LOGINTangan Vivian mengepal erat, wajahnya yang basah sedikit memerah.
Ia mendongak menatap Dion dengan rasa takut yang tersisa. “M-maaf!“ Dion mengangkat alisnya sedikit terkejut dengan sikap sang elf. “Hm?“ Tersentak, Vivian menunduk memejamkan mata dan melanjutkan niatnya dengan lebih serius. “Aku. Vivian Van Millian ingin meminta maaf! Aku seharusnya tidak bersikap begitu bodoh kepada orang yang sudah menyelamatkan bukan hanya nyawa tapi juga harga diriku. Tidak bisa kubayangkan, apa yang terjadi padaku jika kau tidak datang menolong saat itu,” “Aku mohon… terimalah permintaan maaf atas sikap lancangku sebelumnya, dan terimakasih telah menyelamatkanku wahai manusia, karena ka-” “Sial, apa dia akan berpidato disini.“ batin Dion. “Berhenti.“ ucapnya pelan. Saat sedang di tengah-tengah pernyataan, Vivian tentu saja berhenti dan terkejut. “Masuklah terlebih dahulu.“ ucap Dion sambil masuk ke dalam kabin yang sudah tak layak huni. Vivian yang mendengarnya, seketika bergidik ngeri. “T-tunggu, apa? Kenapa? Apa maksudnya? Apa dia marah? Apa kata-kataku kurang meyakinkan? Atau jangan-jangan…” Ia menelan ludah. “dia benar-benar ingin membunuhku kali ini!” pikirnya. Tidak bisa berbuat apa-apa, Vivian memegang dadanya. Dengan tertatih, ia mengikuti Dion masuk ke dalam kabin. Dion duduk di kursi plastik yang masih utuh. “Duduk lah.“ ujar Dion tenang. Vivian melihat sekeliling, menemukan ruangan itu sebagian besar telah hangus. Merasa malu, karena seisi kabin jadi seperti ini oleh perbuatan nya, ia memutuskan hanya berdiri dengan kepala tertunduk. “Te-terima kasih, tapi, aku akan berdiri saja.“ “Terserah.“ balas Dion tanpa ekspresi. Kegelapan perlahan mulai lenyap membawa semua kebisingan malam itu. Dan matahari mulai mengintip menerangi ujung cakrawala, seolah ingin tahu apa yang akan terjadi hari itu. “Kenapa kau menyerangku?“ tanya Dion. “Aku… sebenarnya tidak berniat begitu, aku hanya… berusaha melindungi diri.“ sahut Vivian. “Dari apa? Jangan mencoba untuk berbohong.“ Vivian mendongak, kemudian berkata. “Sejujurnya… aku sangat-sangat membenci manusia. Mereka makhluk yang bodoh, rakus, mesum, dan sangat kasar!“ “Hm?“ “Bu-bukan begitu maksudku!.“ kata Vivian dengan tergesa. "terserahlah, lupakan, sekarang apa kau masih ingin menyerangku?" tanya Dion. "Ti-tidak-tidak, tidak mungkin, aku sungguh minta maaf!" Vivian reflek menjawab dengan cukup lantang sambil melambaikan tangannya kedepan. “Baiklah... Setidaknya keputusanmu cukup bagus untuk datang dan meminta maaf. Karena jika tidak. Mungkin kau akan bernasib sama seperti bos bandit.“ Vivian hanya bisa menelan ludah membayangkan perkataan Dion. Tentu saja itu hanya gertakan, jika ia benar-benar ingin membunuhnya, mungkin dari awal Vivian sudah tergeletak tak bernyawa. Di tengah-tengah percakapan, waktu ternyata telah berlalu cukup cepat, sehingga tak sadar bahwa silau matahari terbit kembali menyinari dunia. Di dataran rumput yang luas itu, kabin kayu semakin terlihat jelas sudah setengah hancur dan ternganga di bagian depan. “Sekarang. Aku ingin bertanya beberapa hal, dan kau harus menjawabnya dengan jujur.“ ucap Dion acuh. Tapi sebelum Vivian menjawab, Dion melihat wajah Vivian yang tegang dan sesekali menggigil. Ini tentu mengganggu Dion, menurutnya, jika ingin mendapatkan informasi yang tepat, Vivian harus tenang agar bisa mencerna pertanyaan dengan baik. “Kurasa dia kedinginan… yah wajar saja, pakaian nya sudah robek.” pikirnya. “…..