Azriel duduk di sebelah Tako yang sedang bermain kartu dengan teman-teman sekelasnya di belakang kelas. Ia menatap kartu yang sedang Tako pegang. Dan ternyata kartu Tako ternyata berisikan kartu As. Empat kartu As dipegang oleh Tako. Yang artinya kemenangan Tako adalah mutlak.
"Kenapa? Mau ikut?" tanya Tako sambil menatap Azriel.
"Enggak," jawab Azriel sambil mengambil daging bakar yang ada di piring Tako.
"Lah, Bodoh! Itu daging milik gua."
"Cuma minta satu ini. Lagipula mulai sekarang gua pemimpin kelas ini. Jadi kamu tidak boleh mengeluh hanya karena hal sepele seperti ini."
"Terserah udah."
Azriel tersenyum kecil sambil menguyah daging yang masih ada di dalam mulutnya. Kemenangannya kemarin saat melawan Tako dan seisi kelas adalah pertarungan pertamanya. Masih ada banyak lagi pertarungan yang harus ia jalani untuk bisa mencapai posisi puncak. Jadi Azriel harus menyiapkan diri untuk hal itu. Karena semakin ia naik peringkat, maka lawan yang akan ia lawan juga akan semakin kuat.
"Apa kamu tau sesuatu tentang para Archangel?" tanya Azriel pada Tako.
"Nggak terlalu banyak. Tapi ya cukuplah sebagai infomasi," jawab Tako lalu mengambil daging bakar miliknya.
"Bisa kasih tau aku tentang mereka?"
"Hmm, aku tidak bisa memberitahukan semuanya. Tapi untuk sekarang mungkin kamu harus lebih berhati-hati dengan Darkshield. Karena cuma dia yang sering muncul dan membantai seluruh murid yang ada di sekolah ini."
"Natsume juga bilang seperti itu kemarin."
"Natsume? Oh anak baru itu. Dari awal dia masuk sampai sekarang aku belum pernah bicara sama dia. Dia terlihat seperti anak baik-baik, jadi aku sedikit enggan untuk mendekatinya."
"Aku merasa ada yang sedikit aneh dengan dia. Dia masuk ke sekolah ini tanpa memiliki niatan untuk bertarung. Dia seharusnya bisa masuk ke sekolah yang normal. Tetapi dia memilih untuk mendaftar ke sini."
"Tidak ada yang aneh. Yang aku dengar dia berasal dari keluarga kurang mampu jadi wajar saja dia mendaftar sekolah di sini."
"Begitu, 'kah?"
Tako mengangguk pelan. Tako memang tidak pernah berbicara langsung dengan Natsume. Tetapi Tako secara diam-diam mencari informasi tentang laki-laki itu.
Saat Tako sedang mencari informasi tentang Natsume, ada beberapa keanehan yang ditemui oleh Tako. Keanehan pertama adalah nama lengkap Natsume. Tidak ada informasi atau data tentang nama lengkap laki-laki itu. Bahkan saat Tako menanyakannya kepada banyak orang, tidak ada satu pun yang tau.
Keanehan kedua adalah data dan informasi tentang Natsume sangatlah sedikit. Seakan ada seseorang yang sengaja menghapus data tentang Natsume untuk melindungi atau pun menyembunyikan identitas Natsume yang sebenarnya.
Dan masih ada beberapa keanehan lagi yang belum bisa dipastikan oleh Tako sampai sekarang.
"Darkshield mengamuk!" teriak salah satu orang dari luar kelas.
Sontak Tako, Azriel dan semua murid yang ada di dalam kelas langsung keluar dari dalam kelas untuk menuju ke arah tempat kericuhan. Mereka berlari sangat kencang supaya mereka bisa melihat pertengkaran itu lebih awal.
Azriel menghentikan langkahnya saat melihat ada banyak bercak darah menempel pada dinding. Bercak darah kali ini adalah bercak darah segar. Bukti bahwa Darkshield benar-benar tidak mempunyai hati nurani saat sedang bertarung.
