Share

Penguasa Hati sang Presdir
Penguasa Hati sang Presdir
Penulis: Yellow

Bab 1

Sesaat menemukan berbagai produk kehamilan di keranjang online milik Glen, Sofia curiga jangan-jangan Glen selingkuh?

Sejak awal berpacaran dengan Glen, Sofia telah mengutarakan keinginannya untuk tidak mau memiliki anak. Waktu itu Glen menjawab dengan enteng, "Tidak apa-apa, asalkan kita selalu bersama."

Setelah mendapatkan persetujuan Glen untuk tidak memiliki anak, Sofia baru bersedia menikah dengan pria ini. Jadi, produk-produk kehamilan ini tidak mungkin dibeli untuk Sofia.

Sofia berpikir sejenak, di antara semua teman dan kerabat, hanya ada 1 orang yang tengah mengandung, yaitu asisten Glen yang bernama Vera.

Sebelumnya, Sofia sempat lupa membawa kunci rumah sehingga dia harus pergi menemui Glen yang sedang mengadakan makan malam departemen. Saat itu Sofia melihat Vera yang duduk sambil mengelus perut buncitnya. Dari gelagat Glen dan Vera, mereka juga terlihat mesra dibandingkan dengan karyawan yang lainnya.

Waktu itu Sofia tidak senang melihat interaksi di antara Glen dan Vera, tetapi melihat Vera yang menyapanya dengan sopan, Sofia segera membuang jauh-jauh semua prasangka buruknya.

Namun sekarang .... Sofia tersentak, dia pun membuka semua daftar belanjaan Glen.

Selain produk kehamilan, Glen juga pernah membeli berbagai produk perawatan wajah serta tas mewah edisi terbatas yang sangat mahal.

Seingat Sofia, dia pernah melihat Vera menenteng tas ini. Setelah semua petunjuk dicocokkan, sekujur tubuh Sofia langsung gemetaran. Kepalanya terasa berdengung, dadanya sesak, dan kesulitan bernapas.

Meskipun semua bukti sudah jelas, jauh di dalam lubuk hati Sofia masih berharap kalau semua ini hanyalah kebetulan.

Sofia tidak langsung melabrak Glen. Hari ini adalah hari jumat terakhir di bulan ini. Biasanya Glen selalu mengadakan makan malam departemen di setiap akhir bulan.

Sofia menelepon Glen, dia ingin bertanya apakah dia boleh ikut makan malam bersama mereka.

"Hari ini aku nggak mau masak," kata Sofia.

Sofia demam sejak 2 hari yang lalu. Hari ini dia juga masih izin bekerja.

Mengingat kondisi Sofia, Glen menjawab, "Mereka pasti ribut. Yang ada kepalamu malah tambah sakit."

Sofia pernah makan bersama rekan kerja Glen. Seingat Sofia, semua rekan kerja Glen tahu batasan. Mereka tidak seribut yang dikatakan Glen.

Respons Glen justru membuat Sofia semakin curiga.

"Aku cuma mau ikut makan. Habis makan, aku langsung pulang." Sofia terus mendesak Glen.

Awalnya Glen ragu, tapi akhirnya dia mengalah dan berkata, "Ya sudah."

Seketika, hati Sofia pun terasa remuk mendengar jawaban Glen yang agak terpaksa.

....

Wajah Sofia terlihat agak pucat. Demi menjaga penampilan, Sofia berdandan dan mengenakan sehelai gaun yang seksi. Dia keluar dari rumah dengan penuh kebencian.

Glen dan rekan-rekannya berkumpul di sebuah restoran hotpot. Karena jumlah yang banyak, mereka memesan ruangan pribadi yang berisi 2 meja bundar.

Ketika Sofia tiba di restoran, mereka semua sudah sampai dan duduk di tempat masing-masing.

Sama seperti dugaan Sofia, lagi-lagi Vera duduk di samping Glen. Setelah mengumpulkan keberanian, Sofia berjalan ke belakang Glen, lalu membelai pundaknya dan menyapa semua orang yang ada di tempat, "Halo, lama tidak berjumpa."

Dari sudut matanya, Sofia menyadari senyuman Vera yang memudar. Raut wajah Glen juga terlihat kaku, dia menarik kursi kosong yang ada di samping dan berkata, "Sofia, duduk sini."

Sofia duduk, lalu menarik kursinya agar lebih dekat dengan Glen. Kemudian Sofia merangkul lengan Glen dan bersandar mesra di bahunya.

Secara spontan, Glen hendak menarik lengannya, tetapi Sofia menahan tangannya dengan sekuat tenaga. Glen tampak mengerutkan alis, dia menoleh ke arah Sofia dan berbisik, "Jangan seperti ini, banyak orang."

