Home / Fantasi / Penguasa Benua Timur / 7. Hidup di Pulau Youhi

Share

7. Hidup di Pulau Youhi

Author: Banin SN
last update Last Updated: 2021-05-03 14:25:59

Sudah menjadi hal yang normal ketika seseorang pertama kali menginjakkan kaki ke sebuah pulau kecil, yang pertama kali terdengar adalah gemuruh dari beragam binatang rimba. Tetapi tidak demikian dengan hutan Youhi. Pemandangan hutan Youhi memang tampak normal sebagaimana pulau-pulau pada umumnya, tetapi perasaan Li Xian mengatakan jika ada yang tidak beres dengan pulau tersebut.

“Fu’er, kau istirahat dulu di sini, kakek ingin memastikan sesuatu!”

“Baiklah. Jika ada bahaya, Kakek jangan sungkan-sungkan meminta bantuanku.” Zhou Fu memberi usul dengan ekspresi yang serius, sepertinya dia memang sudah merasa menjadi pahlawan sejak ia berhasil menaklukan musuh tempo hari hanya dengan satu pukulan.

Li Xian berjalan dengan hati-hati, ia penasaran apa yang membuat hutan tersebut menjadi sunyi. Langkah Li Xian terhenti ketika ia mendapati ada sebuah batu besar yang sepertinya sengaja diletakkan di bibi hutan dan cukup dekat dengan lokasi pantai. Batu besar tersebut berukuran setidaknya 15 kali ukuran tubuh orang dewasa. Semua sisi batu tersebut memiliki bentuk yang sama yaitu berlubang-lubang dan seperti terkikis sesuatu.

“Selamat datang di pulau Youhi. Segera tinggalkan pulau ini jika masih ingin bernapas!”

Li Xian membaca ukiran yang ada di batu raksasa tersebut, meski beberapa tulisan tersebut tampah terpotong karena kondisi batu yang keropos, Li Xian cukup yakin jika isi tulisannya demikian. Biasanya, seorang pengembara yang baik memang bersedia memberi tanda jika kebetulan mereka singgah pada tempat-tempat khusus yang berbahaya.

“Cucuku! Kemarilah!”

Li Xian memanggil Zhou Fu untuk bertanya sesuatu. Tak berapa lama, Zhou Fu mendekat. Terlihat oleh Li Xian jika mata Zhou Fu memiliki kantung yang menghitam, bibirnya biru dan kulit-kulit tubuhnya semakin cokelat. Meski demikian, sorot matanya tetap cemerlang, sepertinya dia memang sangat senang sebab bisa berjalan-jalan keluar dari pulau Konglong.

“Fu’er cucuku, bagaimana jika kita berlayar lagi mencari pulau lain? Dari catatan di batu itu, kakek rasa ada sesuatu yang berbahaya di pulau ini. Bagaimana menurutmu?”

“Bahaya? Apakah itu artinya menantang? Baiklah, ayo kek kita lihat apa yang berbahaya, kalau ada sesuatu di dalam, kita hajar bersama-sama!”

Tanpa menunggu persetujuan dari sang kakek, Zhou Fu melangkah memasuki hutan dengan mendongakkan kepala ke atas, ia seperti ingin memperkenalkan betapa hebatnya dirinya kepada pulau Youhi. Li Xian menggeleng-gelengkan kepala melihat cucu kecilnya yang gemar menantang segala sesuatu yang dinamai ‘bahaya’.

“Oh ya, bukankah sudah lama sekali kita tidak makan, Kek?”

***

Sudah lebih dari tiga mil perjalanan, Li Xian dan Zhou Fu tak menemukan satu binatang buruan pun. Zhou Fu berulang kali bertanya pada Li Xian mengapa mereka seperti sedang sendirian di dalam hutan. Li Xian belum bisa menjawab sebab ia belum menemukan satu petunjuk pun. Hingga beberapa waktu kemudian, terdengar suara gemuruh yang entah dari mana datangnya. Li Xian mencengkeram pundak Zhou Fu untuk memberi peringatan agar berwaspada.

