Home / Romansa / Penulis Cantik Mantan Napi / Orang yang Selalu Berada di Sisimu

Share

Orang yang Selalu Berada di Sisimu

Author: Adventyna
last update Huling Na-update: 2022-04-02 14:55:33

Selama menghabiskan beberapa hari dalam sel isolasi, Ariel akhirnya mendapatkan ketenangannya kembali. Ia memang membutuhkan ruang untuk sendiri dan mengekspresikan perasaannya. Setelah keluar, ia diberitahu kalau ada dua kali permintaan kunjungan untuknya. Tetapi karena ia kemarin berbuat ulah, kunjungan bulan ini dibatasi menjadi seminggu sekali.

Ariel tidak banyak berharap kali ini. Kalau saja yang datang wanita itu lagi, ia akan langsung keluar ruangan tanpa sepatah kata pun.

Tapi kali ini ia dibawa ke tempat yang berbeda. Ini bukan ruangan luas dengan meja dan kursi, ini ruangan dengan pembatas kaca. Dan di luar kaca transparan itu, ia bisa melihat sosok yang paling ia rindukan tengah menyambutnya dengan senyuman hangat.

"Mama?" Ariel langsung menghambur, menempelkan telapak tangannya di kaca. Ia sangat ingin memeluk sosok itu, merasakan harum aroma tubuhnya, merasakan usapan kasih sayangnya, tapi kaca ini sungguh batas yang menyiksa.

Mamanya melakukan hal yang sama. Telapak tangannya terulur seakan ingin meraih Ariel, merengkuh putri kecilnya dalam dekapan hangatnya. Tidak peduli seberapa besar seorang anak tumbuh, di mata ibu, seorang anak tetaplah anak, makhluk kecil yang pernah lahir dari tubuhnya. Makhluk kecil yang ia hanya yakin keamanannya dengan berada dalam perlindungannya. Sebesar itu perasaan seorang ibu, perasaan melindungi dan mencintai.

Mama Ariel bernama Maryam. Wanita berusia empat puluhan tahun itu segera mengendalikan perasaannya, menekan butir-butir air mata yang sebenarnya siap tumpah kapan saja.

"Bagaimana kabarmu? Apa kamu makan dengan baik? Apa tempat istirahatmu cukup nyaman? Tidak ada yang mengganggumu kan?"

Ariel tersenyum karena pertanyaan beruntun itu. Ia tahu mamanya sangat khawatir akan keadaanya. Dan itu membuatnya lega luar biasa. Mamanya masih ada di sisinya. Tiba-tiba ia merasa semua prasangka hilang dan pikirannya tenang. Melihat wajah mamanya, ia merasa aman.

"Ariel baik kok, ma. Jangan khawatir. Gak ada yang berani gangguin Ariel. Mama tahu kan Ariel sabuk hitam karate, Ariel bisa jaga diri." Entah kenapa, berada di hadapan mamanya kini, Ariel tidak sanggup menunjukkan kerapuhannya. Atau apakah karena ada mamanya, semua kerapuhannya menjadi transparan?

Maryam mengangguk. "Pasti, pasti. Anak mama memang hebat."

"Ma... maafin Ariel ya. Ariel pasti buat susah mama sama papa." Jauh di lubuk hatinya, penyesalan terdalam yang ia rasakan tentang seluruh kejadian ini hanya satu, bahwa ia menjadi sumber kesulitan untuk orangtuanya.

Jika biasanya Maryam akan menanggapi dengan setengah bercanda, sedikit memprovokasi Ariel dengan kalimat bernada keluhan untuk membuat anak itu kembali manja dan merajuk padanya. Namun kali ini, melihat bagaimana sinar di mata Ariel meredup dan rautnya yang lesu, ia tahu, anak itu berada dalam keadaan yang benar-benar sulit untuk ia tangani sendiri.

"Hush, ngomong apa kamu." Maryam segera menampik perkataan Ariel sebelum pemikiran anaknya semakin liar. "Kamu gak bikin sulit papa mama sama sekali. Papa mama, adik kamu juga, kita semua percaya sama kamu."

Ariel menatap mamanya, melihat kesungguhan dan ketulusan yang terpancar dari dua manik yang bersinar di hadapannya. Dan seketika, tangis yang ia tahan sejak tadi pecah tanpa aba-aba.

