Share

Bab 5

Author: Giselle
"Aku naik dulu."

Damar langsung bangkit berdiri setelah selesai berbicara. Bu Elvira menatap punggung putra bungsunya dan memegangi dadanya.

Dipta pun menghela napas. "Kepribadiannya mirip sekali denganmu. Dia sudah hampir berusia 30 tahun. Orang-orang seusianya sudah menikah atau punya anak, tapi dia hanya sibuk memikirkan ke rumah sakit."

"Hmph, memangnya aku kenapa?" sahut Bu Elvira sambil memelototi suaminya. "Kamu tidur saja di ruang kerja malam ini. Aku juga akan naik ke atas."

Bu Elvira baru saja menaiki tangga ketika dia melihat Damar telah berganti pakaian dan sedang berjalan menuruni tangga.

"Bu, ada operasi mendadak di rumah sakit. Aku pergi dulu."

Sebelum Bu Elvira bisa bereaksi, Damar sudah pergi.

Dipta menggebrak meja makan. "Tuh, lihat kelakuan anakmu! Dia sudah seharian sibuk di rumah sakit dan baru pulang satu jam, tapi sudah main pergi lagi begitu saja. Siapa juga yang mau menikah dengannya?"

"Buat apa sih kamu bentak-bentak?" Bu Elvira menggaruk telinganya. "Dia anakku, nggak ada hubungannya denganmu, 'kan? Damar juga bertanggung jawab atas pasien itu."

Damar pulang dari rumah sakit pukul 23.30.

Seekor anjing golden retriever berbulu panjang berwarna putih susu perlahan berlari menghampirinya dan menggosok-gosokkan tubuhnya. Damar mengulurkan tangan dan menepuk-nepuk kepala anjing itu.

Dia menuangkan segelas air dan kembali ke ruang kerja.

Jendela tidak tertutup saat Damar pergi pagi ini, angin meniup buku-buku dan beberapa bahan di atas meja hingga berantakan. Damar membungkuk dan memungutnya satu per satu.

Di atas meja adalah beberapa catatan medis yang baru-baru ini ditinjaunya.

Ada banyak faktor yang dapat menyebabkan perut membuncit besar.

Membaca catatan medis ini membuat mata Damar jadi bengkak, nyeri dan lelah. Damar melepas kacamatanya dan memijat pangkal hidungnya, tetapi rasa sakitnya tidak berkurang.

Dia melirik ponselnya. Ternyata Aldi telah mengiriminya pesan pagi ini, tetapi dia belum membalasnya.

[Aku sudah tanya Siska, dia dulu di kelas 2 dan berteman cukup akrab dengan Almira. Siska bilang dia juga nggak bisa menghubungi Almira.]

Damar memperhatikan kata-kata itu.

Tidak bisa menghubungi sahabat sendiri?

Damar membuka grup Facebook dan melihat 48 orang di dalamnya. Sebagian besar nama mereka tercatat, hanya enam tujuh orang saja yang tidak memiliki keterangan.

Sudah lama sekali Damar tidak bermain Facebook.

Almira telah memblokir nomor WhatsApp-nya.

Jadi, Damar mengajukan pertemanan kepada enam tujuh orang itu.

Dalam beberapa menit, tiga orang langsung mengabulkan pengajuan Damar.

Mereka dengan sopan dan menyanjung mengatakan akan menjaga hubungan mereka agar tetap akrab ke depannya. Ini bukanlah kata-kata dari Almira.

Keesokan harinya.

Tiga akun lainnya juga setuju.

Namun, mereka semua juga bukan Almira.

Yang terakhir adalah akun dengan foto profil abu-abu.

Damar menatap foto profil itu sejenak, lalu mengkliknya. Akun itu ternyata tidak dikunci, tetapi tidak ada informasi yang berguna di sana. Foto profil menunjukkan gambar seorang gadis yang tampak agak konyol di internet.

Tampilan pedesaan ini tidak cocok dengan masa kini.

Insting Damar mengatakan bahwa ini adalah akun milik Almira.

Ketika tiba saatnya makan malam, Damar melihat ponselnya lagi.

Pengajuannya belum juga disetujui.

Damar kembali mengajukan pertemanan, lalu dibalas oleh pihak sana dengan tiga pertanyaan.

[Untuk apa mengajakku berteman?]

[Kamu siapa?]

[Aku siapa?]

[Damar Abimanyu.] [Almira Narendra.]

