Share

Bab 4

Author: Venus
Yovita tidak tinggal di Malde menunggu Bryan. Keesokan harinya, wanita itu sudah mengejar ke rumah sakit.

Ketika melihat Cecil terbaring di tempat tidur rumah sakit sambil masih menerima infus, wajah Yovita penuh dengan penghinaan.

"Kamu berpura-pura dengan cukup baik. Tapi apa kamu hanya bisa berpura-pura menyedihkan? Hanya Kak Bryan yang akan memercayai tipuan kuno seperti ini."

Cecil tahu apa maksud perkataan Yovita. Dulu saat mengejar Bryan dengan gigih, Cecil menunggu semalaman di bawah asrama putra di tengah hujan.

Cecil masih mengingat dengan jelas bahwa hujan di malam itu sangat deras. Dia memeluk gitar yang telah dipilihnya dengan cermat untuk diberikan kepada Bryan sambil berdiri di tengah hujan.

Air hujan menembus kemeja tipisnya, menghantam wajahnya tanpa ampun.

Bahkan setelah Cecil pingsan di tengah hujan, dia masih tidak berhasil membuat hati Bryan melunak.

Cecil mengatakan pada dirinya sendiri bahwa tidak mendapatkan cinta juga bukan masalah yang terlalu serius.

Namun, saat Cecil berencana menyerah, Bryan melunak dan setuju untuk mencoba berpacaran dengannya. Akhirnya, Cecil berhasil memetik bunga di puncak gunung tinggi yang selalu diimpikannya.

Hujan itu membuat Cecil mendapatkan cinta Bryan, sekaligus membuatnya terkena pneumonia.

Meskipun Cecil akhirnya sembuh, akar penyakit itu tetap ada.

Selama bertahun-tahun ini, setiap kali suhu turun atau saat Cecil kedinginan, dia akan batuk tanpa henti.

Cecil tanpa sadar mengangkat kepalanya untuk menatap Bryan. Untuk sesaat, Cecil masih berharap Bryan bisa berdiri di depannya untuk melindunginya.

Namun, di dalam hatinya Cecil tahu dengan jelas bahwa Bryan tidak akan melakukan itu.

Menghadapi Yovita yang agresif, Cecil sudah terlalu sering menahan diri sampai jatuh sakit.

Bagaimanapun juga, dia sebentar lagi akan putus dengan Bryan. Jadi, dia tidak perlu lagi bersikap sopan pada Yovita, si wanita jalang ini.

Cecil membuka mulut untuk membalas, "Kalau tentang berpura-pura, aku nggak sebanding denganmu. Tapi percuma saja kamu repot-repot seperti ini. Kamu selamanya hanya bisa menjadi Adik Bryan yang baik."

Kata-kata Cecil menyentuh titik lemah Yovita, seketika membakar amarahnya.

Yovita bergegas menyerang Cecil seperti orang gila. Cecil secara naluri mengulurkan tangan untuk menangkis, membuat jarum infus di tangannya patah. Rasa sakit yang menusuk membuat Cecil tidak bisa menahan jeritannya.

Detik berikutnya, cairan obat bercampur darah memercik ke baju pasien berwarna putih milik Cecil.

Karena Yovita yang lebih dulu menyerang, Cecil juga tidak ingin kalah. Tanpa memedulikan rasa sakit di punggung tangannya, Cecil mengangkat tangan untuk menampar Yovita.

Dalam sekejap, Bryan menghalangi di depan Yovita. Suara tamparan yang nyaring terdengar. Di wajah Bryan langsung muncul bekas tamparan merah yang jelas.

Bryan mengerutkan keningnya dengan erat. Raut wajahnya seperti awan gelap sebelum badai, begitu menekan hingga orang lain tidak bisa bernapas.

"Cecil, sejak kapan kamu menjadi nggak masuk akal seperti ini? Kamu tahu dengan jelas kalau Yovita memiliki penyakit mental, nggak bisa mengontrol emosinya, tapi kamu masih menyerangnya?" kata Bryan.

Cecil menatap mata Bryan, mengepalkan tangannya dengan kuat, lalu menekan gejolak di dalam hatinya.

Cecil bertanya dengan sedikit nada getir, "Dia seorang pasien, tapi bukankah aku juga? Kenapa kamu begitu munafik?"

