Share

Hari pernikahan

Mila menatap ke arah putrinya yang masih terdiam di sebelahnya. Rasa bersalah menggerogoti dirinya, yang seolah ingin mengikis habis hatinya. Karena, seolah dirinya adalah orang tua yang telah mengorbankan hidup anaknya sendiri demi sebuah janji. Tanpa bisa mengeluarkan sepatah kata pun, ia hanya menunggu hingga putrinya mengeluarkan suaranya.

Suasana hening di kamar putrinya itu, hanya dihiasi dengan suara nafas dari dua wanita berbeda usia itu. Hingga beberapa saat kemudian, suara Aisyah berhasil memecahkan keheningan.

"Jangan menangis Umi, Aisyah tidak apa-apa. Insyaallah Aisyah akan ikhlas menerima takdir yang sudah digariskan oleh Allah SWT, Umi. Aisyah akan menerima putra dari Tuan Atmadja sebagai suami. Dan Aisyah akan mencoba untuk merubahnya menjadi seorang suami yang baik. Semoga Allah memberikan hidayah kepada calon suami Aisyah, Umi."

Mila memeluk erat tubuh putrinya, dengan suaranya yang serak akibat menangis, membuatnya agak tidak terlalu jelas saat mengungkapkan perasaannya kepada putrinya.

"Mana ada orang tua yang bisa melihat putrinya akan menikah dengan seorang pria yang mempunyai banyak keburukan. Akan tetapi, kami tidak bisa berbuat apa-apa untuk mengeluarkanmu dari masalah ini, Putriku. Sekali lagi maafkan kami."

Aisyah melepaskan pelukan Uminya, kemudian ia menghapus bulir bening yang menghiasi wajah cantik wanita yang sangat disayanginya itu. "Jangan berkata seperti itu Umi, itu malah akan membuatku merasa bersalah. Karena telah membuat Abi dan Umi bersedih."

"Aisyah hanya membutuhkan doa dari kalian, agar besok pernikahan kami lancar dan menjadi keluarga yang sakinah mawadah warahmah. Karena doa dari Abi dan Umi jauh lebih berharga dari apapun yang ada di dunia ini."

"Pasti, Putriku. Abi dan Umi selalu mendoakanmu selepas sholat. Semoga kamu akan selalu mendapatkan syafaat dari Allah SWT," ucap Mila dan lagi-lagi meneteskan air matanya saat memeluk putri semata wayangnya.

*******

Keesokan harinya, Aisyah sudah terlihat sangat cantik saat memakai kebaya pengantin modern muslimah yang berwarna putih dengan kerudung yang menjuntai panjang dan dihiasi mahkota di atasnya. Aisyah mengamati penampilannya di depan cermin, bisa dilihatnya dengan jelas wajahnya yang memakai make up tebal yang sebenarnya membuatnya sangat tidak nyaman.

Karena ia semalaman bersujud di atas sajadah untuk memohon petunjuk pada yang Maha Kuasa saat ia sholat Istikharah. Karena ia memikirkan pernikahannya yang mendadak itu, membuatnya lebih memilih untuk berserah diri dan memohon petunjuk-Nya, agar hatinya bisa merasa lebih tenang.

Dan semua itu membuat lingkaran hitam di bawah matanya saat pagi hari terlihat sangat jelas. Namun, sekarang bisa tertutup dengan sempurna oleh make up tebal yang menutupi wajahnya. Jantungnya dari tadi berdegup kencang saat mendengar kabar dari orang tuanya bahwa calon suaminya baru saja tiba dan sudah bersiap untuk mengucapkan Ijab Qabul.

Sedangkan dirinya masih berada di kamarnya untuk menunggu sampai akad nikah selesai, baru ia bisa keluar untuk bertemu dengan pria yang akan menjadi sosok imam untuknya. Bisa didengarnya saat Abinya mulai mengeluarkan suaranya saat menjadi wali nikahnya.

Tanpa bisa ditahannya lagi, bulir bening itu lolos dari bola matanya saat mendengar Abinya mengucapkan kalimat akad Ijab dan langsung disambut kalimat akad Qabul dari pria yang tidak diketahuinya seperti apa rupanya.

Sementara itu, di ruang tamu, Rendi mulai mengeluarkan suaranya yang tegas setelah calon menantunya itu menjabat tangannya.

"Bismillahirrahmanirrahim. Wahai saudara Adyaksa Ramadhan Atmadja bin Ryan Atmadja, saya nikahkan dan kawinkan Aisyah Maulia Azzahra, putri saya, binti Rendi Prakoso, kepadamu dengan mas kawin berupa uang sebesar 200 juta dibayar tunai."

Tanpa membuang waktu, Adyaksa langsung menyambung kalimat akad Ijab itu dengan suaranya yang sangat lantang. "Saya terima nikah dan kawinnya Aisyah Maulia Azzahra binti Rendi Prakoso dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."

Begitu sang pengantin pria menyelesaikan ucapannya, Pak penghulu langsung mengeluarkan suaranya. "Bagaimana para saksi? Sah?"

Sontak empat orang saksi langsung menjawab pertanyaan dari Pak penghulu tersebut. "Saaaaaaaahhh ...."

"Alhamdulillah," ucap semua orang yang berada di ruangan tersebut.