Salah seorang rekan kerja di samping pun berkata, "Dokter Damar terlihat melamun hari ini. Kamu terus menatap ponsel seperti sedang menunggu pesan dari pacarmu."

Di rumah sakit, ada banyak dokter wanita yang mengejar Damar. Beberapa dari mereka melemparkan pandangan mereka ke arah Damar.

Mereka semua diam-diam menunggu untuk mendapat gosip.

Begitu Dokter Damar tiba, dia langsung menepis gosip tentang putri direktur rumah sakit yang tersebar di penjuru rumah sakit.

Satu demi satu, para dokter perempuan itu menyatakan cinta mereka dan para perawat perempuan sesekali menemukan kesempatan untuk mengirimkan sarapan penuh kasih sayang. Namun, Dokter Damar memiliki kepribadian yang dingin dan berwibawa. Dia menolak mereka semua dengan tegas dan tidak pernah terlibat dalam hubungan asmara apa pun.

Jadi, tentu saja Damar tidak akan menjawab pertanyaan seperti itu.

Si dokter pria yang bertanya itu hanya bisa tersenyum dengan kikuk.

Sekitar seminggu kemudian, Puspa secara tidak sengaja membuka Facebook dan melihat ada pengajuan pertemanan dari Damar.

Puspa sontak terkejut.

Dia nyaris melempar ponselnya.

Puspa pun membuka halaman Facebook-nya. Ternyata Damar mengunjungi akunnya tujuh kali. Dengan kata lain, pria itu mengunjungi akun Puspa setiap hari.

Puspa berpura-pura pengajuan pertemanan itu tidak pernah terjadi.

Namun, minggu ini Damar sesekali mengeluarkan ponselnya dan menatap akun Facebook.

Dia juga memeriksa akun Almira setiap hari.

Permintaan pertemanannya tidak digubris. Setiap kali sedang istirahat, Damar pasti akan mengeluarkan ponselnya untuk memeriksa. Foto profil Almira tetap berwarna abu-abu seolah-olah akun itu sudah lama tidak aktif.

Sepertinya … Almira benar-benar sudah … tiada ….

Amara Damar yang baru saja selesai berolahraga di pusat kebugaran sontak tersulut. Kemeja lengan pendek abu-abunya melekat di tubuhnya karena keringat, otot perutnya terlihat jelas dan Damar sedikit mengangkat dagunya. Butir-butir keringat mengalir di pangkal hidungnya yang mancung dan menetes di rahangnya yang tajam.

Damar berlari cepat di atas treadmill, sekresi dopamin membuatnya menghindari kenyataan untuk sementara waktu.

Damar tidak ingin percaya bahwa Almira telah meninggal.

Sore lainnya di klinik rawat jalan.

Damar sedang jeda sejenak.

Dia mengeluarkan ponselnya dan membuat akun Facebook baru.

Mungkin Almira masih hidup dan masih menggunakan aplikasi ini, tetapi tidak mau berteman dengan Damar. Sama seperti ketika mereka putus. Almira mengirim semua barangnya kepada Damar tanpa terlihat batang hidungnya.

Damar pun menjawab ketiga pertanyaan itu, untuk apa Damar mengajukan berteman, siapa Damar dan ada urusan apa.

Damar merasa muak dengan ketiga pertanyaan itu.

[Aku Randy. Randy Viano.] [Ada yang ingin kubicarakan denganmu.]

Randy Viano adalah seorang asisten guru olahraga dari kelas nomor 18 waktu SMA kelas 2. Dia juga merupakan pemain basket yang sangat andal dan dianggap sebagai tokoh terkemuka di sekolah saat itu.

Damar pernah melihat Almira dan Siska pergi menemui Randy untuk memberikan surat cinta.

Sore itu, pipi Almira tampak memerah.

Kulit Almira terlihat cerah dan gadis itu mengenakan seragam sekolah biru-putih. Wajah Almira terlihat jelas memerah, bulu matanya bergetar lembut saat dia menundukkan pandangannya.

Saat menuruni tangga, Almira memegang tangan Siska dan melompat-lompat seolah-olah dia baru saja mengalami sesuatu yang sangat menyenangkan.

Hanya surat cinta untuk Randy, apa perlu sebahagia itu?

Damar mengakui bahwa mengajukan pertemanan dengan akun Facebook Almira menggunakan nama Randy memang bukan tindakan yang bermoral. Damar melakukannya hanya karena iseng.

Jika pengajuannya disepakati, bukankah itu berarti Almira masih hidup?