Melihat sisi lain anaknya yang tidak pernah ditunjukkan kepadanya sebelumnya membuat hati Maryam tersengat. Bulir-bulir air mata berjatuhan tanpa mampu dibendung. Perasaannya ikut merasakan bagaimana sakit hati, kesulitan, dan keputusasaan Ariel. Oh anak yang malang, mengapa dunia begitu tidak adil padamu?

Dua orang yang terpisah kaca tebal transparan itu hampir menghabiskan seluruh waktu kunjungan dengan menangis. Sadar akan durasi yang terbatas, Maryam segera mengatakan apa yang perlu ia sampaikan. "Jangan terlalu menghawatirkan kami, papa mamamu ini baik-baik saja. Kamu harus fokus jaga diri di sini. Tidak usah memikirkan hal-hal lain. Papa dan mama pasti cari cara yang terbaik untuk bebasin kamu."

Ariel berusaha menekan tangisnya, tapi tidak berhasil. Setiap kali ia menahannya, ia justru semakin ingin menangis. Jadi ia hanya mengangguk, menuruti nasihat mamanya.

"Mama sama papa mungkin akan jarang kemari. Kamu tahu kan, jarak rumah ke kota tidak dekat. Jadi jangan terlalu dipikirkan, oke? Lain kali mama akan bawakan kamu selimut hangat dan makanan yang enak. Mama akan sering kirim surat. Tapi kamu gak harus balas secepatnya, luangkan waktu secukupnya, mama sama papa selalu bisa menunggu kabar dari kamu."

Ariel sekali lagi mengangguk, membiarkan mamanya mengungkapkan semua yang ingin dikatakan.

"Membela diri itu penting, tapi jangan sering berkelahi. Bertemanlah baik dengan orang-orang di sekitar, mereka pasti akan menjagamu. Ya?"

Ariel mengangguk sambil tersenyum. Ini adalah kata-kata yang sama yang mamanya ucapkan saat mengirimnya masuk kampus pertama kali.

Tepat saat Maryam mengucapkan selamat tinggal, seorang penjaga masuk dan memberi tahu bahwa waktu kunjungan telah habis kemudian membawa Ariel keluar dari ruangan.

Maryam masih duduk di tempatnya, melambaikan tangan, menyuruh anaknya untuk menurut dan menjadi baik. Ia terus melakukannya tiap kali Ariel menengok menunjukkan ketidakrelaan untuk berpisah. Sampai punggung Ariel benar-benar tidak terlihat di pandangannya, barulah Maryam beranjak dari sana.

Di luar lapas, ada seseorang yang rela bermandikan terik siang untuk menunggu istrinya selesai melakukan kunjungan. Itu adalah Bima, papanya Ariel.

"Bagaimana keadaannya?" Ia bertanya begitu Maryam tiba.

"Anak kita orang yang kuat. Dia akan baik-baik saja. Harus."

"Sudah seharusnya. Lalu apa saja yang kamu bilang padanya?"

Maryam menatap suaminya. Di balik sikap acuh tak acuh ini, sebenarnya ada hati yang lembut. Jika ada orang yang lebih mengkhawatirkan dan peduli kepada Ariel melebihinya, itu pasti papanya Ariel, suaminya.

Maryam memberikan senyuman menenangkan sebelum menjawab. "Jangan khawatir, aku sudah menasihatinya untuk tidak mencemaskan hal-hal lain dan hanya fokus menjaga dirinya."

Meraih lengan suaminya, Maryam memberikan tepukan lembut meyakinkan. Bima membalasnya dengan hal yang sama.

"Bagus. Dengan begitu, dia akan baik-baik saja. Setelah kita mengurus semua kepindahan kita ke kota, kita pasti akan mencari cara untuk membebaskan putri kita. Aku akan mencari bagaimana pun caranya. Pasti." Begitu, tepukannya mendarat di punggung tangan Maryam yang merangkul lengannya.

Cara ini yang mereka gunakan untuk meneguhkan tekad dan saling menguatkan. Apapun demi keluarga mereka, demi anak mereka.

Dan Ariel yang kembali ke selnya tidak tahu tentang itu.

Setelah menghabiskan beberapa waktu berbicara dengan mamanya, perasaan Ariel jauh membaik dan lebih ringan dari sebelumnya walau awalnya ia punya perasaan tidak rela ketika harus berpisah dari mamanya. Tapi mengetahui mamanya masih peduli dan bahkan keluarganya mempercayainya, itu membuat seakan-akan ia tidak takut lagi melihat ke depan. Karena moodnya cukup bagus, ia bisa duduk dan menyiapkan alas tidur dengan baik.