Mata Azriel membulat sempurna saat melihat di wajah cantik Darkshield ada beberapa bercak darah dari para korban yang telah dibantainya. Pandangan Azriel pun beralih menatap beberapa orang yang terluka parah di lantai. Azriel terdiam menyadari keganasan dari seorang Darkshield.
"Mereka terluka parah. Tapi Darkshield tidak menyerang titik-titik vital mereka. Jadi seharusnya mereka tidak akan mati," ujar Natsume yang tiba-tiba ada di samping kanan Azriel.
Azriel kaget setengah mati saat menyadari keberadaan Natsume. Pasalnya ia ingat betul di samping kanannya tadi tidak ada orang satu pun. Dan sejak ia berada di kelas tadi, Natsume tidak ada bersamanya. Tetapi sekarang tiba-tiba Natsume muncul dan bertingkah seperti sudah sejak awal di sisinya.
"Dari mana kamu tau kalau mereka masih bisa diselamatkan?" tanya Azriel.
"Buku," ujar Natsume sambil menunjukkan buku kedokteran miliknya.
"Tapi 'kan kamu belum memeriksa mereka secara langsung."
"Mereka masih bernafas. Jadi kemungkinan besar mereka masih bisa diselamatkan. Lagipula Darkshield bukanlah seorang pembunuh. Dia hanya suka bermain-main dengan darah korbannya."
"Apa menurutmu aku akan menang melawannya?"
"Tidak tau. Tetapi jangan pikir kamu akan menang dengan mudah hanya karena lawan kamu perempuan. Dia lebih kuat dari perempuan pada biasanya. Oh, dia datang."
Azriel langsung memalingkan wajahnya ke arah depan. Menatap ke arah tempat Darkshield tadi berdiri. Dan ternyata Darkshield sedang berjalan ke arahnya.
Azriel memalingkan wajahnya lagi ke arah kanan. Untuk bertanya pada Natsume tentang apa yang harus ia lakukan. Tetapi siapa sangka Natsume sudah menghilang dari tempat berdirinya tadi.
Jadi mau tidak mau Azriel harus meladeni pertarungan itu. Satu lawan satu melawan salah satu Archangel. Tentu saja Azriel tidak menyangka bahwa akan secepat itu akan melawan salah satu dari mereka.
Apakah Azriel siap? Kalau secara nyali, ia siap. Tetapi secara kemampuan, ia belum siap. Kemampuannya yang sekarang bahkan tidak bisa menggapai titik terlemah para Archangel. Bisa dibilang semua anggota Archangel masih jauh lebih kuat darinya. Dengan kemampuannya yang sekarang ia hanya bisa bertahan setidaknya lima menit.
Apalagi sekarang yang ia lawan adalah Darkshield. Perempuan gila yang sangat menyukai darah lawan. Semua orang sudah tau segila apakah Darkshield saat bertarung. Perempuan itu tidak mengenal rasa sakit walau sudah banyak sekali luka lebam dan darah yang muncul dari luka di tubuhnya. Perempuan itu tidak akan berhenti sampai dirinya benar-benar pingsan.
Dan Azriel sekarang harus bertarung dengan perempuan itu.
Pada menit pertama, Azriel masih bisa melayangkan pukulannya seperti biasanya. Azriel masih bisa mendaratkan beberapa pukulan di tubuh Darkshield. Tetapi pukulan Azriel itu tidak cukup untuk melukai atau pun membuat Darkshield mundur.
"Oi, seriusan? Kelincahan apa itu?" gumam Azriel sambil menahan beberapa serangan Darkshield.
Pada menit kedua, Azriel lebih fokus pada pertahanannya. Karena pada menit ini, Darkshield mulai menyerang Azriel membabi buta. Tidak hanya pukulan. Tetapi juga tendangan. Ada beberapa pukulan dan tendangan Darkshield yang lolos, membuat tubuh Azriel harus merasakan rasa sakit akibat serangan itu.