Rasanya seperti ada yang mengganjal dalam hati Damar.

Tidak bisa dikeluarkan ataupun dipendam.

Jika terus dibiarkan, bisa-bisa Damar meradang.

Ganjalan ini terus menyertai Damar selama tujuh tahun belakangan dengan cara yang aneh dan rumit. Damar baru pulang ke negara ini tahun ini. Selama tujuh tahun itu, Damar bahkan beberapa kali memimpikan Almira. Ketika Damar pergi ke luar negeri pada semester pertama tahun terakhirnya, dia mengajak Almira ke hotel bersamanya.

Mereka menginap semalam di hotel itu.

Almira sangat kooperatif hari itu.

Awalnya, memang suatu kebetulan saja Damar bersama Almira.

Namun, perlahan Damar jadi kecanduan.

Damar juga sebenarnya menyadari ada yang aneh dengan hal ini.

Damar tidak suka berada di tempat tidur.

Tetapi, Damar suka melihat Almira menangis karena itu akan sangat merangsangnya.

Almira memang gemuk, tetapi gadis itu gemar berolahraga dan senam. Damar sendiri memiliki tinggi 187 cm, jadi dia bisa menggendong Almira dengan mudah.

Saat akan pergi ke luar negeri, Damar memberi Almira sebuah kartu ATM.

Ada saldo sebanyak 400 juta dalam rekening itu.

Almira sangat gembira saat menerima uang itu.

Biasanya, Almira tidak suka menerima barang dari Damar. Selama tiga tahun mereka bersama, Damar membelikan Almira banyak barang, tetapi selalu Almira tolak.

Almira paling baru akan menerima saat Damar menyuruh Almira membuang barang pemberiannya ke tempat sampah jika Almira memang tidak menginginkannya.

Saat itu, Almira berbaring dalam pelukan Damar. Damar menyuruh Almira menggunakan uang itu untuk membeli sesuatu yang disukainya.

Almira mengiakan dengan lembut.

Benar-benar penurut dan patuh.

Kurang dari sebulan setelah Damar pergi ke luar negeri, Bu Elvira menelepon Damar dan mengatakan ada kurir yang mengirimkan paket untuknya.

Damar meminta ibunya menerima paket itu saja.

Setelah pergi ke luar negeri, Damar mengalami masalah aklimatisasi selama setengah bulan dan merasa lesu. Dia berbaring di tempat tidur dengan kepala yang pusing selama beberapa saat. Dia tidak menghubungi Almira, tetapi ternyata Almira sangat pengertian dan sama sekali tidak menghubungi Damar melalui WhatsApp.

Mereka telah bersama selama tiga tahun dan menjalani hubungan layaknya sepasang kekasih, tetapi Almira sangat pendiam dan biasanya tidak berinisiatif untuk mencari Damar.

Saat Damar mengirim pesan kepada Almira, ternyata pesannya tidak terkirim.

Almira sudah memblokir nomor Damar.

Damar adalah anak yang berbakat, tidak pernah melakukan kesalahan sejak masih kecil.

Damar bisa mendapatkan pacar mana pun yang dia mau dan tidak harus Almira.

Damar hanya pergi ke luar negeri dan belum pulang, tetapi Almira sudah marah padanya.

Pantas saja selama ini Almira selalu penurut.

Damar menganggap hal ini konyol dan menyebalkan.

Damar baru pulang saat Tahun Baru. Sebuah paket besar diletakkan di ruang kerjanya dan nama "Almira" tertulis di alamat pengirim.

Alis Damar tiba-tiba berkedut.

Saat melepaskan pakaiannya, Damar merasa napasnya agak sesak.

Almira mengiriminya kotak sebesar itu. Damar tidak tahu apa isinya. Keluarganya juga tidak akan membuka barang-barangnya begitu saja, jadi kiriman kilat itu disimpan di ruang kerja Damar selama hampir setengah tahun.

Setelah membukanya, Damar sontak tercengang.

Di dalamnya terdapat semua barang yang pernah dia berikan kepada Almira selama tiga tahun mereka bersama.

Termasuk semua transfer uang. Almira menaruh semua transfer yang telah Damar lakukan kepadanya dalam tiga tahun terakhir di satu rekening, lalu mengirimkan kartu ATM itu kepada Damar.

Almira menuliskan catatan tempel pada setiap barang yang menunjukkan kapan dan di mana dia menerima hadiah itu dari Damar.

