Home / Romansa / Penyamaran CEO Tanaka / Bab 51 – Mata yang Menyaksikan

Share

Bab 51 – Mata yang Menyaksikan

Author: Jeff Ry
last update Last Updated: 2025-10-29 19:14:33

Pagi itu matahari belum benar-benar terbit ketika langit Timur memantulkan semburat oranye lembut di antara gedung-gedung proyek. Bau semen basah bercampur udara lembap menjadi aroma khas yang sudah akrab di hidung para pekerja.

Risa datang lebih awal dari biasanya. Ia ingin menyelesaikan laporan progress yang semalam tertunda karena server lambat. Namun langkahnya terhenti di depan ruang rapat utama.

Lewat kaca bening, ia melihat seseorang berdiri di dalam — bukan staf proyek, bukan Pak Darto.

Seorang perempuan dengan gaya elegan: blazer putih gading, rambut tersisir sempurna, sepatu hak tinggi yang mencolok di lantai keramik abu.

Nadine Wijaya.

Dan di hadapannya, berdiri Ardi.

Tegak, sopan, tapi wajahnya jelas tidak tenang.

Risa tak mendengar percakapan mereka, tapi matanya cukup tajam untuk menangkap satu hal:

cara perempuan itu memandang Ardi — tatapan yang tidak mungkin datang dari seseorang yang baru kenal.

Itu bukan pandangan profesional, bukan pula sekadar kagum.

Itu tatapan m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 56 – Surat Terima Kasih

    Ia tak butuh menebak. Ia tahu.Tulisan itu hanya bisa berasal dari satu orang.Perlahan, bibirnya melengkung dalam senyum yang tak bisa ia tahan.Bukan senyum kebanggaan, bukan juga kepuasan — tapi senyum lembut yang lahir dari perasaan yang terlalu jujur untuk disembunyikan.Ia meraih dompet dari saku celana, membuka bagian dalamnya yang jarang disentuh.Di sana hanya ada dua hal: foto lama dirinya bersama ayahnya… dan kini, surat kecil itu.Ia melipatnya sekali lagi, menaruhnya di balik foto, lalu menutup dompet itu dengan hati-hati, seolah sedang menyimpan benda paling berharga di dunia.Malam semakin larut.Ardi menatap jendela yang berkabut, pantulan lampu kota menari di matanya.Ia menarik napas panjang, kemudian tertawa kecil tanpa suara.Lucu, pikirnya. Dulu aku menulis laporan ratusan lembar untuk perusahaan yang kumiliki, tapi tak satu pun membuatku merasa segelisah membaca satu kertas sederhana ini.Ia kembali membuka buku catatannya — halaman yang kini sudah hampir penuh.

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 55 – Dunia yang Jauh

    Malam tiba. Hujan berhenti, tapi angin masih membawa aroma tanah basah.Di ruang administrasi, Maya menatap laporan yang baru saja selesai.Risa sudah pulang lebih dulu. Hanya lampu meja kecil yang menerangi ruangan.Tiba-tiba pintu terbuka. Ardi muncul, membawa dua bungkus roti dan dua gelas kopi instan.“Masih di sini?”Maya tersenyum lelah. “Belum selesai. Saya harus pastikan semua data besok pagi bisa dipakai tim logistik.”Ardi meletakkan roti di mejanya. “Kamu lupa makan.”Maya tertawa kecil. “Kamu juga belum pulang.”“Berarti kita sama-sama lupa.”Mereka duduk berhadapan, makan dalam diam.Suasana aneh tapi nyaman mengalun di antara bunyi detik jam.“Terima kasih, Pak Ardi,” ucap Maya tiba-tiba.“Untuk apa?”“Untuk tadi. Kalau bukan karena Anda, mungkin saya udah dimarahi seharian.”Ardi menatapnya dengan senyum lembut. “Kamu gak perlu terima kasih. Kamu sudah kerja keras. Orang kayak kamu yang bikin dunia kerja ini masih pantas dipercaya.”Maya terdiam, menatap wajahnya dalam

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 54 – Pembelaan di Tengah Krisis