Zhou Fu melihat ke segala arah, ia berharap suara gemuruh itu adalah suara binatang buas yang bisa mereka santap dagingnya. Zhou Fu juga berharap jika binatang buas tersebut akan sedikit lebih sulit untuk ditaklukkan sebab selama di pulau Konglong ia merasa sangat bosan dengan binatang-binatang buas yang mudah dikalahkan.

Tak lama berselang, suara gemuruh itu semakin nyaring terdengar bahkan membuat telinga hampir-hampir tuli saking kerasnya. Li Xian tahu suara itu, ia berteriak pada Zhou Fu sebelum terlambat. Tapi nyatanya ia terlambat, suara Li Xian tenggelam. Tenggelam dalam artian yang sebenarnya.

Li Xian ingin berteriak pada Zhou Fu untuk berpegangan erat pada pohon atau memanjat ke pohon yang tinggi. Tetapi sebelum kalimat tersebut sampai ke telinga Zhou Fu, pulau Youhi dilanda gempa berkekuatan besar dan dibarengi dengan tsunami yang gelombang airnya lebih tinggi daripada pohon tertinggi sekalipun di pulau tersebut.

Li Xian mampu bertahan dengan cukup baik dalam sapuan badai tsunami tersebut, berkali-kali tubuhnya menghantam pohon dan bebatuan tetapi itu tidak melukainya sedikit pun. Ia pun mampu untuk tidak bernapas selama beberapa waktu ketika pulau Youhi karam oleh gelombang tsunami.

Tapi, bagaimana dengan si kecil Zhou Fu?

Li Xian merinding membayangkan bagaimana tubuh kecil Zhou Fu tersapu ombak raksasa. Ke mana Zhou Fu hanyut? Bagaimana keadaannya saat ini? Apakah dia mengerti apa yang harus dilakukan?

Li Xian berenang dengan kecepatan maksimal dan berkeliling ke berbagai arah untuk menemukan tubuh cucunya. Di luar dugaan Li Xian, pulau Youhi tenggelam dalam waktu lebih dari setengah jam. Itu adalah durasi yang terlalu lama untuk sebuah gelombang air mampu menenggelamkan seluruh pulau dalam sekali hantaman.

Pertanyaan mengapa tidak ada binatang di hutan tersebut, setidaknya sekarang sudah terjawab. Tentu taka da satu binatang pun yang berhasil selamat dari bencana alam seganas itu. Tapi, hal tersebut tidak lagi mengganggu pikiran Li Xian. Kepalanya hanya terisi ke mana Zhou Fu hanyut, bagaimana keadaan Zhou Fu.

Suasana pulau Youhi sudah sedikit lebih normal pasca gempa, Li Xian melanjutkan pencariannya tetapi pencarian tersebut tidak membuahkan hasil meski hari telah berganti. Ya, Zhou Fu sudah hilang lebih dari 24 jam. Jika Zhou Fu masih di pulau tersebut, Li Xian yakin ia sudah menemukannya sebab ia sudah berkeliling hingga ke masing-masing sudut pulau kecil itu.

Tetap saja, batang hidung Zhou Fu tidak tampak sedikit pun.

***

Hari sudah berganti lagi, pencarian Li Xian belum menemukan titik terang. Li Xian yang putus asa memilih untuk duduk di bibir pulau, tepat di pantai di mana pertama kali ia dan cucunya tiba di pulau Youhi. Li Xian berharap, entah bagaimana caranya, akan ada keajaiban dari Dewa sehingga Zhou Fu kecil bisa selamat dari amukan tsunami tempo hari.

Dan sepertinya, Dewa memang mengabulkan harapan Li Xian. Tampak jauh sekali dari tengah lautan, matanya menemukan sebuah titik yang bergerak semakin lama semakin mendekat. Titik kecil itu mengelaurkan bunyi yang timbul dan tenggelam,

“Kakek!!! Kakek!!! Akhirnya kita bisa makan daging! Aku menemukan ikan besar ini di lautan!”

Ya, itu memang Zhou Fu. Li Xian hampir-hampir terharu mendengar suara cucunya yang teramat bersemangat. Li Xian seperti menyesali kebingungan dan kesedihannya dua hari itu, nyatanya, orang yang ia khawatirkan bahkan sepertinya memang tidak butuh dikhawatirkan.