Ada pula saat Damar mentraktir Almira makan dan secangkir teh susu.

Selain semua harga itu, ada pula uang untuk kamar hotel yang semuanya dikembalikan sesuai proporsinya masing-masing.

Barang-barang termahal yang pernah Damar berikan adalah empat buat tas, sebuah gelang, sebuah kalung dan sebuah jam tangan. Total semua barang itu sekitar 1,4 miliar lebih. Semuanya baru dan belum pernah dipakai.

Barang murah, barang sehari-hari dan makan bersama.

Kepala Damar terasa sakit, dadanya terasa sesak setelah melihat semua ini. Dia menendang kotak kardus itu dan isinya berhamburan keluar, termasuk dua kotak kontrasepsi pria yang dibeli, tetapi belum pernah dipakai.

Kotak itu terjatuh ke dekat kaki Damar.

Seolah-olah Almira sedang mengejek Damar.

Seolah-olah Almira sedang menertawakan kebodohan Damar.

Almira memutuskan hubungan mereka dengan begitu rapi seolah-olah sama sekali tidak mau lagi terlibat dengan Damar.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyakitku adalah Mencintaimu   Bab 100

    Namun, di balkon itu, seolah ada batas antara terang dan gelap.Sosok pria yang tegap dan ramping berdiri di antara cahaya redup dan bayangan.Tak seorang pun tahu.Dia menjawab pertanyaan itu dengan sungguh-sungguh.…Hari ini, Puspa datang ke kantor agak terlambat. Meskipun di Studio Desain L&M jam kerjanya fleksibel, tetapi seiring berjalannya waktu, tahun ini hampir berakhir. Menjelang akhir tahun dan penilaian kinerja, semua orang mulai bekerja lebih giat.Baru saja Puspa duduk di mejanya, karena beberapa hari lalu komputernya bermasalah dan teknisi belum memperbaikinya, Puspa pun terpaksa mengeluarkan tabletnya dari tasnya.Belum sempat duduk dua menit dan melepas jaket, rapat rutin sudah dimulai. Seperti biasa, prosesnya tidak pernah berubah. Setelah rapat bubar, Natasha memanggilnya.Natasha meminta Puspa mengerjakan sebuah pesanan pribadi, merancang sebuah gaun pesta, dengan tenggat setengah bulan.Natasha menawarkan harga yang pantas dan Puspa mengangguk setuju."Baik, akan k

  • Penyakitku adalah Mencintaimu   Bab 99

    "Mana ada orang berkata begitu tentang adiknya sendiri? Kamu ini kok nggak mendoakan yang baik-baik."Belum sempat Naira menjawab ….Elvira sudah menambahkan, "Aku tahu, sepupunya Rama itu kan Argo. Kakeknya Argo profesor senior di Universitas Solana. Sepertinya, dia pasti sulit menerima keadaan seperti ini."Naira tak berhasil mendapatkan jawaban. Hatinya juga ikut merasa tak tenang.Naira menopang lengan Elvira, berjalan menuju taman kecil di luar rumah. Keduanya berjalan santai sambil mengobrol.Elvira terlihat seperti seorang nenek-nenek ramah yang sedikit usil. Namun, di masa mudanya dia pernah mendampingi Dipta berkiprah di dunia bisnis. Pengalamannya dan wawasannya tentu luar biasa.Naira akhirnya masih mencoba membela diri. "Aku cuma bilang andaikan saja .…""Andaikan sekalipun tetap nggak boleh. Kalimat ini cuma boleh kamu ucapkan di depanku saja. Kalau ayahmu sampai dengar, bisa-bisa dia marah besar dan tekanan darahnya langsung melonjak."…Damar pulang ke rumah.Nemo hanya

  • Penyakitku adalah Mencintaimu   Bab 98

    Alis Damar sedikit bergetar.Dia menunduk, menggigit sebuah apel.Di luar jendela, malam begitu pekat. Hanya lampu jalan, pejalan kaki dan bayangan kendaraan yang samar berbaur.Cahaya itu jatuh di wajahnya.Dalam dan dingin.Lalu menerangi apel di tangannya, merah menyala, indah sekali.Sisy memberinya apel itu, yang terbesar dan paling merah di antara semuanya.Namun, makin dimakannya, rasa asamnya makin menusuk."Bilang pada ibu, minggu depan aku sibuk. Minggu depannya lagi juga sibuk. Suruh dia nggak usah repot soal itu. Beberapa putri keluarga terpandang yang dia kenalkan padaku, aku nggak akan datang ke pertemuan itu."Naira merasa, saat ini hal yang paling mendesak bukan soal datang atau tidak datang ke pertemuan.Namun ….Adiknya.Pewaris bungsu Keluarga Abimanyu. Keluarga konglomerat papan atas di Kota Solanaakan ikut campur dalam pernikahan orang lain."Damar, kamu tahu nggak, kalau orang tua kita sampai tahu, ini bisa jadi masalah besar?""Kan sekarang mereka belum tahu? La