"Ayo. Jangan bikin aku bosan," ujar Darkshield kegirangan karena mendapatkan musuh yang bisa menahan beberapa serangannya.
Pada menit ketiga, sudah banyak sekali luka yang ada di tubuh Azriel dan Darkshield. Tetapi tidak ada satu orang pun dari mereka yang ingin mengakhiri pertarungan. Mereka masih bertarung dengan serius tanpa memperdulikan rasa sakit yang semakin lama semakin menjadi-jadi.
"Sialan. Tenaga apa itu?" gumam Azriel setelah mendapati beberapa luka di tubuhnya.
Pada menit keempat, Azriel menerima sebuah tendangan keras di bagian dadanya. Membuat Azriel terpental ke arah tembok kelas. Dan di saat itu jugalah, Azriel bisa merasakan rasa sakit yang tadi tidak ia rasakan karena terlalu fokus pada pertarungan.
"Membosankan. Lebih baik kamu berlatih lagi, Anak Baru. Karena dengan kekuatan kamu yang sekarang sangat mustahil bagimu untuk berada di tingkatan atas," ujar Darkshield.
Sekitar satu menit Azriel tidak berdiri. Menandakan bahwa ia memang sudah selesai. Dan pemenang dari pertarungan ini adalah Darkshield.
Semua murid yang menonton pertarungan tadi pun langsung lari terbirit-birit saat mengetahui Darkshield sedang mencari santapan baru.
Tidak ada satu pun orang di tempat itu. Cuma Azriel yang sedang berusaha untuk bangkit dengan cara apa pun. Iyaa sandarkan bagian kanan tubuhnya pada tembok yang ada di dekatnya, lalu berusaha berdiri sebisa mungkin.
Tetapi sayangnya tenaganya sudah habis. Jadi secara tiba-tiba ia mulai kehilangan keseimbangannya dan tubuhnya mulai ambruk ke arah depan.
Azriel kaget saat tiba-tiba tubuhnya yang tadinya ambruk ke arah depan langsung terhenti. Ia merasakan ada seseorang yang sedang menahan tubuhnya sehingga tidak jadi jatuh.
Saat Azriel melihat ke arah samping, ia langsung tersenyum saat mengetahui bahwa Natsume sudah ada di sampingnya dan sedang memapah tubuhnya.
"Tiga, tidak empat menit, ya. Aku rasa itu sudah cukup untuk sekarang. Lagipula lawanmu tadi adalah orang terkuat nomor tiga di Archangel. Jadi kemungkinan untukmu menang hanyalah sedikit," ujar Natsume sambil membantu Azriel berjalan.
"Hahaha. Harusnya tadi aku juga ikut lari bersamamu," balas Azriel sambil sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya.
"Aku tidak lari. Aku ada di sana. Kamu saja yang tadi melihatnya."
"Apa kamu berbohong? Tadi aku melihat ke tempatmu berdiri. Tapi aku tidak melihatmu di sana."
"Ya, ya, ya. Terserah kamu mau bilang apa."
Azriel langsung menghentikan langkah kakinya saat Natsume tiba-tiba berhenti. Azriel melihat ke arah Natsume, untuk memastikan kenapa tiba-tiba langkah kaki orang itu berhenti.
Azriel kebingungan saat tidak mendapati apa-apa. Jadi ia putuskan untuk melihat ke arah depan. Menatap ke arah bola mata Natsume menatap. Dan saat itu juga Azriel langsung mengerti alasan dari Natsume berhenti.
Di hadapan mereka sekarang ada seorang perempuan dengan rambut panjang. Menggunakan almamater sekolah yang berwarna hijau dan sebuah sarung tangan di tangan bagian kanannya.
Perempuan itu adalah Glasses. Wakil ketua sekaligus orang terkuat nomor dua di sekolah. Sangat jarang sekali perempuan itu muncul. Kalau pun perempuan itu muncul, pasti hanya untuk memastikan bahwa tidak ada satu orang pun yang berani menentang keputusan Archangel.