Meskipun hatinya terasa dingin, Sofia tetap tersenyum manis. "Kenapa? Lagi pula kita suami istri yang sah."

Kemudian Sofia mengangkat jari manisnya sambil menatap orang-orang yang ada di sekitar dan bertanya, "Kalian keberatan?"

"Tidak, tidak ...," Semua orang menjawab secara serentak.

Di saat semua orang asyik bercanda, hanya Vera sendiri yang terlihat murung. Dia mencengkeram erat taplak meja yang menggantung di pangkuannya.

....

Di tengah makan, Sofia izin pergi ke toilet. Ketika keluar dari toilet, dia berpapasan dengan Vera yang sedang merapikan riasan wajahnya.

Di atas wastafel, Sofia melihat tas Chanel edisi terbatas dan lipstik YSL yang persis seperti yang ditemukan di daftar riwayat belanjaan Glen.

Sofia mencuci tangannya sambil mengajak Vera mengobrol, "Vera, ini tas Chanel edisi terbatas, 'kan? Aku sempat mau membelinya, tapi sayang nggak kebagian."

"Oh ya?" Vera yang sedang merapikan lipstiknya tertegun sejenak, ekspresinya terlihat bangga. "Suamiku membeli tas ini lewat akun jasa titip online. Harganya mahal banget."

Suami? Sofia mengerutkan bibirnya. Kemudian dia mengambil sehelai tisu dan menyeka tangannya sambil bertanya, "Kapan kamu menikah? Aku nggak pernah dengar Glen cerita. Kok cepat banget sudah hamil?"

Kedua mata Vera tampak berbinar-binar, tetapi begitu berhadapan dengan tatapan Sofia, senyuman Vera pun membeku.

"Tahun lalu, tapi kami nggak mengadakan pesta," jawab Vera.

Tahun lalu? Berarti Vera dan Glen sudah berselingkuh sejak tahun lalu?

Dada Sofia terasa sesak, hatinya terasa sakit dan berkecamuk. Dia berpura-pura berkaca sambil menaruh tangannya ke atas wastafel, dia sedang berusaha menenangkan diri.

Sofia dan Vera keluar dari toilet secara bersama-sama. Setelah keluar dari toilet, mereka harus melewati sebuah lorong panjang sebelum sampai di ruangan.

Ketika berjalan kembali ke ruangan, ada begitu banyak pelayan yang berlalu-lalang sambil membawa hidangan maupun minuman.

Tak lama kemudian, seorang pelayan lewat sambil membawa kuah hotpot. Kebetulan, Sofia melihat Vera yang entah kenapa tiba-tiba berjalan terhuyung-huyung. Begitu Vera tersandung dan jatuh, detik itu juga Sofia memutuskan untuk mempercepat langkahnya agar tubuh Vera tidak menabraknya.

Alhasil Vera menabrak pelayan yang sedang membawa kuah hotpot. Pelayan tersebut kehilangan keseimbangan, kuah panas yang dibawanya pun tumpah ke badan Vera.

"Ah!" Vera berteriak kesakitan. Dia terjatuh ke lantai sambil memegang perutnya.

Tak hanya Vera, tubuh pelayan juga ketumpahan kuah panas. Sofia bergegas mengeluarkan ponselnya dan menelepon ambulans.

Kekacauan ini cukup menggemparkan seisi restoran. Orang-orang yang berada di dalam ruangan berbondong-bondong keluar untuk melihat apa yang terjadi.

"Es batu!" Terdengar suara teriakan Glen.

Sesaat menoleh ke belakang, Sofia melihat Glen yang berlari ke arah mereka. Glen buru-buru menggendong Vera tanpa memedulikan tubuhnya yang kotor akibat ketumpahan kuah hotpot.

Setelah bertemu Glen, Vera semakin menangis tersedu-sedu. "Glen, sakit ...."

Glen mengecup kening Vera dan berusaha menghiburnya. "Aku akan segera mengantarmu ke rumah sakit. Jangan takut, ya!"

Mata Sofia terasa sakit saat melihat kemesraan Glen dan Vera. Sofia mengejar Glen, lalu menarik lengannya dan menatap Vera sambil bertanya, "Sepertinya kamu harus memberikanku penjelasan."

Glen sempat merasa bersalah, tetapi mendengar Vera yang merintih kesakitan, Glen tidak punya waktu untuk menjelaskan.

"Aku ke rumah sakit dulu. Kita bicarakan nanti." Glen mengempaskan tangan Sofia dan pergi sambil menggendong Vera.

Sofia tercengang cukup lama. Setelah kemarahan dan kesedihannya berlalu, Sofia baru merasakan pergelangan kakinya yang kesakitan.

Sofia menundukkan kepala, dia melihat kulit kakinya yang melepuh akibat kecipratan kuah panas.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status