  • Penyakitku adalah Mencintaimu   Bab 97

    "Hmm." Sisy mengerjap-ngerjapkan matanya."Kalau begitu, Sisy juga suka Paman Rudy?""Suka, dong."Ibu Rudy sangat akrab dengan Nenek Aryani. Mereka tinggal di kompleks yang sama. Nenek Aryani tinggal sendirian di rumah. Jika pancuran bocor atau lampu rusak, Rudy biasanya datang membantu memperbaiki saat dia sedang luang.Sisy sudah sering melihatnya.Puspa semula mengira gadis kecil itu akan menjawab dengan tegas.Berhubung anak-anak seusia ini biasanya berpikir lebih sederhana daripada orang dewasa.Namun, yang tidak disangka Puspa ….Sisy justru melihat tanda-tanda keraguan dan berpikir di wajah Sisy."Suka Paman Eudy itu bagus, tapi Paman Damar lebih … lebih bagus."Melihat Puspa terdiam ….Sisy melanjutkan kata-katanya, "Ibu, waktu ulang tahunku nanti, boleh nggak ajak Leo dan Paman Damar datang bersama?"Ulang tahun Sisy jatuh satu minggu lagi.Puspa mengusap rambut gadis kecil itu. "Sisy, hari itu kan hari Sabtu. Kita harus pulang menemui buyut.""Oh." Gadis itu sedikit kecewa.

  • Penyakitku adalah Mencintaimu   Bab 96

    Damar duduk di sofa.Sofanya kecil, tetapi sangat empuk.Di atasnya terhampar bantalan sofa berwarna krem.Ruang tamunya tidak besar, tetapi di setiap sudut terasa kehangatan.Di atas meja, ada bunga dalam vas kaca bening.Di ambang jendela, beberapa pot tanaman sukulen tersusun rapi.Televisinya kecil dan model lama. Di meja televisi menempel beberapa stiker bergambar yang disukai anak perempuan.Udara di ruangan membawa aroma segar dan nyaman.Permukaan meja agak berantakan, ada buku milik seorang gadis, selembar buletin tulis tangan dan berbagai spidol cat air. Begitu pulang, Sisy langsung duduk di sana, menggambar dengan penuh keseriusan.Damar memandangnya.Sisy mengangkat kepalanya. "Paman Damar, mau makan buah?"Damar ingin berkata, aku nggak mau.Namun, dia malah menganggukkan kepalanya.Sisy segera berdiri, berlari kecil ke arah kulkas. Saat dia berlari, ekor kuda rambutnya bergoyang ke sana kemari, sungguh menggemaskan.Sisy membuka kulkas, berjinjit, lalu memanggil ibunya. S

  • Penyakitku adalah Mencintaimu   Bab 95

    Di dalam kompleks, tidak banyak orang yang tahu jika dia pernah menikah dan bercerai dengan Albert. Pernikahan yang mereka sepakati itu pun bukanlah sesuatu yang bisa dibanggakan atau layak diumbar. Terutama bagi orang-orang yang lebih tua, mereka tidak akan memahaminya.Daripada membuang-buang waktu menjelaskan kepada orang yang memang tidak mau mendengar, percuma saja. Jika kamu menjelaskannya kepada nenek-nenek berusia enam puluh atau delapan puluh tahun, mereka juga tidak akan percaya.Lama-kelamaan, Puspa hanya ingin menjalani hidupnya dengan baik. Dia memilih untuk tidak mendengar ucapan-ucapan yang menyakitkan itu.Tiba di depan rumah.Sisy tiba-tiba tersenyum pada Puspa.Sepertinya Sisy merasa permainan barusan sangat menyenangkan.Di dunia gadis kecil yang polos dan murni itu,Mama mendorong Paman Damar maju, seperti sedang bermain.Puspa pun tersenyum, mengulurkan jari dan mencolek ujung hidung gadis itu. "Ayo turun."Di depan putrinya, Puspa selalu merasa memiliki kekuatan t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status