Namun di mata empat orang lainnya dalam sel itu, perubahan aura yang dipancarkan Ariel justru membuat mereka merinding. Mereka mengira, hawa senang yang dimiliki orang baru ini didapat setelah membuat beberapa tahanan kemarin dikirim ke rumah sakit. Mereka juga mendengar gosip kalau orang baru bernama Ariel ini dipenjara karena kasus pembunuhan. Dan itu membuat mereka secara otomatis tidak ingin mencari masalah dengannya. Sebisa mungkin mereka akan menghindari perselisihan, mencoba tidak terlihat walau dari ujung matanya. Sebab mereka punya satu pemikiran yang sama, orang baru di sel mereka ini berbahaya. Mereka telah memutuskan melabeli Ariel dengan kata kunci itu.

Sementara itu, Ariel yang tidak tahu isi pikiran mereka menjalani hari dengan lebih hidup dari sebelumnya. Menuruti kata-kata mamanya, ia makan dengan baik, istirahat dengan baik pula. Ia benar-benar fokus menjaga dirinya. Bahkan untuk kegiatan di luar ruangan, ia juga berolahraga untuk menjaga kekuatan ototnya. Ia tahu, cepat atau lambat, ia pasti akan menggunakannya.

Karena orang-orang yang dikirim ke rumah sakit belum kembali, untuk sementara ini ia seharusnya bisa tenang kan?

Atau tidak.

Bersambung

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Punggung yang Familiar

    Ruangan ini didesain dengan gaya kontemporer. Ada kursi-kursi mengelilingi meja memanjang dan sebuah layar besar menempel di dinding. Jendela kaca lebar menampakkan pemandangan kota, memberikan pencahayaan maksimal. Ditambah perpaduan warna putih dan navy yang lembut, tempat ini memberikan kesan cozy dan elegan.Di dalamnya, duduk empat orang berhadapan. Di satu sisi adalah wanita muda berkacamata, di sisi lainnya adalah dua laki-laki dan satu perempuan. Keempatnya sedang terlibat dalam pembicaraan.“Tugas utama yang harus dipenuhi tentu saja adalah membantu penulisan naskah, seperti mmberi masukan pada detail-detail deskripsi dan koreksi. Memberikan masukan selama proses produksi juga dibutuhkan.” Mita menjelaskan.Ariel mengangguk, mulai mendapatkan gambaran akan seperti apa kiranya kalau ia menerima tawaran kerja sama ini. Namun, sebelum ia bisa berkomentar, orang di sebelah kanannya lebih dulu bersuara. “Sampai batas apa kami bisa memberika

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Bekas Luka yang Tidak Bisa Hilang

    Setiap Ariel maju satu langkah, Kevin juga akan mundur satu langkah. Wajahnya berubah biru, raut kecemasan muncul, menjatuhkan kesombongan yang sempat bertengger di sana. Refleks ia berkata, “Kau mau apa?”Ariel berhenti saat tubuh Kevin terantuk meja di belakang. Santai, ia mengulurkan tangan ke depan, mengambil sandaran dan mengunci posisi Kevin. Melihat remaja di depannya sudah sangat tidak berdaya, senyum di wajah Ariel tersungging. “Tidak ada.” Ucapnya lalu menegakkan kembali tubuhnya, mundur satu langkah.“Jangan kira aku tidak tahu kau sengaja membuat masalah dengan adikku. Apapun itu, masalah antara kalian berdua tidak berkaitan dengan pekerjaannya di sini kan? Begini saja, kita anggap masalah ini selesai dan jika kau atau teman-temanmu masih memiliki sesuatu yang lain, lakukan saja lain kali, oke?” Setelah mengatakannya, Ariel berbalik.Sadar dirinya sedang ditekan, Kevin merasa tidak senang. Ia sama sekali tidak puas

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Anjing yang Berisik Harus Diberi Tahu Kapan Waktunya untuk Diam

