Share

BAB 06

"Wah sayang banget nggak bisa lihat, pasti lagi berantem hebat mereka." ucap Mira senang setelah mendapat kabar dari orang suruhannya untuk memberikan amplop ke rumah Mizan, bahwa amplop yang dia simpan di depan rumah ternyata kebetulan yang mengambil amplop tersebut adalah Mizan sendiri.

Bagaimana dia bisa menyusup ke mansion milik Mizan? bukannya sudah dalam penjagaan ketat? orang suruhan Mira menyamar sebagai kurir paket dan bilang kepada penjaga bahwa dia membawa dokument penting dan harus orang yang bersangkutan yang menerimanya.

Awalnya sedikit curiga dengan orang suruhan Mira, dia pun menghubungi orang bagian dalam mansion tersebut untuk mengkonfirmasi, karena tidak ada satu pun yang terhubung sang satpam memberikan izin masuk ke dalam ditemani olehnya.

Namun dalam perjalanan sang satpam di hubungi oleh Mizan untuk membukakan pintu gerbang karena di kunci oleh sang satpam kebetulan yang bertugas hanya dia sendiri karena rekannya izin tidak masuk karena sakit.

Mau tidak mau sang satpam kembali menuju post untuk membukakan gerbang, sedangkan orang suruhan Mira di persilahkan masuk karena pasti ada asisten di dalam yang akan menemuinya.

"Loh cepet banget memang sudah ada bu Zahranya." sahut sang satpam saat hendak menutup gerbang.

"Sudah pak kebetulan bu Zahra sendiri yang menmbuka pintunya jadi saya langsung serahkan dokumentnya setelah mengkonfirmasinya." sahut suruhan Mira berbohong.

"Iya sudah pak saya permisi masih ada yang harus saya antar, terima kasih iya pak." orang suruhan Mira pun bergegas meninggalkan mansion tersebut.

"Lagi bahagia banget keliatannya, ada apa nih cerita - cerita kenapa." sahut rekan kerja Mira yang melihat Mira pagi ini terlihat bahagia sekali.

"Eh Dira ngagetin aja, nggak ada apa - apa kok udah ayo fokus baru mulai kerja juga." sahut Mira mnegalihkan topik pembicaraan.

"Ah nggak asyik."

"Udah sih asyikin aja, fokus kerja aja nanti bisa lembur aku nggak tanggung jawab iya." ucap Mira terkekeh kembali fokus pada pekerjaannya mengabaikan rekannya yang masih penasaran.

"Iya udah deh iya bahaya kalau sampai lembur mana malamnya mau pergi sama ayang." rekannya pun kembali fokus karena tidak ingin sampai lembur terlebih hari ini hari terakhir sebelum weekend ingin bisa quality time dengan kekasihnya setelah berbuat janji sebelumnya.

"Nahkan makanya ayo fokus kan sayang nanti nggak bisa quality time."

*****

Pagi hari ini suasana nampak sangat berbeda dari hari biasanya. suasana saat ini nampak seperti perang dingin di mulai di antara mereka berdua. belum ada saling tegur sapa saat bangun mereka langung menyibukan diri dan pemsiapkan kegiatan pagi ini.

Zahra tetap melakukan tugasnya sebagai seorang istri membuatkan sarapan dan menyiapkan keperluan Mizan untuk pergi ke kantor meski ada sedikit rasa canggung.

Tidak ada sapaan dan ucapan manis di pagi hari ini seperti biasanya, tidak ada pembahasan apapun selama  mereka sarapan pagi.

Setelah selesai Mizan langsung berangkat ke kantor tanpa bicara sepatah kata pun kepasa Zahra, nampaknya dia masih marah atas pertengkaran mereka kemarin.

"Sepertinya mas Mizan masih marah." Zahra menghelan nafas lalu bergegas membersihkan piring kotor yang digunakan untuk sarapan, lalu setelahnya bergegas menuju butiknya.

Mizan kini telah sampai di kantornya, selama disana dia tidak bisa fokus dalam bekerja. pikirannya selalu teralihkan kepada masalah kemarin.