“ “Tenang… Tidak perlu tegang…“ ujar Dion mengingatkan Vivian dengan pelan. Setelah mendengar itu, Vivian menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya lalu mendongak menatap Dion, entah mengapa, ia akhirnya merasa lebih santai lalu mengangguk. “Baiklah! Aku mengerti!“ Dion diam-diam memanggil sistem memeriksa status Vivian. TAB STATUS Nama : Vivian Van Milian Umur : 115 tahun Ras : High Elf Gender : Perempuan Master Arcana : Arcanis Tingkatan/Spiral : 3 [manifest phase] Dunia Asal : Eldoma World Kondisi : kurang baik (memulihkan diri) Tanpa basa-basi, Dion bertanya tentang hal-hal yang menurutnya penting. “Seberapa kuat seorang Master Arcana, misalnya 2 sampai 3 sprial.“ Vivian mengangkat kedua alisnya. “Hm? Kenapa kau bertanya seperti itu?“ “Jawab saja, aku hanya ingin mendengarnya dari orang lain. Seperti misalnya kau sendiri, seberapa kuat dirimu.” “Emm... Aku sendiri, mampu bertahan melawan seekor Griffin yang kekuatannya setara seorang Master Arcana 4 spiral initial, sedangkan seekor Griffin saja, bisa menghancurkan sebuah desa biasa dalam satu hari." “Griffin?“ ujar Dion penasaran. “Ya, apa kau tidak tahu?“ “Aku tahu.“ balas Dion. Vivian tak menghiraukannya, ia menyilangkan lengannya kemudian melanjutkan. “Aku sebenarnya tidak terlalu mengerti tentang indikasi kekuatan seperti ini, tapi yang jelas. Setiap Master Arcana yang memiliki satu saja tingkat lebih tinggi dari lawannya, ia bisa cukup mudah mendominasi pertarungan.” Dion sejenak terlarut dalam pikirannya. “Bahkan seekor hewan saja memiliki Arcana? Di dunia ini, sepertinya menjadi kuat bukanlah pilihan, tapi cara bertahan hidup.“ “Lalu bagaimana kau bisa bertahan dari seekor Griffin, yang tingkat kekuatan nya lebih tinggi darimu?“ Dion kembali bertanya. Vivian belajar dari kesalahan sebelumnya, ia tidak berani bersikap sombong dan hanya menjawab dengan jujur “Karena Griffin yang ku lawan sedikit berbeda, ukurannya lebih besar, dan dia menjaga sebuah peti harta karun. Aku memanfaatkan nya dengan terus menyerang dan menghindar dari luar jangkauan nya. Tapi bahkan sampai Ether ku terkuras habis, makhluk itu belum mati.“ Ia mengerutkan kening lalu menambahkan. “Dan harta karun itu seharusnya menjadi milikku, jika saja para bandit brengsek itu tidak datang.“ Dion menyerap semua informasi dalam diam. Ia melirik keluar dan berkata. “Baiklah… Sekarang… aku ingin bertanya tentang keadaan di luar.“ “Apa? apa kau belum pernah keluar dari sini?“ Vivian bertanya sedikit terkejut. Dion hanya menjawab setelah mengangguk pelan. “Aku sudah terlalu lama mengurung diri untuk latihan.“ Vivian tidak pernah tahu, ada orang yang mengurung diri untuk latihan, ia juga belum pernah mendengar atau melihat tentang orang berpakaian seperti Dion sebelum nya, apalagi ia sadar bahwa Dion terlihat masih muda. Ini membuatnya sedikit skeptis tentang perkataan Dion. Namun yang bisa ia lakukan hanyalah percaya, karena ia juga tidak bisa menemukan apapun dari pria misterius sepertinya. Tentu saja itu juga karena Vivian tidak ingin bernasib sama seperti bos bandit. Sejenak terlarut dalam pikiran, Vivian tiba-tiba tersadar akan sesuatu... “Tunggu dulu! Aku sampai lupa. Sebelum menjawab pertanyaan mu. Bolehkah aku mengetahui siapa namamu wahai manusia? Ini sebenarnya cukup menyulitkan untuk berbicara dengan orang lain tanpa mengetahui namanya.“ ujar Vivian dengan nada sopan. “...Dion Erlando.