    Hujan deras turun sejak pagi, mengguyur atap proyek yang belum sepenuhnya tertutup seng. Air mengalir deras di sela-sela papan kayu, membuat sebagian area kerja terendam lumpur.Dari ruang kontrol, Maya menatap layar monitor yang menampilkan grafik pasokan material — sebagian besar indikatornya merah.Pasir tertahan di pelabuhan karena cuaca buruk. Semen belum dikirim karena kendaraan suplai tertahan di jalan utama.Dan deadline proyek tinggal dua minggu lagi.Ia menekan pelipisnya. “Kenapa semua harus macet bersamaan?” gumamnya lirih.Risa yang duduk di sebelahnya menjawab dengan suara lelah, “Mungkin karena dunia juga tahu kita butuh ujian tambahan.”Maya nyaris tertawa, tapi yang keluar hanya napas berat.Pintu ruangan mendadak terbuka keras.Pak Darto masuk dengan wajah menegang dan jas hujan masih meneteskan air.“Semua kumpul di ruang rapat sekarang!” suaranya menggema, tak memberi ruang untuk pertanyaan.Ruang rapat dipenuhi wajah tegang. Beberapa staf masih mengenakan helm pro

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 53 – Perasaan Bersalah

    Semua mata kini beralih ke pria itu.Ardi menegakkan punggung, suaranya tetap tenang walau dadanya berdebar.“Bu Nadine menanyakan laporan mutu proyek, Pak. Saya hanya menjawab pertanyaan beliau. Tidak lebih.”Andra menyandarkan tubuh ke kursi.“Tanpa pendamping? Di luar jam kerja?”Ardi menatapnya tajam, tapi menahan diri. “Itu hanya kebetulan. Tidak ada yang perlu dipersoalkan.”Andra terkekeh pelan. “Kebetulan yang… cukup sering, tampaknya.”Kata-kata itu menusuk ruangan seperti paku kecil.Beberapa staf menunduk, berpura-pura mencatat, tapi atmosfer sudah rusak.Maya menggenggam pulpen di tangannya lebih erat.Ia tahu Andra sudah melewati batas.Tanpa berpikir, suaranya keluar begitu saja.“Andra, itu tuduhan tidak sopan.”Semua kepala menoleh.Andra terperangah sesaat, tak menyangka Maya akan bicara setegas itu.“Maya, aku cuma menyampaikan kekhawatiran,” katanya datar.“Bukan. Nada kamu jelas-jelas menuduh. Pak Ardi gak pantas diperlakukan seperti itu.”Pak Darto menatap keduany

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 52 – Tuduhan dari Rival

    Di perjalanan menuju hotel, Nadine menatap Ardi dari sisi kursi belakang.“Sudah berapa lama kau di sini, Adrian?”Ardi diam. Sopir di depan menatap lewat kaca spion, menunggu jawaban yang tak pernah datang.Nadine tersenyum kecil. “Jadi, sekarang kau bahkan tak mau mengaku siapa dirimu?”Ardi menarik napas panjang.“Bukan waktunya membicarakan ini di sini.”“Kalau bukan sekarang, kapan?”“Setelah semuanya selesai.”Nadine mencondongkan tubuhnya sedikit.“‘Selesai’? Atau setelah kau benar-benar jatuh cinta pada perempuan itu?”Tatapan Ardi langsung terangkat.“Apa maksudmu?”“Jangan bodoh, Adrian. Aku lihat caramu menatapnya. Gadis itu — Maya, ya? — dia bukan sekadar rekan kerja bagimu.”Suasana di mobil berubah dingin.Ardi menatap jendela, menahan emosi yang mulai naik ke permukaan.“Ini bukan urusanmu lagi, Nadine.”Nadine tersenyum miring. “Sayangnya, aku belum siap jadi masa lalu yang dihapus semudah itu.”Hening panjang menelan percakapan mereka.Di luar, hujan turun makin deras

  • Penyamaran CEO Tanaka   Bab 51 – Mata yang Menyaksikan

    Pagi itu matahari belum benar-benar terbit ketika langit Timur memantulkan semburat oranye lembut di antara gedung-gedung proyek. Bau semen basah bercampur udara lembap menjadi aroma khas yang sudah akrab di hidung para pekerja.Risa datang lebih awal dari biasanya. Ia ingin menyelesaikan laporan progress yang semalam tertunda karena server lambat. Namun langkahnya terhenti di depan ruang rapat utama.Lewat kaca bening, ia melihat seseorang berdiri di dalam — bukan staf proyek, bukan Pak Darto.Seorang perempuan dengan gaya elegan: blazer putih gading, rambut tersisir sempurna, sepatu hak tinggi yang mencolok di lantai keramik abu.Nadine Wijaya.Dan di hadapannya, berdiri Ardi.Tegak, sopan, tapi wajahnya jelas tidak tenang.Risa tak mendengar percakapan mereka, tapi matanya cukup tajam untuk menangkap satu hal:cara perempuan itu memandang Ardi — tatapan yang tidak mungkin datang dari seseorang yang baru kenal.Itu bukan pandangan profesional, bukan pula sekadar kagum.Itu tatapan m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status