Sofia adalah orang yang mudah luluh. Melihat Glen yang berjanji dengan sepenuh hati, Sofia pun bersedia kembali bersama Glen. Ditambah, Sofia juga belum sepenuhnya rela berpisah dari Glen.Kemudian Glen dan Sofia pun menikah, mereka membeli rumah di Kota Haita. Kedua orang tuanya Glen pernah meminta untuk tinggal bersama, tetapi Glen langsung menolaknya.Setelah Glen menolak permintaan tersebut, kedua orang tuanya Glen malah menyalahkan Sofia. Kedua orang tuanya Glen menuduh Sofia telah mencuci otak putranya. Semenjak itu, kedua orang tuanya Glen semakin membenci Sofia.Kedua orang tuanya Glen berharap bisa segera menggendong cucu, tapi Sofia sendiri tidak mau mempunyai anak. Tahun baru kemarin, saat Glen dan Sofia pulang ke rumah Keluarga Hutomo, Bu Hutomo ingin membawa Sofia ke dokter kandungan, tapi Sofia menolak dengan tegas.Melihat Sofia yang tak kunjung hamil, kedua orang tuanya Glen menyarankan Glen untuk menceraikan Sofia.Sesaat mendengar ucapan Bu Hutomo, Glen malah memarahi
Sofia seperti dihipnotis, dia hanya bisa mematung di tempat. Otaknya menyuruhnya pergi, tetapi sekujur tubuhnya tidak bisa bergerak."Cit ...." Mobil tersebut mengerem secara mendadak.Setelah suara yang memekakkan telinga, tiba-tiba suasana di sekitar terasa sunyi. Sebagian pejalan kaki menutup mata mereka karena ketakutan.Beberapa menit sudah berlalu, tetapi Sofia masih membeku di tempat. Dia tidak bisa mendengar atau melihat apa pun. Kepalanya terasa kosong dan linglung.Semua orang terkejut, ternyata Sofia tidak tertabrak. Untungnya mobil tersebut berhenti tepat waktu.Insiden ini mengakibatkan kemacetan di jalan raya. Banyak kendaraan yang berhenti untuk mencari tahu apa yang terjadi."Nona, kamu nggak apa-apa?""Bisa berdiri?""Apakah otaknya terbentur?"Para pejalan kaki menghampiri Sofia untuk menanyakan keadaannya. Jantung Sofia berdegup sangat kencang, dia belum bisa mencerna apa yang terjadi.Tak berapa lama, seorang pria datang dan mengulurkan tangannya. "Ayo, aku bantu."
"Nggak apa-apa, aku baik-baik saja," jawab Sofia."Bahumu ...." Pria asing menunjuk tangan kanan Sofia."Bahuku sudah luka sejak seminggu yang lalu. Tadi dokter membersihkan lukanya dan diperban ulang. Bukan salahmu, kok," Sofia menjelaskan.Namun pria ini masih mencemaskan kondisi Sofia. "Dokter tidak memberikanmu obat? Sini, resepnya! Biar aku yang tebus."Sofia menggelengkan kepala. "Nggak ada.""Kamu bisa jalan? Perlu dipapah? Di luar macet banget, pasti susah dapat taksi. Aku antar pulang, ya!" Pria asing memberikan tawaran.Kebaikan pria ini malah membuat Sofia curiga. "Tidak perlu, aku minta temanku jemput saja."Pria ini menyadari Sofia yang menolak dan menjaga jarak, dia pun segera menjelaskan, "Jangan salah paham, aku nggak ada maksud lain. Aku hanya mencemaskan keadaanmu. Kalau kamu nggak mau diantar, aku akan menemanimu sampai temanmu datang."'Gawat!' pikir Sofia. Tadi Sofia cuma asal mencari alasan, tak ada seorang pun yang akan datang menjemputnya.Sofia hanya memiliki s
"Oh ...." Liam tidak tertarik mengobrol lebih panjang.Namun Niel tidak terpengaruh dengan sikap Liam yang dingin. Niel terlihat sangat antusias dan berkata, "Aku tidak menyangka bisa bertemu Pak Liam di sini. Pak Liam, aku sangat mengidolakan Anda.""Masih tidak mau pergi?" Liam mendesak Sofia, lalu membalikkan badan dan langsung pergi.Melihat Liam yang hendak meninggalkannya, Sofia pun bergegas mengejarnya.Sofia mengejar Liam, sedangkan Niel mengejar Sofia. "Pak Liam temanmu?"Teman? Tentu saja bukan! Namun Sofia sudah terlanjur mengatakan kalau temannya yang akan datang menjemputnya. Hanya saja Sofia tidak tahu, kenapa bukan Evano, tetapi malah Liam yang datang ....Sofia terpaksa berbohong, lalu menganggukkan kepala. Kedua mata Niel sontak berbinar-binar, lalu menarik tangan Sofia, "Kamu bisa tolong mengenalkan aku sama Pak Liam?""Hah?" Sofia melirik Liam yang berjalan jauh di depan sambil menjawab dengan ragu-ragu, "Aku harus tanya Pak Liam dulu."Ketika tidak mendengar langkah
Evano menarik kembali tatapannya dan menatap Sofia dengan penasaran. "Eh, memangnya apa yang tadi kalian bicarakan?""Hah?" Sofia menggelengkan kepala. "Rahasia.""Cih. Baru kenal sudah main rahasia-rahasiaan." Evano menggoda Sofia. Di sisi lain, Evano jadi paham, pantas saja Liam terlihat masam.Liam tidak mau pulang dengan mobilnya sendiri, dia mau pulang bersama Evano dan Sofia.Begitu Evano menoleh, dia melihat Liam yang duduk di kursi depan."Eh?" Evano mengerutkan alis. "Bukannya kamu tidak suka duduk di depan?"Setiap Evano dan Liam satu mobil, Evano menyetir di depan, sedangkan Liam duduk di belakang. Evano lebih kelihatan seperti sopir daripada temannya Liam.Evano sudah sering komplain, tetapi Liam tidak memedulikannya. Tumben sekarang Liam malah inisiatif duduk di depan."Di belakang kotor." Liam memalingkan wajah.Sofia tidak berani ikut campur, dia membuka pintu mobil dan bergegas masuk. Kalau bukan mobil yang kotor, berarti Sofia yang kotor.Kedengarannya memang kasar, te
Dua minggu kemudian, Sofia kembali bekerja setelah bahunya sembuh.Semua orang senang melihat Sofia yang kembali bekerja. Para karyawan pun mereservasi restoran termewah di Kota Haita untuk merayakan kesembuhan Sofia.Terdapat makanan, kue, dan juga anggur di atas meja.Sofia terlalu banyak minum sampai mabuk. Beberapa orang ingin mengantar Sofia pulang, tetapi tak ada seorang pun yang mengetahui alamat rumah Sofia.Di saat semua orang kebingungan, salah seorang karyawan berteriak, "Ah, aku baru ingat! Aku punya nomor suaminya Bu Sofia. Bu Sofia pernah meminjam ponselku untuk menelepon suaminya.""Cepat telepon!"Ketika semua orang mendesak, tiba-tiba seseorang bergumam pelan, "Bu Sofia ... bukannya sudah cerai?"Tak ada seorang pun yang pernah mendengar berita ini. Kata siapa Sofia bercerai? Apakah informasi tersebut bisa dipercaya?"Serius?""Kok Bu Sofia tidak kelihatan sedih?""Iya, informasimu bisa dipercaya?"Orang yang mengungkap perceraian Sofia juga tidak bisa memastikan keben
Secara spontan, Glen mengecap bibirnya dan menelan air ludah. "Kirimkan alamatnya, aku ke sana."Asistennya Sofia segera mematikan teleponnya dan mengirimkan alamat kepada Glen. Begitu mendapatkan alamatnya, Glen langsung menuju ke lokasi untuk menjemput Sofia.Melihat Glen yang masih memedulikan Sofia, orang-orang pun mulai bergosip."Kayaknya mereka nggak cerai.""Bu Sofia hebat banget bisa memaafkan suaminya yang selingkuh.""Mau bagaimana lagi? Wanita yang bercerai susah mendapatkan pasangan lagi.""Tapi mereka nggak punya anak. Bu Sofia cantik dan kariernya juga bagus, dia pasti bisa mendapatkan suami yang lebih baik.""Sudah, sudah. Intinya Bu Sofia dan suaminya baik-baik saja. Kita jangan bergosip lagi," kata asistennya Sofia.....Saat ini Glen masih lembur di kantor.Semenjak insiden di restoran hotpot, Vera mengundurkan diri dan fokus menjaga kandungannya. Glen juga pindah ke rumahnya Vera agar lebih mudah menjaganya.Sebelum tinggal bersama, hubungan Vera dan Glen terasa san
Meskipun Vera sudah keluar dari rumah sakit, Glen tidak mengusir orang tuanya pulang. Dia malah menyewa rumah yang lebih besar agar orang tuanya bisa tinggal bersama mereka.Setiap hari Glen selalu pulang larut malam. Walaupun semua pekerjaannya sudah selesai, Glen selalu mencari-cari alasan untuk lembur.Glen melakukan semua ini demi menghindari pertengkaran, dia sudah capek bekerja. Sama seperti hari ini, sebenarnya semua pekerjaan Glen sudah beres, tetapi dia malas pulang.....Ketika Glen tiba di restoran, Sofia ditemani beberapa rekan kerjanya yang tidak mabuk. Saat memasuki ruangan, Glen merasa tidak leluasa menghadapi tatapan mereka.Tatapan mereka terasa agak sinis ...."Tuh, Bu Sofia." Asistennya Sofia menunjuk ke arah Sofia yang berbaring di atas meja."Terima kasih," jawab Glen.Hari ini Sofia mengikat rambutnya ke belakang dan mengenakan celana hitam yang dipadukan dengan kemeja V-neck. Sesaat melihat tulang selangka Sofia, hati Glen terasa bergetar.Secara tidak disadari,