"Apa kalian murid baru di sekolah ini?" tanya Glasses pada Natsume dan Azriel.
"Benar, kami adalah murid baru," jawab Azriel.
"Begitu, ya. Kalau begitu pasti salah satu dari kalian adalah seorang pembunuh yang sekarang sedang diawasi oleh Darkshield," ujar Glasses sambil menatap Natsume dan Azriel secara bergantian.
"Anak baru, jangan kalah sampai kalian menduduki posisi puncak. Aku nantikan kalian di atas sana," lanjut Glasses lalu melenggang pergi melewati Natsume dan Azriel.
"Sepertinya Archangel tahun ini sangatlah lemah."
Natsume dan Yuji berada di rooftop sejak setengah jam yang lalu. Mereka menikmati keindahan sore dari atas sana sambil bersantai. Natsume duduk di sofa lama yang sudah cukup usang. Sedangkan Yuji berdiri di pinggir rooftop sambil menatap ke arah perdesaan yang memang terlihat dari atas sana. Kalau diingat-ingat lagi, sudah lama sekali Natsume mengambil posisi puncak dan Yuji turun menjadi kursi kedua. Archangel yang sekarang memiliki enam anggota. Tidak ada satu pun anggota Archangel sebelumnya yang diubah. Hanya saja Natsume masuk sebagai pemilik kursi pertama sedangkan Archangel sebelumnya turun satu kursi. Suasana yang sangat damai. Tidak ada satu pun kelompok lagi yang ingin mencari masalah dengan Tengoku Gakuen saat berita tentang Ace telah kembali ke sekolah itu dan memperkuat sekolah itu sebagai penguasa. Ryu Gakuen dan Ryuji Gakuen pun tidak pernah menyentuh atau pun menggangu Tengoku Gakuen. Sekarang ketiga sekolah itu memiliki prioritasnya masing-masing dan sampai pri
Sebuah pesta pernikahan mewah di adakan di sebuah taman. Ada beberapa tamu pentingnya yang diundang. Dan ada beberapa orang-orang penting dari Tengoku Gakuen yang diundang khusus untuk menghadiri pernikahan ini. Pernikahan ini termasuk ke dalam sebuah acara yang penting bagi para murid dan guru Tengoku Gakuen. Karena orang yang menikah saat ini adalah salah satu orang yang telah membuat sejarah baru dan berhasil membawa Tengoku Gakuen ke puncak kejayaannya. Orang yang paling ditakut-takuti dan dihormati oleh setiap orang yang berada di jalanan. Sakura Yui. Perempuan dengan paras cantik itu menikah hari ini dengan seorang laki-laki yang ia kenal sudah lebih dari lima tahun.Perempuan itu terlihat sangat anggun dan cantik menggunakan gaun berwarna putih dengan sebuah mahkota kecil menghiasi kepalanya. Hari ini adalah hari bahagianya. Dan para tamu dari Tengoku Gakuen datang untuk mengucapkan selamat sekaligus berjaga-jaga jika seandainya ada orang luar yang ingin menggangu atau pun m
Ada sebuah suara laki-laki yang terdengar jelas oleh Hanashita dan Darkshield. Hanashita merasa bahwa suara itu hanyalah sebuah imajinasi saja. Pasalnya mereka berdua sekarang berada di dalam alam bawah sadar. Jadi tidak mungkin ada orang lain selain mereka di sana. Namun Hanashita dapat melihat wajah kebingungan di wajah Darkshield. Yang menandakan bahwa suara itu benar-benar nyata adanya. Dan dari suara tadi, Hanashita mengetahui betul siapakah pemilik suara itu. Sang pemilik suara itu sekarang sedang bertarung dengannya. Jadi semakin mustahil jika laki-laki itu berada di alam bawah sadar sekarang. Tetapi kalau memang suara itu bukan milik laki-laki itu, lantas suara siapakah itu. Secara cepat bunga Higanbawa yang tadi berwarna merah berganti warna menjadi biru. Di saat yang sama juga, ada angin dingin yang berhembus kencang ke arah mereka berdua.Hanashita sadar bahwa hal ini bukanlah hal yang wajar terjadi. Jadi kemungkinan besar ada seseorang yang berhasil menyusup ke alam baw
