langsung terkejut saat mendapati kalau leher Naya seperti ada luka. "Nay, ini kenapa?" tanya Ilyas. Ilyas semakin mendekat pada luka itu, Ilyas rasa kalau luka itu baru saja ada di leher Naya, Ilyas juga memegang luka itu yang seperti ada luka bekas kuku. "Kamu di cekik?" tanya Ilyas menatap Naya penuh tanya. Naya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, Naya juga memegang tangan Ilyas yang sekarang tengah menelisik seluruh badannya. "Mas, ini itu hanya luka biasa." jawab Naya tenang. "Kamu bohong?" tanya Ilyas. Naya hanya diam saja untuk kali ini dia tidak mungkin bicara kalau Alya yang menyebabkan semuanya. "Mas, aku gak bohong, aku beneran!" ucap Naya. "Apa sakit?" tanya Ilyas. "Tidak." Ilyas memeluk Naya dengan sangat erat, dia ingin sekali meminta maaf pada Naya karena ucapan Ilyas sudah menyakiti hati Naya, untuk sekarang Ilyas juga sadar kalau dia seharusnya menghar
Pirasat Rani tak enak, dia langsung berlari ke arah apartemennya dan ternyata benar Rani mendapati Naya yang terduduk di lantai. "Kak, kakak kenapa?" tanya Rani yang langsung jongkok di hadapan Naya. Naya hanya menatap kearah depan saja tanpa mengedip sekali pun, Rani mulai curiga pada Alya yang baru saja keluar dari apartemennya itu. "Kak, ada apa?" tanya Rani lagi. Naya menatap pada Rani, dia langsung menangis di hadapan Rani yang semakin merasa bingung dengan kondisi Naya saat ini, Rani membawa Naya ke sofa agar Naya bisa lebih nyaman untuk duduk. Rani juga mengambilkan minuman untuk Naya, dia langsung menyodorkan pada Naya. "Kakak tenang dulu, setelah ini ceritakan padaku apa saja yang terjadi." ujar Rani. Naya membuka hijab yang menutupi kepalanya, Rani baru sadar kalau leher Naya terdapat luka lebam sepertinya luka itu baru saja muncul. "Kakak, kenapa? Apa semua ini Alya yang melakukannya?" tanya Rani tak sabaran untuk mendengar jawaban dari Naya. Namun, tak ada respon
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments