แชร์

Bab 2

ผู้เขียน: Yellow
Sofia tidak kembali ke ruangan, insiden tadi jelas telah menarik perhatian banyak orang, termasuk para bawahan Glen.

Para bawahan Glen melihat Glen yang pergi sambil menggendong Vera, tetapi tidak ada seorang pun yang tampak terkejut atau heran. Sepertinya mereka sudah mengetahui perselingkuhan Glen dan Vera.

Setiap mengingat kemesraan Glen dan Vera, Sofia merasa dirinya sangatlah bodoh. Mungkin para bawahan Glen sedang mentertawakan kepolosan Sofia.

Sofia berusaha menahan air matanya dan kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah yang gelap gulita, Sofia menyalakan lampu dan melihat ke sekeliling. Tak ada yang berubah, hanya saja udara terasa lebih dingin.

Sofia tak mau membuang-buang waktu, dia merapikan semua barang berharganya dan bergegas pergi ke Hotel Royal yang merupakan tempatnya bekerja.

Sofia adalah manajer Departemen Housekeeping di Hotel Royal. Karena sering mendapatkan shift malam, Sofia memiliki kamar sendiri.

Walaupun hanya terdapat sebuah tempat tidur, kamar ini cukup untuk ditinggali Sofia sampai mendapatkan tempat tinggal baru.

....

Meskipun Sofia bertanggung jawab atas Departemen Housekeeping, dia sudah bekerja di Hotel Royal selama 5 tahun. Sofia lumayan akrab dengan para karyawan yang bekerja di hotel ini.

"Bu Sofia? Bukannya kamu izin?" tanya Mita yang bertugas sebagai resepsionis. Dia agak terkejut melihat Sofia yang datang dengan membawa 2 koper besar.

"Aku ada urusan," Sofia menjawab hanya demi formalitas.

"Ini ...." Mita menatap 2 koper besar yang dibawa Sofia.

"Oh, hotel kita akan kedatangan tamu penting. Untuk memberikan pelayanan yang terbaik, sementara ini aku akan tinggal di hotel." Sofia berusaha mencari alasan yang terdengar meyakinkan.

Ketika ditanya, Sofia teringat dengan pesan manajer umum saat mereka mengadakan rapat beberapa hari yang lalu. Sofia yakin, tidak akan ada yang mencurigai alasan yang diberikannya.

"Oh iya, aku sempat dengar gosipnya. Kayaknya tamu itu adalah petinggi di holding company. Manajer menyuruh kita untuk lebih menjaga sikap selama beberapa hari ini. Kalau sampai ada yang melakukan kesalahan, manajer akan langsung memecatnya." Mita mengerutkan bibir.

"Hmm." Sofia mengangguk, lalu bergegas berpamitan. "Aku naik dulu."

Saat Sofia baru mengangkat kakinya, dia mendengar suara langkah kaki yang tegas dan berirama. Secara spontan, Sofia sontak menolehkan kepalanya. Dia melihat dua orang pria yang berjalan masuk ke lobi hotel.

Kedua pria itu mengenakan setelan jas berwarna hitam yang elegan.

Fokus Sofia tertuju kepada pria yang lebih tinggi. Pria itu memiliki wajah yang tampan, mata yang tajam, bibir tipis, dan kulit yang cerah. Pria tersebut memasukkan tangan kirinya ke dalam saku celana, sedangkan tangan kanannya menggantung dengan santai.

Sepertinya pria ini menyadari tatapan Sofia, dia menoleh ke samping dan melirik Sofia. Sofia terkejut dan buru-buru menundukkan kepalanya.

"Selamat malam, ada yang bisa saya bantu?" Mita bertanya dengan sopan.

Sesaat mendengar pertanyaan Mita, pria ini menarik kembali tatapannya, sedangkan Sofia juga bergegas membalikkan badan.

Pria yang lebih pendek menjawab Mita, "Mau check-in."

"Baik. Apakah Anda sudah melakukan pemesanan di awal?" tanya Mita.

"Sudah." Pria yang lebih pendek menyerahkan kartu tanda pengenalnya. "Satu kamar VIP dan satu kamar biasa."

Sofia kembali menghentikan langkah kakinya saat mendengar kamar VIP.

Hotel Royal hanya memiliki satu kamar VIP. Berdasarkan pesan manajer umum, kamar tersebut disiapkan untuk seorang tamu penting.

Sofia langsung beranjak kembali ke resepsionis, lalu meletakkan kopernya dan segera menyambut pria tinggi yang tampan.

Sembari tersenyum profesional, Sofia mengulurkan tangannya dan hendak menyapa pria ini. Hanya saja, Sofia baru menyadari, dia belum mengetahui nama pria ini.

Senyuman Sofia membeku sejenak, tetapi dia segera menyembunyikan rasa gugupnya dan berkata, "Selamat malam, aku adalah Sofia Nudara, Manajer Housekeeping di hotel ini. Selama Anda menginap di hotel kami, aku yang akan bertanggung jawab atas semua keperluan Anda."

Pria ini menatap Sofia selama beberapa detik dan menjabat tangannya. "Halo."

Suara pria ini sama seperti dugaan Sofia, serak dan lembut bagaikan harpa yang merdu. Saat Sofia melamun, tiba-tiba tangannya terasa dingin.

Pria ini menarik tangannya dan kembali memasukkannya ke dalam saku. Pria ini memiliki tangan yang lentik. Seketika Sofia pun merasa malu, kulitnya bahkan lebih gelap daripada kulit pria ini.

"Liam Pranoto." Pria ini menyebutkan namanya.

Setelah tercengang selama beberapa detik, Sofia baru terbangun dari lamunannya dan menyapa dengan sopan, "Halo, Pak Liam."

Liam mengernyit saat memperhatikan ekspresi Sofia. Bibir Liam terlihat melengkung tipis, entah apa yang sedang dipikirkannya.

Pria yang lebih pendek memberikan sebuah kartu sambil berkata, "Ini kartunya."

"Em." Liam mengangguk, lalu pergi meninggalkan Sofia.

Ketika melewati Sofia, pria yang lebih pendek sempat menatap Sofia sambil tersenyum misterius.

Tatapan pria itu membuat Sofia merasa canggung. Setelah mereka pergi, Sofia memegang wajahnya sambil bertanya kepada Mita, "Wajahku kotor?"

Mita menggelengkan kepala.

....

Keesokan hari, Glen menelepon Sofia pagi-pagi sekali.

"Kamu ke mana?" tanya Glen dengan menggunakan nada ketus.

"Glen, aku mau cerai." Sofia merasa tidak ada gunanya menjawab pertanyaan Glen.

Glen terdiam selama beberapa menit. Ketika kembali berbicara, suara Glen terdengar lebih lembut daripada sebelumnya, "Sofia, dengarkan penjelasanku ...."

"Baik. Coba jelaskan, aku akan mendengarkanmu." Sofia tersenyum.

Glen kaget, dia tidak menyangka bahwa Sofia akan merespons seperti ini.

"Yang terjadi di antara aku dan Vera hanyalah kecelakaan. Waktu itu kami mabuk, aku nggak nyangka bisa sampai hamil. Aku mau memutuskan hubungan ini, tapi dia terus menggangguku. Dia memaksaku bertanggung jawab ...," Glen menjelaskan.

Sofia tidak buta dan tidak bodoh. Penjelasan Glen berbeda dengan fakta yang disaksikan Sofia. Kemarin Glen jelas terlihat gugup, Sofia tidak terlihat mengganggu ataupun memaksa Glen.

"Baiklah." Sofia menatap ke arah langit, matanya memancarkan sorotan yang dingin. "Aku tidak akan meminta bercerai asalkan Vera menggugurkan kandungannya. Setelah kandungannya digugurkan, segera putuskan hubungan kalian!"

"Ini ...." Glen terbata-bata. "Kandungan Vera sudah berusia 4 bulan. Kalau digugurkan, aku mengkhawatirkan keselamatan nyawa Vera. Sejak tahun baru, setiap hari Ibu selalu menelepon dan memaksaku untuk segera punya anak. Aku sengaja merahasiakannya karena takut mengganggumu."

"Desakan Ibu membuatku tertekan. Kebetulan Vera sedang hamil, kita bisa mengadopsi anaknya agar Ibu tidak mendesak terus." Glen mengutarakan idenya.

Sofia memejamkan matanya, dia merasa marah sekaligus kecewa. "Glen, aku sudah pernah memberitahumu, aku tidak mau punya anak!"

"Aku tahu alasan kamu tidak mau memiliki anak." Glen terdengar agak angkuh, dia mengira kalau dirinya berhasil menebak isi pikiran Sofia.

"Kamu takut sakit, 'kan? Kamu takut bentuk badanmu berubah, 'kan? Sekarang kamu tidak perlu melalui semua itu, kamu hanya perlu membesarkannya. Aku sudah mempermudah hidupmu." Glen meninggikan suaranya.

Saking marahnya, Sofia bahkan sampai tertawa. Namun Sofia tetap berusaha untuk tenang dan bertanya, "Apakah kamu sudah meminta persetujuan Vera?"

"Aku tidak membutuhkan persetujuannya!" Jawaban Glen terdengar arogan.

Sayangnya Sofia sudah tidak memercayai Glen. "Aku tidak tertarik punya anak, aku juga tidak tertarik membantumu untuk membesarkan anak."

Sofia menolak permintaan Glen secara frontal. "Kamu dan Vera cocok, kok. Semoga kalian bahagia."

"Apakah semuanya sudah tidak bisa diperbaiki?" tanya Glen.

"Tidak bisa," jawab Sofia.

"Baiklah." Glen berhenti membujuk Sofia dan suaranya pun kembali terdengar dingin. "Kamu yang mau cerai. Jangan harap kamu akan mendapatkan harta gono-gini!"

Pantas saja Glen berusaha membujuk Sofia. Ternyata Glen tidak mau bercerai karena masalah harta gono-gini.

Hati Sofia telah hancur berkeping-keping. "Kita tempuh jalur hukum saja."
อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 643

    Liam terkejut saat Kenta memanggil namanya. Liam mengira kalau keberadaannya ketahuan.Ketika mengintip ke ujung lorong, Liam tidak melihat siapa pun yang berjalan ke arahnya."Tunggu saja! Suatu hari nanti aku akan menghabisimu!" Ternyata Kenta sedang berbicara sendiri.Liam tertawa mendengar ucapan Kenta. Pada akhirnya, entah siapa yang akan menghabisi siapa.....Ketika Liam kembali ke aula, mempelai pria dan wanita telah berganti pakaian, mereka sedang menyapa para tamu.Orang tua kedua mempelai berdiri di samping, mereka berterima kasih kepada para undangan yang hadir.Entah karena berdandan atau sudah terlalu lama tidak bertemu, Liam tidak langsung mengenalinya saat melihat Niel.Dibandingkan beberapa tahun lalu, wajah Niel terlihat jauh lebih dewasa. Niel sudah berubah, dia tidak lagi ceria dan percaya diri seperti dulu.Beberapa tahun ini Grup Aluva hampir mengalami kebangkrutan. Kehidupan yang sulit dan penuh perjuangan telah mengubah karakter Niel.Liam sama sekali tidak bers

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 642

    Sebentar lagi pesta pernikahan akan dimulai, para tamu undangan mulai berdatangan. Evano dan Liam pun mulai sibuk.Ada begitu banyak tamu undangan yang mengenal Liam, sebagian besar tamu yang hadir adalah sosok familier. Para tamu undangan menyapa Liam secara bergantian, ada yang mengajak berjabat tangan, ada pula yang mengajaknya berfoto bersama. Bahkan beberapa orang yang akrab menawarkan untuk menjodohkannya.Demi nama baik Evano dan Kaila, awalnya Liam masih berusaha untuk meladeni orang-orang yang menyapanya. Namun kesabaran Liam ada batasnya, semua tamu yang hadir malah lebih memilih untuk mendekati Liam daripada menyapa mempelai. Mereka menggunakan kesempatan ini untuk menjalin kedekatan dengan Liam.Akhirnya Liam sudah tidak tahan, dia menyerahkan semuanya kepada Evano. "Aku mau cari angin."Aula ini sangat besar, Liam bersusah-payah menemukan tempat yang sepi. Dia berdiri di depan jendela lorong. Embusan angin sejuk menyeka wajahnya.Liam mengeluarkan ponsel, sama sekali tidak