Bibir Bryan sedikit terbuka, tetapi dia tidak mengucapkan sepatah kata pun, seolah terkekang oleh sesuatu yang tidak terlihat.

Yovita yang ada di sampingnya mengusap air mata sambil mulai berakting. "Kak, aku sudah tahu kalau kamu nggak peduli padaku lagi. Aku nggak mau hidup lagi, huhuhu ...."

Setelah berkata demikian, Yovita berbalik untuk berlari keluar dari ruang perawatan. Bryan mengejarnya tanpa ragu, meninggalkan Cecil yang terdiam di tempat.

Cecil merasakan rasa pahit di mulutnya. Dia tidak bisa menahan diri untuk mengejek diri sendiri. Untuk apa dia bersedih? Bukankah hal seperti ini sudah sering terjadi sebelumnya?

Ketika Cecil sedang merasa sedih dalam diam, ponselnya berdering. Di layar muncul nama Evan.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penungguan Berakhir Pahit   Bab 23

    Cecil mengira teman Bryan atau teman sekolah dulu yang mengurus pemakaman Bryan, jadi dia tidak terlalu ambil pusing.Dalam perjalanan pulang, Cecil pergi ke supermarket untuk membeli susu bubuk bagi anaknya. Namun, dia malah diculik oleh seorang pria bertopi kasti yang membawa pisau."Cecil, kenapa hidupmu begitu beruntung? Kenapa kamu begitu bahagia?"Cecil segera menyadari bahwa orang yang menculiknya adalah Yovita yang diusir dari rumah oleh Dirga.Setelah mengetahui Cecil diculik, satpam supermarket yang membawa tongkat pun bergegas datang untuk melawan si penjahat.Seseorang yang berada di dekat situ juga menelepon polisi."Yovita, jangan gegabah. Polisi akan segera datang. Kamu nggak akan bisa kabur. Apa pantas membahayakan dirimu sendiri?"Pisau di tangan Yovita tampak sangat tajam. Bilahnya mengiris kulit Cecil dan darah mengalir.Cecil tidak menyangka Yovita akan membuntutinya dan hendak membunuhnya.Pasti Yovita yang mengambil jenazah Bryan. Itu menunjukkan betapa dalamnya r

  • Penungguan Berakhir Pahit   Bab 22

    Sebelum Cecil sempat menjawab, suara Evan terdengar dari belakang."Kenapa? Bukankah alasannya sudah jelas? Kamulah yang pertama kali mengkhianati perasaan Cecil, kamulah yang menyakitinya! Beraninya kamu mempertanyakannya sekarang?"Evan memegang semangkuk kemasan pangsit. Dia berjalan menghampiri Cecil dan merangkul bahu istrinya."Cecil sekarang istriku. Kami sudah punya akta nikah dan sah menjadi suami istri. Bukankah sudah agak terlambat bagimu untuk datang dan menyatakan cintamu pada istriku saat ini?""Selama enam tahun, kamu punya banyak sekali kesempatan untuk menyelamatkan hubungan kalian. Tapi, coba ingat baik-baik apa yang telah kamu lakukan. Cecil nggak berutang apa pun padamu, jadi jangan coba-coba membuatnya merasa bersalah. Jangan bilang kamu mencintainya lalu menyesal. Satu-satunya orang yang kamu cintai sedari awal adalah dirimu sendiri. Kamu menyesal bukan karena kehilangan orang yang paling kamu cintai, tapi karena kamu kehilangan orang yang paling mencintaimu."Kat

  • Penungguan Berakhir Pahit   Bab 21

    Dirga pun mengusir Yovita dari rumah saat Yovita masih menjalani pemulihan pasca melahirkan. Anak yang Yovita lahirkan juga Dirga kirim ke panti asuhan.Dirga hanya setuju mengizinkan Bryan menikahi Yovita karena Yovita mengatakan bahwa dia sedang mengandung anak Bryan.Karena Bryan sekarang menjadi orang cacat, Dirga berharap bisa melatih cucunya menjadi penerusnya.Itu sebabnya Dirga, yang selalu peduli dengan reputasinya, mengabaikan kritik semua orang dan mengizinkan Bryan menikah dengan Yovita.Pada akhirnya, rencananya gagal. Cucunya bahkan tidak memiliki darah Keluarga Jayadi!Dirga bertekad tidak akan hancur begitu saja. Seperti kata orang, selama masih ada gunung, maka tidak akan kekurangan kayu bakar. Dirga harus melindungi dirinya sendiri agar bisa bangkit kembali.Karena putranya, Bryan, sudah tidak berguna lagi, Dirga memutuskan untuk memeras setiap sisa nilai yang dimiliki Bryan.Dirga diam-diam memindahkan asetnya ke luar negeri dan kemudian mengganti nama perwakilan huk