“ Melihat perawakan dan aura Dion, Vivian sebenarnya berharap untuk mendengar nama yang luar biasa, atau nama dari kerajaan-kerajaan atau faksi besar. Namun setelah Dion menyebutkan namanya, ia sedikit kecewa, itu sama sekali asing baginya, nama seperti itu, ia belum pernah mendengarnya sama sekali. Tapi hal ini juga membuatnya mulai penasaran dengan siapakah Dion sebenarnya. “Baiklah… Tuan Dion, seperti yang kukatakan sebelumnya, namaku Vivian Van Millian, aku adalah high elf dari hutan agung Elliot. Sekarang darimana kau mau mulai?“ “Dari awal.“ “Kalau begitu, ini mungkin akan sangat panjang. Pertama-tam-” Dumpp… Dumpp… Krwuakk…. Tiba-tiba suara ledakan dan teriakan binatang terdengar dari arah hutan. Vivian merasa sangat akrab dengan suara ini dan reflek menoleh dengan ekspresi serius. “Ini… rengekan Griffin, sang penjaga harta karun!“ Tidak seperti Vivian, Dion justru tersenyum tipis. “Bagus sekali...“Lisa dan Skiser terhenti mendengar suara Dion. Bersamaan dengan itu, tekanan yang berbeda dari sebelumnya muncul, kali ini bahkan lebih berat hingga membuat dataran sekitar bergetar. Dbugg! Dbugg! Kedua orang itu tergeletak seperti mayat yang tetap sadar karena tak kuasa menahan tekanan Dion yang semakin kuat. "Aura macam apa ini? pria itu... apa dia sebelumnya hanya bermain-main?" Tekanan itu menahan mereka ke tanah, seperti gravitasi yang memberat, bahkan Lisa yang ingin menoleh melihat Skiser tidak bisa. "Skiser. Maafkan aku, aku seharusnya bisa menjadi kakak yang baik. Tapi kita berakhir mati oleh monster ini karena keegoisan ku. Aku sungguh minta maaf telah menjadi kakak yang sangat buruk." batin Lisa penuh penyesalan. Lisa dengan susah payah menggerakkan ujung jarinya untuk menyentuh tangan mungil Skiser. Wajah mereka memucat dengan cepat. Di saat-saat terakhir tangan mereka berdua bersentuhan walau hanya ujung jari saja. Skiser seolah tahu apa yang ingin di sampaik
"Sekarang apa yang harus kulakukan? Haruskah aku lari?" pikir Dion dengan ekspresi datarnya sembari mundur perlahan.Groomm…Gemuruh petir tiba-tiba terdengar."Lightning Chain!" Lisa mengayunkan tongkat nya. Langit menggelap dengan cepat dan dua petir menyambar lurus ke arah Dion.DUARRR!"TUAN!" Vivian membelakkan mata melihat Arcana tingkat tinggi yang di keluarkan Lisa, ia berlari menghampiri Dion, dalam hatinya ia tidak bisa merasa tidak khawatir sama sekali.Dubb…Dubb…Dentuman hening terdengar dari dalam diri Dion. Sebelum petir itu mengenai dirinya, dunia melambat seakan tunduk dengan suara itu.Dubb…Suara itu terdengar lagi, Dion tahu itu bukan dari jantungnya, ia memejamkan mata memfokuskan kesadaran nya menelusuri suara itu."Ini... Beyond Eternal Core…" BOMMB!Petir tepat mengenai Dion secara bergantian menimbulkan ledakan kecil lalu mengeluarkan asap tebal.Kejadian itu begitu cepat. Vivian terlambat, kakinya seketika lemas dan tersungkur kebelakang tak percaya. Matany
Dion terus mendekat, tangannya terulur menyentuh kepala makhluk itu, sedangkan tangan yang memegang liontin berada di belakang punggung tertutup oleh jubah.Vivian dan Lisa yang di sibukkan dengan pertarungan mereka sendiri menoleh melihat apa yang terjadi.Lisa terkejut, matanya membelak. Perasaan tidak menyenangkan seketika muncul dalam hatinya saat melihat adegan yang akan terjadi.Dion memandang rendah rakun itu. Kepala asli makhluk itu hanya sebesar bola kaki, memungkinkan Dion untuk mencengkram dan mengangkatnya dengan satu tangan.“Erghh.. Li.. sa…”“HENTIKAN!“ Teriak Lisa dengan wajah panik, memperingatkan Dion.Tangan Dion terus meremas kepala Skiser. Raut kesakitan bisa terlihat jelas di wajah Skiser saat itu juga. Lengan kecilnya terus meraih-raih tangan Dion namun tidak sampai.“KUBILANG HENTIKAN!“ Entah hubungan apa yang dimiliki Lisa dengan Skiser, namun dari suaranya, Lisa semakin panik dan ketakukan melihat itu.Bukk!“Hahh… Hahh… Hahh…”Tanpa di duga, Dion melepasakan