Zhou Fu sampai ke pantai dengan terengah-engah, ia menyeret ikan paus besar yang sudah tak bernyawa. Tubuhnya basah oleh keringat yang bercampur air laut.

“Sykurlah! Terima kasih Dewa, Kau telah menyelamatkan cucuku!” Li Xian berucap sambil mengelus-elus kepala Zhou Fu yang basah.

Zhou Fu mendongak ke atas dan bertanya,

“Siapa Dewa? Aku tidak mendapat bantuan dari siapapun! Aku menangkap ikan ini sendirian kau tahu?!!!”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
Edison Panjaitan STh
jago benar si kecil.
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penguasa Benua Timur   Hadiah Menarik di Hari Terbaik

    Semakin lama, semakin Zhou Fu yakin jika tak ada orang yang lebih pandai daripada Shen Shen dalam hal mencari masalah. Ketika ia teringat kembali awal pertemuan mereka, Zhou Fu seolah-olah menyadari jika ia memang hidup dengan membawa takdir untuk membereskan semua masalah yang menjerat Shen Yang.Seperti hari itu, mengingat Zhou Shan telah memasang perisai kuat di area kapal, jelas tertangkapnya Shen Shen tidak disebabkan oleh kerusakan arai yang dibuat oleh Zhou Shan. Dalam artian, Shen Shen secara sengaja keluar dari perlindungan Zhou Shan dan seperti biasanya, melangkah menghampiri masalah.Pada saat itu, dihadapkan dengan informasi dibawanya Shen Shen ke istana walikota, Zhou Fu dan Zhou Shan menunda agenda makan siang mereka. Keduanya bergegas keluar dari rumah makan lalu menyewa kuda-kuda terbaik untuk digunakan pergi menuju ke istana walikota.“Mengapa kita harus repot-repot menyewa kuda jika kita bisa melesat cepat ke istana? Menjengkelkan!” gerutu Zhou Fu sesaat sebelum mena

  • Penguasa Benua Timur   Dewi dari Kayangan

    Tampaknya, pertanyaan yang baru saja dilontarkan oleh Zhou Shan adalah pertanyaan yang paling dihindari oleh sang walikota. Tak peduli apa pun keadaannya, sang walikota tetap terkesan menghindari menjawab pertanyaan itu. Dalam keadaan antara hidup dan mati, pria itu bahkan meludah sembari tersenyum mengejek kepada Zhou Shan.“Kau tak akan pernah mendapatkan jawabannya!” ucap Gao Shan sembari sebelah tangannya melakukan gerakan khusus dari balik jubah.Seketika itu juga, kilatan cahaya terang benderang membutakan mata semua orang, termasuk Zhou Fu dan Zhou Shan. Dengan sigap Zhou Fu melesat menarik tubuh Zhou Shan mundur, sekadar berjaga-jaga pada sesuatu yang mungkin tak mereka ketahui.Ketika ledakan cahaya telah berakhir, Zhou Fu dan Zhou Shan melihat hanya ada bekas-bekas keberadaan walikota bersama putranya di ruangan itu. Keduanya telah menghilang entah ke mana.“Sepertinya walikota menggunakan teknik atau spirit tool teleportasi,” gumam Zhou Shan seraya mengamati bekas keberadaan

  • Penguasa Benua Timur   Tujuan Mendarat di Benua Timur

    Zhou Shan tak mau membuang waktu. Dalam sekejap, ia melangkah maju, tangannya terangkat dan udara di sekitarnya berubah drastis. Aura emas yang kuat mulai membungkus tubuhnya, membuat Gao Shan dan Gao Ren merasakan tekanan yang luar biasa."Masa-masa kejayaanmu sudah hampir kadaluarsa, Tuan Walikota," ucap Zhou Shan menyeringai. "Aku akan memberimu salam perkenalan, Prelude Strike!"Zhou Shan mengayunkan tangannya ke arah Gao Shan. Udara di sekelilingnya bergetar hebat ketika rune-rune bercahaya emas muncul di udara, membentuk lingkaran rumit yang tiba-tiba mengeluarkan petir emas. Kilatan petir itu melesat cepat ke arah Gao Shan, seperti kehendak langit yang tidak dapat dihindari.Gao Shan dengan cepat mengangkat tangannya, membentuk perisai energi merah yang berasal dari spirit tool Crimson Essence Flask. "Blood Shield!" teriaknya. Perisai itu terbentuk dari darah kental yang berputar cepat, memblokir petir yang datang dari Zhou Shan.Ledakan keras terdengar saat petir dan perisai d