    Dalam situasi tak terduga seperti itu, satu-satunya orang yang terpikirkan untuk Indah hubungi adalah Ariel. Ia dan Ariel baru kenal dua tahun belakangan ini, tapi mereka sudah akrab layaknya teman lama. Walaupun tidak tinggal dalam satu dusun yang sama, mereka bisa dibilang masih satu kampung halaman. Indah tidak pandai dalam akademik, tapi ia pekerja keras. Ia sadar dirinya hanya memiliki sedikit peluang untuk survive di perguruan tinggi seperti kebanyakan temannya. Oleh karena itu, setelah lulus SMA, ia memilih merantau mencari kerja.Berpindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan lain. Baginya yang tidak memiliki keterampilan khusus, sudah bagus untuk mendapatkan pekerjaan secepatnya dan tidak menganggur. Tetapi karena hal itulah, ia tidak memiliki teman dekat. Orang-orang di sekitarnya hilir mudik, datang dan pergi secepat daun yang gugur. Tempat di mana ia bekerja, di situlah teman-temannya berada. Setelah ia pindah, teman-temannya juga meng

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Waktu Tidak Menyembuhkan Segalanya

    Chevrolet camaro melaju di sepanjang jalan, membelah kerlip lampu dan lalu lintas malam. Ravi memacu mobilnya dengan kecepatan stabil, memamerkan deru mesinnya yang memukau.“Tumben banget kamu ngehubungi aku duluan, ternyata buat dijadiin sopir pribadi?” Katanya sambil setengah menoleh ke orang yang duduk di sampingnya.Gala yang disindir tidak mengelak, semakin membangkitkan minat Ravi untuk terus menggodanya. “Pantas saja si Tania kabur, jadi sekretaris tapi cuma diperdayakan sebagai sopir. Ya muaklah.”Kali ini Gala berdecak. “Berkendara saja yang benar, lihat ke depan, jangan noleh-noleh ke sini.”Sekarang giliran Ravi yang mendengus. “Santai aja, Gal. Kamu masih segitunya banget sama mobil. Jangan bilang sampai sekarang kamu masih belum berani nyetir?”Ravi melirik ke samping, tapi Gala yang ia ajak bicara bergeming, mengalihkan pandang keluar sambil diam-diam meremas sabuk pengamannya, tidak in

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Hal-Hal yang Tampak Jauh tapi Sebenarnya Dekat

    Sedih, marah, dan putus asa dituliskan dengan begitu epik dalam setiap rangkaian kata. Setiap untaian kalimatnya tegas, detail, tepat, memberikan perasaan akrab seolah penulis itu sendiri berada dalam medan cerita. Narasinya tidak pernah menghakimi, namun juga sangat pribadi, emosional. Hal-hal dalam cerita nampak jauh sekaligus dekat.Semakin Gala membaca, semakin heran ia. Awalnya ia hanya berpikir plot cerita ini menarik, tapi sekarang sesuatu sepertinya membuat benaknya gelisah. Seakan beberapa hal tersembunyi dan tak terkatakan dalam pikirannya tiba-tiba dikuliti, dipaparkan baris demi baris.“Pak Gala?”Gala masih tenggelam dalam tulisan yang ia baca dari layar tab di tangannya, sama sekali tidak memperhatikan ketika namanya disebut. Baru setelah panggilan ketiga, ia bisa menyadarkan dirinya.Rapat sekarang ini membahas tindak lanjut dari proyek drama Fantasia berikutnya. Walaupun posisi Gala adalah CEO, tapi peran utamanya dalam setiap

  • Penulis Cantik Mantan Napi   Titik Cahaya

    [Saldo Anda Rp325.200,00]Angka yang mengerikan. Saldo rekeningnya benar-benar sekarat. Gaji dari kerja paruh waktunya yang terakhir terkikis, sedang pendapatannya dari menulis novel di web bulan ini belum cair. Hidup sebagai pengangguran memang serba sulit.Ariel merebahkan kembali kepalanya ke meja.Ranjana, “Coba kutebak, digitnya pasti jauh di bawah angka pembaca novelnya.”Lintang, “Kenyataan memang kejam.”Mendengar dua ocehan dari samping kanan dan kirinya, Ariel dengan cepat menegakkan kepala, menengok ke dua arah bergantian hanya untuk melihat para tersangka menyuap makanan mereka tanpa ekspresi seolah tidak ada yang terjadi. Ariel heran, mengapa dua anak yang tidak pernah akur itu selalu kompak untuk urusan menjahili dirinya.“Masih belum mendapatkan pekerjaan juga?” Sekarang suara datang dari arah seberang. Handoko yang bergabung dengan acara sarapan keluarga ini tidak ingin ketinggalan kesempat

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status