Wuushh… Seketika tekanan di sekitar berubah, angin masuk dan berputar-putar di sekitar Guildmaster Cecilia. “Apa katamu?“ Cecilia mendesis, rahangnya mengeras. “Aku berkata… baumu amis!“ Bleum menegaskam suaranya. Tanpa aba-aba, dari atas Cecilia, pusaran angin berbentuk jangkar terlempar ke arah Bleum dengan sangat cepat. Surrfhh… Bleum menginjakkan salah satu kakinya ke lantai, kemudian sebuah tanah keras naik dari dalam lantai dan langsung membentuk dinding tanah menghalau jangkar itu. Bumbb… “Kalian berdua… sebaiknya tidak membuat keributan disini. Kita punya misi, jika memang ingin bertarung carilah tempat yang lebih baik.“ Sato dengan dingin berkata sambil tetap berjalan meninggalkan kedua orang itu. Keduanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya Cecilia mendecakkan lidah lalu pergi. “Anggap saja kau beruntung karena ini istana, lain waktu kita bertemu, ku pastikan kau akan jadi makanan ikan.“ “Dalam mimpimu…” ucap Bleum meremehkan. Setelah kedua Guildmaster p
Tiga Guild besar. Adalah organisasi yang berisi para petualang, penuh dengan orang-orang kelas bawah maupun menengah yang rata-rata telah membentuk spiral dan ingin bertahan hidup dengan cara memanfaatkan kekuatan dan tenaga mereka. Ketiganya telah di kenal paling besar di antara Guild yang lain, dan yang terbesar adalah Guild Valhalla. Guild Valhalla terletak di pesisir pantai kerajaan Ardeal yaitu kota Marina, karena wilayah mereka sangat dekat dengan perairan, para petualang di sana biasanya mengerjakan misi dengan mengarungi lautan.Guild besar tentu saja memiliki seorang Guildmaster yang juga mempunyai kekuatan serta tanggung jawab besar. Cecilia Marina, wanita anggun berkulit tan dan selalu berpakaian menarik, dengan ciri khas tato ular melingkar di sepanjang lengan kirinya. Ia adalah seorang Arcanis tipe angin dan air, tidak di ketahui secara jelas tingkat spiral nya, namun yang pasti itu cukup tinggi, bahkan dengan pengaruh serta kekuatannya, ia berjaya menjalin kerja sama an
Di dalam aula raja. Raja Bethort duduk di singgahsana, sedang memandangi kristal es berbentuk simbol api di tangannya. Ekspresinya lesu, hatinya merasakan kesedihan sekaligus kemarahan pada saat bersamaan. Namun ketika dingin dari kristal es menyentuh kulitnya, itu juga menyentuh hatinya, amarahnya menghilang menyisakan kesedihan yang mendalam.Gambaran seorang gadis cantik berrambut merah dengan gaun istana muncul dalam pikirannya, gadis itu tersenyum bahagia ke arah Raja Bethort sambil memegang sebuah kristal es seukuran koin berbentuk simbol api.“Ayah! Lihat! Lihat! Aku sekarang dapat menggunakan es ku membentuk sesuatu yang baru!“Raja Bethort tersenyum hangat menanggapi putrinya yang ke girangan seolah telah melakukan pencapaian besar.“Hoho… kerja bagus Luna, ini sangat cantik seperti dirimu. Tapi… kenapa itu berbentuk api?“ tanya sang raja.gadis itu menyodorkan kristal es kepada sang raja. “Tentu saja karena Ini untukmu ayah! Lihatlah, bukankah aku cukup terampil. Akhirnya se