"Apa aku sudah kelewatan iya kemarin?." Mizan mengetuk - ngetuk dan memainkan bolpointnya, terus memikirkan masalah yang sedang dia alami bersama Zahra.

"Aish...aku harus menyelidiki masalah ini, seharusnya kemarin aku mendengarkan penjelasan dari Zahra juga sayangnya rasa cemburu membutakan itu semua." Mizan menghembuskan nafas kesal.

Pekerjaannya sangat menumpuk hari ini belum lagi harus meeting dengan beberapa client, sangat terpaksa hari ini sepertinya Mizan harus ambil lembur agar pekerjaannya selesai tepat waktu.

Disisi lain Zahra pun sama halnya dengan Mizan tidak bisa fokus dalam bekerja, entah sudah berapa kertas yang dia buang karena desainnya entah kurang sesuai atau banyak coretan sana - sini yang membuatnya nampak tidak bagus, membuat kertasnya berserakan di depan mejanya.

"Kapan bisa fokusnya sih, udah mau deadline. belum ada satupun desain yang cocok sesuai permintaan client." Zahra menghelan nafas kesal menatap beberapa kertas yang berserakan di depan mejanya.

Tidak lama terdengar suara ketukan pintu, Zahra segera membersihkan kertas - kertas yang berserakan tersebut dan mempersilahkan orang yang mengetuk pintu masuk ke ruangannya.

"Iya silahkan masuk." Zahra mempersilahkan masuk setelah kembali duduk kursinya.

"Maaf bu bila saya menganggu, di depan ada client yang ingin bertemu dengan ibu. katanya sudah membuat janji sebelumnya." ucap sang asisten memberitahu alasan kedatangannya.

"Sudah membuat janji?" Zahra mengingat kembali siapa yang membuat janji bertemu hari ini, beberapa detik kemudian dia tahu siapa yang membuat janji bertemu dengannya hari ini.

"Ah...iya aku baru ingat baiklah kita temui dia sekarang." sambungnya lalu keluar dari ruangannya dan bertemu dengan client.

Zahra menemui clientnya yang meminta Zahra langsung yang mendesain gaun pengantin impiannya, setelah beberapa saat diskusi sana - sini, mereka pun telah berhasil sepakat dan sang client akan kembali dalam tiga minggu kemudian untuk mencoba gaunnya.

"Capek banget hari ini, perasaan dari tadi cuma duduk doang deh, apa ini karena penyakit itu iya?" guman Zahra seraya meregangkan ototnya.

Zahra pun memutuskan untuk pulang lebih awal hari ini, karena tubuhnya merasa sangat lelah, dan kini sedang merebahkan tubuhnya dikasur king size yang begitu nyaman.

"Nyamanya." ucap Zahra merebahkan tubuhnya yang sebelumnya membersihkan diri terlebih dahulu

"Kira - kira sampai kapan iya aku bisa merasakan kenyamanan tempat ini." sambung Zahra menatap ke atas langit - langit kamar tidurnya dengan Mizan.

"Aku tidak bisa seperti ini terus, aku harus segera membahas masalah ini dengan mas Mizan agar tidak diam - diaman seperti ini, lagi pula aku disini tidak sepenuhnya salah. apa salahnya memeluk teman untuk terakhir kalinya karena William akan menikah dan menetap di belanda." monolognya.

"Aku juga harus cari tahu segera mungkin siapa orang yang berani mengambil fotoku secara diam - diam dan membuat aku harus bertengkar dengan mas Mizan karena dia."

Beberapa menit menit kemudian karena waktu sudah sore, Zahra pun bergegas ke dapur untuk memasak makan malam, sore ini dia akan memasak beberapa makanan Favorite Mizan. berharap dengan memasak makanan favoritenya bisa mencairkan suasana yang tiba - tiba dingin, sedingin gunung Everest.

Satu jam berlalu dan masakan yang di buat Zahra pun telah selesai semua, kini dia sedang menatanya di meja makan dan mulai menunggu ke datangan Mizan, dan berharap dia pulang tepat waktu karena tadi dia sempat mengirimnya pesan, namun belum kunjung ada balasan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status