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 641

    Sesaat Evano dan Liam datang, pihak keluarga mempelai pria menghampiri mereka. "Pak Liam, Pak Evano, lama tidak berjumpa."Liam tidak bergeming, dia menatap sosok tersebut dengan dingin."Maaf, kami tidak merokok." Evano menolaknya dengan sopan, tidak seperti Liam yang menolak dengan ketus.Pihak keluarga mempelai pria mengajak Evano mengobrol sekaligus mencari muka. Evano tidak tahan, dia langsung mencari alasan untuk memisahkan diri.Begitu menoleh, amarah Evano langsung mendidik melihat Liam yang bersenang-senang di atas penderitaannya. "Semua salahmu! Masih bisa tersenyum?""Kenapa aku tidak boleh senyum?" Liam melihat kedua tangannya di dada."Dia datang buat menyapamu." Evano memelotot. "Tapi ujung-ujungnya aku yang jadi tumbal."Meskipun Evano juga merupakan salah satu pemilik Grup Charula dan memiliki jabatan yang tak kalah penting, orang-orang lebih menghormati Liam yang jelas berkuasa di dalam perusahaan."Aku tidak menumbalkanmu." Liam memperbaiki ucapan Evano. "Aku hanya ma

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 640

    "Ngapain menyuruhku datang pagi-pagi?" Evano memperhatian ruang aula yang telah selesai didekorasi. Kaila tinggal menyuruh staf hotel untuk mengecek sebelum acara pesta dimulai.Evano mengerutkan alis, sebenarnya tidak ada pekerjaan yang memelukan bantuannya. Evano pun kesal dan mengomeli Kaila, "Kaila, kamu nggak bisa berhenti menggunakan cara rendahan semacam ini?"Dulu Kaila tak sungkan menggunakan berbagai cara demi bisa bertemu Evano. Awalnya Kaila tersentak mendengar nada bicara Evano yang ketus, tetapi dia segera menangkan diri dan tersenyum. "Sepertinya Pak Evano salah paham, ayahmu yang menyuruhku untuk menghubungimu. Jangan lupa, di mata orang-orang, kita adalah pasangan yang harmonis dan serasi. Kamu mau rahasia ini ketahuan publik?"Keluarga Pradita dan Yeca mengetahui hubungan Evano dan Kaila yang sebenarnya. Namun selama kerja sama kedua keluarga berjalan lancar, orang tua mereka tidak memedulikan kebahagiaan pernikahan anak-anaknya.Orang tua Kaila dan Evano hanya memint

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 639

    Kaila sedang mengecek semua persiapan pesta pernikahan.Kaila mengenakan gaun ketat berwarna putih dan sepatu hak tinggi yang berkisar 10 cm. Setiap Kaila berjalan, rambutnya terkibas indah hingga memperlihatkan anting mutiara yang berkilau di telinga.Evano terpaku melihat Kaila. Liam yang duduk di samping Evano pun diam-diam mengeluarkan ponsel dan mengambil fotonya.Kaila memegang walkie-talkie dan menunjuk ke arah langit-langit sambil mengerutkan alis saat berbicara kepada salah seorang staf yang mengikutinya.Liam sengaja bertanya kepada Evanio, "Mau menyapanya?"Evano tersadar dari lamunan dan bergegas memalingkan wajah."Tidak." Sorotan mata Evano terlihat hampa. "Ayo, cari tempat duduk."Liam mengangkat alis matanya. "Katanya Kaila menelepon sampai tiga kali untuk mendesakmu? Pasti dia ada keperluan, makanya memaksamu datang lebih awal.""Aku nggak bakal bantu." Evano menggertakkan giginya dengan kesal. "Lagi pula bukan kami yang menikah, ngapain ikut repot-repot?"Liam dan Eva

  • Penguasa Hati sang Presdir   Bab 638

    "Kamu takut sama Kaila?" Liam menatap Evano dengan ekspresi mengejek.Wajah Evano sontak memerah, dia tampak kesal dan kembali menendang Liam. "Cepat! Jangan cerewet."Hari ini suasana hati Liam sangat bagus, dia jarang-jarang tertarik dengan kehidupan orang lain. Kali ini dia akan berbesar hati dan tidak membuat perhitungan dengan Evano yang menendangnya."Akui saja kamu menyukainya. Lagi pula ini bukan pertama kalinya kamu menelan ludah sendiri." Liam menepuk pundak Evano. Liam tidak bercanda, dia tulus membujuk Evano. "Apalagi kalian sudah menikah, tidak ada gunanya mengingat-ingat masa lalu."Raut wajah Evano sontak membeku. Warna merah yang merona pun pudar, ekspresi Evano tampak masam. Melihat reaksi Evano, sepertinya dia sedang berada di dalam situasi sulit."Tidak mudah menemukan pasangan yang kita cintai dan juga mencintai kita." Liam jarang menasihati orang lain. Hanya saja, dia pernah mengalami dan tahu sakitnya patah hati. Walaupun Liam tidak menyukai semua perbuatan Kaila

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status