  • Penungguan Berakhir Pahit   Bab 20

    Karena takut Cecil akan khawatir, Evan tidak pergi ke rumah sakit untuk berobat setelah diselamatkan.Sebaliknya, dia menahan rasa sakit yang parah dan pulang untuk merawat Cecil.Baru setelah kondisi kandungan Cecil stabil, Sinta berani menceritakan pengalaman mendebarkan malam itu kepada Cecil."Evan anak yang baik. Semua orang itu nggak berani turun menolong ayahmu, hanya dia yang berani. Kalau bukan karena dia, ayahmu mungkin ...."Cecil tidak tahu ada kejadian seperti itu. Setelah mendengarkan penjelasan ibunya, Cecil memeluk Evan dan menangis tersedu-sedu. Air mata dan ingusnya pun menetes ke baju Evan."Kenapa kamu nggak memberitahuku? Kenapa kamu menyembunyikannya dariku? Kamu harus memberitahuku kalau sampai ada apa-apa lagi ke depannya! Kamu nggak boleh menyembunyikan apa-apa dariku lagi!"Evan mengacak-acak rambut Cecil. "Gadis bodoh, aku nggak mungkin membiarkan anak kita lahir tanpa seorang kakek. Dia ayahmu sekaligus ayahku. Tugasku adalah menyelamatkannya. Aku nggak memb

  • Penungguan Berakhir Pahit   Bab 19

    Cecil akhir-akhir ini sering merasa mengantuk dan dia sudah terlambat datang bulan selama hampir sebulan.Evan pun menemani Cecil ke rumah sakit untuk pemeriksaan. Evan sangat gembira ketika menerima hasil pemeriksaan."Sayang, kamu hamil! Aku akan jadi seorang ayah!"Cecil sedikit termangu saat melihat hasil pemeriksaan yang Evan pegang."Aku benar-benar hamil?"Evan menyerahkan laporan itu kepada Cecil. "Tentu saja sungguhan."Cecil membaca hasil pemeriksaan itu dengan tidak percaya.Evan memegang pipi Cecil dan mencium keningnya."Sayang, kamu harus istirahat yang cukup. Serahkan semua pekerjaan rumah padaku. Jaga kesehatanmu baik-baik. Kehamilan memang berat, tapi aku pasti akan menjagamu dengan baik."Meskipun Cecil belum siap menjadi seorang ibu dan anak ini adalah hasil dari sebuah insiden, ketika dia melihat ekspresi bahagia Evan, semua kekhawatiran Cecil langsung lenyap.Ya, dengan Evan di dekatnya, dia tidak perlu khawatir tentang apa pun.Begitu mendengar kabar Cecil hamil,

  • Penungguan Berakhir Pahit   Bab 18

    Saat Bryan naik ke panggung untuk menjalani prosesi pernikahan, Cecil baru mengetahui bahwa Bryan terluka parah dalam kecelakaan mobil waktu itu.Selain terkejut dan syok, Cecil juga jadi merasa kasihan terhadap Bryan.Bryan yang dulu begitu angkuh dan diidolakan banyak gadis kini telah menjadi seperti ini. Cecil tidak dapat membayangkan betapa besar pukulan ini bagi Bryan.Cecil jadi merasa sedikit menyesal. Jika dia tidak memutuskan hubungan dengan Bryan seperti itu dan Bryan tidak datang ke Kota Muria untuk mencarinya, mungkin nasib pria itu tidak akan seperti ini.Evan menyadari perubahan suasana hati Cecil, jadi dia meremas tangan istrinya dan menghiburnya."Jangan bersedih. Setiap orang bisa tertimpa kesialan ataupun keberuntungan kapan saja. Itu bukan salahmu."Sebagai pengantin pria, Bryan sama sekali tidak tersenyum. Dia justru tampak seperti orang yang tidak bisa merasakan apa-apa lagi.Ibarat robot, Bryan bekerja sama dengan pembawa acara untuk menyelesaikan proses pernikaha

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status