  • Penguasa Benua Timur   Teknik Tersembunyi

    Gao Ren merasa darahnya berhenti mengalir. Tubuhnya bergetar ketakutan. Ia tak pernah membayangkan akan berada dalam situasi seperti itu, Sun Hao yang selalu ia anggap tak terkalahkan ternyata bisa dikalahkan dengan begitu mudahnya.Zhou Fu berjalan mendekat, setiap langkahnya seakan menjadi dentang lonceng kematian bagi Gao Ren. Namun, Gao Ren menolak menyerah begitu saja. Ia masih punya kartu truf yang belum dimainkan.“Kau akan menyesal berurusan denganku!” ucap Gao Ren memberi ancaman, meski saat itu suaranya terdengar ketakutan.Dengan tangan gemetar, Gao Ren mengeluarkan sebuah bola permata dari spatial ringnya. Tak berlama-lama, Gao Ren mencengkeram bola permata itu hingga membuatnya pecah berkeping-keping. Suara retakan bola permata itu terdengar memekkakkan telinga. Di saat yang sama, muncul ledakan di udara, menciptakan kepulan kabut debu yang tebal selama beberapa detik. Gao Ren mundur selangkah, membuat Zhou Fu mengerutkan kening karena penasaran dengan apa yang akan munc

  • Penguasa Benua Timur   Arogansi Putra Walikota

    “Spirit Formation Mid Stage. Kau sebut itu kuat? Kau sedang melawak?” cibir Zhou Fu yang serta merta membuat mata Gao Ren memerah karena marah. Kebanggaan yang beberapa detik lalu meledak di kepala Gao Ren kini terasa sirna dan tergantikan oleh amarah yang tertahan.Di saat yang sama, Sun Hao juga dibuat terkejut oleh ucapan Zhou Fu. Dari caranya berbicara, jelas sekali bahwa Zhou Fu menganggap rendah seorang kultivator di ranah Spirit Formation, yang mana ranah tersebut sudah termasuk ajaib untuk diraih oleh seseorang semuda Gao Ren.Dengan gerakan cepat, Sun Hao melangkah maju dan meminta Gao Ren mundur di belakangnya. "Tuan Muda, biarkan saya yang menangani mereka. Saya akan memastikan mereka tidak akan keluar dari ruangan ini hidup-hidup."Zhou Shan yang sedari tadi diam kini hanya tersenyum sinis melihat adegan itu. "Apakah kalian berdua benar-benar berpikir bisa menahan kami dengan kekuatan sekecil itu?" tanyanya, sengaja terdengar mengejek.Gao Ren mendekati Sun Hao lalu berbis

  • Penguasa Benua Timur   Sisi Menarik Berkuasa

    Seseorang yang baru saja memasuki ruangan tersebut memberi tatapan intimidasi kepada enam pria yang berada di dalam rumah makan. Empat pria yang berasal dari Teratai Hitam dan Safir Biru tampak gugup dan gelisah sebab mereka tahu siapa sosok yang baru saja menegur mereka. Sementara Zhou Fu dan Zhou Shan merasa tak perlu gelisah atau khawatir sedikit pun sehingga ketika pria itu muncul di dalam ruangan, Zhou Fu dan Zhou Shan hanya melipat tangan di dada sembari mengamati apa yang akan dilakukan pria tersebut.“Maafkan atas keributan yang terjadi, Tuan Sun. Kami hanya berniat mengusir dua pengacau ini,” ucap Hong Tian kepada Sun Hao, pemimpin tertinggi pasukan pengawal walikota.Sun Hao tak merespon permintaan maaf dari Hong Tian, melainkan kini menghunuskan tatapan mematikan ke arah Zhou Fu dan Zhou Shan secara bergantian.Dalam hati, Hong Tian merasa sangat puas karena itu artinya Sun Hao akan segera memberi pelajaran berharga kepada Zhou Fu dan Zhou Shan.“Di mana letak sopan santun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status