“Aleeta, kamu di sini rupanya?”
Aleeta menoleh dan menemukan Karina—Ibu mertuanya yang tengah berjalan ke arahnya.“I-iya, Ma. Aku baru saja menerima panggilan dari Nicho,” ujar Aleeta seraya menggenggam ponsel yang masih berada di tangannya.“Jadi bagaimana?” Tanya Karina. “Nicholas akan pulang jam berapa? Tadi kamu tidak sekalian bilang kalau Mama menyuruhmu untuk tidur di sini?”Aleeta tersenyum. “Nicho sudah pulang, Ma.”Karina mengernyit. “Maksud kamu dalam perjalanan pulang?”Aleeta menggeleng. “Nggak. Nicho memang sudah pulang. Tapi pulang ke rumah kami, Ma. Dia pikir aku sudah pulang. Jadinya dia langsung ke rumah begitu saja tanpa memberitahuku terlebih dahulu.”“Bagus kalau begitu.”Aleeta hanya bisa terkekeh saat melihat wajah bahagia Karina.“Tapi kamu sudah bilang belum kalau Mama menyuruhmu untuk tidur di sini malam ini?” Karina kembali bertanya.“Sudah, Ma.Nicholas hanya bisa terdiam. Semua yang di katakan Lukas memang benar. Apa yang sudah ia lakukan memang tidak akan cukup hanya dengan kata maaf saja. Kesalahan Nicholas begitu besar, dan Nicholas menyadari hal itu. Tapi … apakah Nicholas pantas menyerah begitu saja? Tentu saja tidak.Ini adalah kesempatan untuknya. Meski Nicholas tahu kalau kata maafnya tidak akan cukup. Tapi setidaknya Nicholas tetap ingin mengatakan permintaan maafnya langsung kepada Aleeta. Sudah empat tahun lamanya Nicholas hidup dalam penyesalan, dan kini ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan ini. Nicholas lalu kembali menekan bel pintu rumah Lukas. Satu kali, dua kali, tiga kali … Namun, sang pemilik rumah tetap tidak ingin membukakannya juga.“Lukas! Buka pintunya!” Teriak Nicholas yang langsung menggedor-gedor pintu rumah Lukas.Tidak peduli seberapa sakit yang di rasakan oleh tangan Nicholas. Ia tetap terus menggedor p
Nicholas memilih untuk tidak hadir di halaman belakang, dimana ulang tahun Freyya dan Celo sedang di rayakan. Pria itu hanya duduk diam di balkon kamar, tatapannya terus tertuju pada Aleeta dan Lukas yang sedang berbincang dengan saudaranya yang lain. Sial. Mereka tampaknya tidak seperti orang yang baru pertama kali bertemu dengan Aleeta dan Lukas. Mereka terlihat sudah sering berbincang dan bertemu dengan Aleeta maupun Lukas. Apa jangan-jangan selama ini Nicholas hanya di bohongi oleh keluarganya dan juga saudaranya? “Argh! Berengsek!” Nicholas mengumpat seraya mengacak rambutnya.Sejujurnya dari awal ia memang tahu kalau seluruh keluarganya hanya membohonginya. Mereka sebenarnya tahu keberadaan Aleeta dan Lukas. Tapi mereka sengaja menyembunyikan hal itu darinya. Nicholas lalu tersenyum miris. Keluarga yang dulu Nicholas anggap selalu terbuka satu sama lain, rasanya kini sudah tidak ada lagi.