Kemudian Mila bangkit dari berdiri dari tempatnya untuk menjemput putrinya yang masih menunggu di dalam kamar. Dan saat dirinya sudah sampai di dalam kamar, bisa dilihatnya dengan jelas, putrinya sedang menghapus air mata di wajahnya. Ia pun ikut membantu putrinya membersihkan bekas air mata itu dengan sapu tangannya.

"Tenangkan hatimu, putriku! Ayo, sudah saatnya kamu menemui suamimu. Dia adalah pria yang sangat tampan, dan juga terlihat sangat berwibawa. Semoga kelak kamu bisa merubah sifat buruk suamimu dengan ketulusan hatimu, putriku."

"Aamiin ya rabbal alamin," ucap Aisyah yang sudah bangkit dari kursi di depan meja riasnya. Dan berjalan keluar dari ruangan kamarnya bersama wanita yang sudah menuntunnya.

Dan begitu sampai di ruang tamu yang sudah disulap sebagai tempat akad nikah, bisa dilihatnya siluet pria yang saat ini memakai setelan jas berwarna putih, llengkap dengan kopyah sebagai penutup kepalanya. Jantungnya berdetak kencang melebihi biasanya saat sudah berada di sebelah pria yang sudah sah menjadi suaminya.

Aisyah yang masih menundukkan kepalanya karena merasa sangat malu untuk menatap wajah pria yang berada di sebelahnya, langsung mencium punggung tangan suaminya tersebut tanpa menatap wajahnya.

Sementara itu, Adyaksa yang melihat sekilas wajah wanita yang sudah dinikahinya itu, hanya diam tanpa mengeluarkan sepatah kata pun dari bibirnya. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia sibuk mengumpat wanita yang sekarang berstatus sebagai istrinya tersebut.

'Sial ... aku harus menikah dengan wanita yang bahkan memandangku saja tidak mau. Aku pikir dia tidak akan mau menikah dengan pria yang sama sekali tidak pernah dijumpainya, tapi ternyata dia malah menyetujuinya. Gadis miskin dan kuper sepertinya pasti sangat membosankan.'

'Dia pasti mau menikah denganku karena silau dengan kekayaan keluarga Atmadja. Aku yakin dia adalah wanita matrealiatis yang ingin mengubah nasibnya dengan menikah denganku. Akan tetapi, ia berpura-pura bersikap polos di depan semua orang dengan hijab yang dipakainya. Padahal sebenarnya dia adalah wanita munafik, aku sangat muak melihat wanita yang berpura-pura polos seperti ini. Aku akan membuat dirinya sendiri yang mengakhiri pernikahan ini terpaksa ini,' gumam Adyaksa.

Acara selanjutnya adalah menandatangani buku nikah dan pembacaan doa dari penghulu yang memimpin acara sakral itu. Semua orang terlihat menengadahkan tangannya dan mengaminkan doa.

Saat Adyaksa sibuk mengumpat dan hanya diam, seolah tidak mengaminkan doa, berbeda dengan Aisyah yang dengan sangat khidmat mengaminkan doa. Seolah dirinya ingin menyerahkan hidupnya pada Allah SWT yang telah mengatur semuanya untuknya.

Begitu acara doa selesai, penghulu mulai menutup acara akad nikah itu dengan mengucapkan salam. Dan langsung berpamitan pada semua orang, karena akan menikahkan pasangan yang lain. Kemudian sanak keluarga yang datang menghadiri acara akad nikah itu langsung mengucapkan selamat kepada pasangan pengantin baru itu.

Satu jam kemudian, suasana rumah berukuran sedang tersebut sudah mulai sepi dari para sanak saudara dan juga tetangga. Adyaksa yang sudah merasa sangat bosan berada di rumah yang menurutnya seperti sebuah neraka itu langsung mengungkapkan keinginannya pada pasangan suami istri yang sudah menjadi mertuanya.

"Om, Tante, hari ini saya akan membawa istri saya kembali ke Jakarta. Karena saya tidak bisa berlama-lama ada di rumah yang sangat sempit ini. Bukan saya berniat untuk menghina rumah Om dan Tante, tapi saya ingin memberikan kehidupan yang lebih baik untuk istri saya. Karena istri dari seorang Adyaksa Ramadhan Atmadja akan mendapatkan kemewahan dengan tinggal di istana Atmadja."

Kalimat pedas bernada sindiran itu membuat Aisyah yang daritadi tidak berani menatap wajah pria yang berstatus sebagai suaminya, langsung menatap wajah pria yang sudah berdiri menjulang di sebelah tempat duduknya.

Bisa dengan jelas dilihatnya tubuh tegap dengan rahang tegas dan wajah tampan suaminya. Namun, menurutnya sangat tidak sesuai dengan tingkah dan perilakunya yang tidak mempunyai sopan santun.

'Ya Allah, sungguh sempurna paras makhluk ciptaan-Mu ini. Akan tetapi, itu semua seolah langsung menghancurkan semuanya saat ia mulai mengeluarkan suaranya. Semua itu menunjukkan tidak ada yang sempurna di dunia ini. Karena segala kesempurnaan itu hanyalah milik-Mu. Semoga aku bisa merubah pria kasar dan arogan ini menjadi pria yang lebih baik. Kuatkan aku ya Allah,' jerit batin Aisyah.

TBC ...

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status