Pertarungan Natsume dan Darkshield terus berlanjut sampai saat ini. Darkshield tidak memiliki niatan untuk mengalah. Begitu juga dengan Natsume. Karena Natsume paham, bahwa jika ia mengalah dan melepaskan mode invensi nya maka jiwa Darkshield akan tenggelam dalam alam bawah sadar selamanya. Semakin lama, Natsume semakin sulit untuk menerka dan mengantisipasi serangan dan pergerakan Darkshield. Hal itu menandakan bahwa memang semakin lama jiwa murni Darkshield semakin hilang dan naluri binatang buasnya sudah hampir menguasai tubuhnya secara utuh. Itu adalah hal yang sangat membahayakan. Karena jika naluri binatang buas Darkshield menguasai tubuh Darkshield, maka Inversi Darkshield tidak akan pernah berhenti, hal itu akan menyebabkan kerusakan pada beberapa organ dalam Darkshield sampai pada akhirnya Darkshield akan meninggal. Nyawa Darkshield dipertaruhkan pada pertarungan kali ini. Satu-satunya untuk menyelamatkan Darkshield hanya dengan cara mengalahkannya dan menyadarkan jiwa Dar
Di pertarungan yang semakin sengit, Natsume masih terpikirkan tentang serangan Darkshield yang bisa membuatnya merasakan sakit walaupun ia berada di dalam mode inversi. Secara konsep, di dalam mode inversi semua perasaan akan dilenyapkan secara total dan akan dimunculkan kembali secara bersamaan pada saat mode inversi telah berakhir. Perasaan sedih, senang, sakit, dan yang lain-lainnya akan lenyap dari hati pengguna saat pengguna masih dalam mode inversi. Hal itulah yang membuat sang pengguna bisa terus menerus bertarung walau di tubuhnya terdapat banyak sekali luka. Namun entah kenapa kali ini ada yang berbeda. Untuk memastikan perbedaan itu, Natsume secara sengaja tidak menahan serangan dari seluruh anggota Archangel. Dan benar saja, satu-satunya rasa sakit yang tercipta hanyalah dari serangan Darkshield. Selama ini hanyalah Sakura yang bisa menciptakan rasa sakit saat ia sedang memasuki mode inversi. Dan itu pun Sakura juga berada di dalam mode inversi. Dari hal itu, Natsume d
Pertarungan masih terus berlanjut. Natsume terus menerus memberikan sebuah serangan yang tidak bisa ditahan oleh para Archangel. Sedangkan para Archangel sendiri pun masih kewalahan untuk mencari tau di mana dan kapan Natsume akan muncul untuk melangsungkan sebuah serangan. Keberadaan Natsume yang tak bisa dilihat dengan mata membuat semua Archangel bingung harus berbuat apa selain melakukan sebuah pertahanan. Sudah ada banyak sekali serangan Natsume yang berhasil mengenai tubuh dari para Archangel. Dan setiap serangan itu berakibat sangat menyakitkan. Membuat para Archangel sadar bahwa melakukan pertahanan seperti sekarang bukanlah hal yang benar. Pasalnya tidak peduli seketat dan sekuat apa pun pertahanan mereka, Natsume pasti bisa menemukan celah dan memanfaatkannya. Darkshield mulai tertarik dengan kondisinya sekarang. Ia memang tidak tau pasti di mana kah tempat Natsume berdiri sekarang. Jadi ia putuskan untuk mengikuti naluri nya dan menghempaskan tangannya ke segala arah me