“Aleeta.” Nicholas bergumam pelan seraya menatap wanita yang selama empat tahun ini selalu ia cari-cari. Ia benar-benar tidak percaya jika yang ada di hadapannya itu adalah Aleeta.Sial. Rasanya Nicholas ingin menangis saat itu juga.Wanita itu berdiri di sana. Dalam balutan dress bunga-bunga yang sangat serasi dengan tubuhnya. Napas Nicholas tersentak ketika matanya beradu pandang dengan Aleeta. Rasa rindu yang membuncah, membakar bahkan membunuhnya dari dalam sudah tidak terbendung. Ia ingin berlari memeluk, mendekap dan mengurung Aleeta ke dalam pelukan hangatnya. Namun, keinginan itu meredup ketika Aleeta langsung berpaling, dan enggan menatapnya.Tidak. Nicholas meremas pinggiran meja yang ada di genggamannya. Lagi-lagi jarum itu kembali menghunjam dadanya. Sakit dan juga sesak. “Aleeta, aku—““Tetaplah di tempatmu,” peringat Lukas dingin.
Nicholas mengerjap tatkala sinar matahari menyusup masuk ke dalam kamar, dan mengenai matanya. Pria itu mengerang. Sepertinya hari sudah pagi, padahal Nicholas merasa kalau ia baru saja tertidur beberapa jam yang lalu. Ia lalu segera bangkit, menyingkap selimut dan mengusap matanya yang terasa lengket. Sudah empat tahun lamanya Nicholas selalu bermasalah dengan jam tidurnya. Kadang ia sendiri sampai bertanya-tanya kapan ia bisa kembali mendapatkan tidur yang nyenyak dan istirahat yang cukup seperti dulu lagi? Nicholas memilih untuk segera beranjak turun dari ranjang, dan berjalan menuju kamar mandi. Ia melakukan aktivitas mandi paginya seperti biasa, setelah itu ia berganti pakaian dengan kaos berwarna putih dan juga celana jeans. Dari dalam kamarnya Nicholas bisa mendengar suara anak-anak terdengar dari halaman belakang. Ah, Nicholas baru ingat kalau hari ini kan hari perayaan pesta ulang tahun Freyya dan Arcelio.
“Daddy, Nich!”“Daddy!”Nicholas tersenyum, membiarkan dua makhluk kecil itu merangkak naik ke atas ranjang. Freyya berusia tiga tahun, sedangkan Arcelio berusia dua tahun. Kakak adik beda satu tahun itu terbaring di samping Nicholas. Freyya di sebelah kanan, sementara Arcelio di sebelah kiri. Keduanya memeluknya erat.“Hai, anak-anak Daddy,” sapa Nicholas lembut, mengecup masing-masing kepala keponakannya.Nicholas memang jarang sekali bertemu langsung dengan mereka. Tapi hampir setiap hari Nicholas pasti akan melakukan panggilan video call dengan para keponakannya itu. Jadi tidak heran jika kedua anak adiknya itu bisa sangat dekat dengan dirinya.“Ternyata kalian sudah semakin besar, ya,” imbuh Nicholas pelan.Dua keponakannya itu tetap berbaring di sana. Memeluknya erat, bahkan tangan Freyya menepuk-nepuk dada Nicholas. Seolah memberitahu kepada Nicholas, bahwa semuanya akan baik
Nicholas menatap jalanan kota yang sudah empat tahun lamanya tidak pernah ia lihat lagi. Padahal dulu setiap hari Nicholas pasti selalu melewati jalan tersebut. Setiap berangkat maupun pergi ke kantor. Atau setiap ia hendak pergi berkunjung ke rumah orang tuanya. Nicholas tersenyum tipis seraya bersandar di jendela kaca mobil yang ia tumpangi. Sementara Mark—anak buahnya tengah fokus mengemudikan mobil dengan kecepatan sedang.Ternyata sudah ada banyak sekali hal yang berubah selama Nicholas tidak tinggal di sini. Bangunan-bangunan baru, taman dan beberapa hal lainnya yang semuanya tampak asing di mata Nicholas.Pria itu lalu menghela napas, dan memilih untuk memejamkan mata di sisa perjalanan menuju rumahnya.Ya, Nicholas memang memilih untuk mampir ke rumahnya terlebih dahulu. Ia sengaja tidak memberitahu keluarganya soal kepulangannya ini. Ck! Lagipula untuk apa Nicholas memberitahu keluarganya? Mereka pasti juga tidak akan memed