Share

Belenggu Ragu

"Tan, aku lihat Devan jalan sama cewek!" kata Dinda setengah berteriak.

Kintan sampai harus menjauhkan ponsel karena sahabatnya itu langsung menyerocos sampai lupa mengucap salam.

"Jangan bercanda, dong, Din. Jam segini tuh Mas Devan masih kerja." Kintan menyangkal. Arlojinya baru menujukkan pukul empat sore. Devan biasanya baru keluar kantor pukul lima.

"Tapi suer, Tan, cowok itu mirip banget sama Devan. Dia lagi makan sama cewek di kafe dekat salonku. bajunya juga santai banget, bukan setelan celana bahan sama kemeja kayak orang kantoran."

Kintan menggigit bibir. Ragu mulai mendera. Satu sisi hatinya tidak percaya karena hubungannya dengan Devan sedang sangat baik. Namun, Dinda juga bukan sahabat yang suka membual.

"Apa perlu aku samperin, Tan?"

"Coba kamu perhatikan lagi, gimana ciri-ciri cewek itu?"

"Hmm, kayaknya dia blasteran. Hidungnya mancung, kulitnya putih, terus ...."

"Din, please!" sela Kintan.

Dinda garuk-garuk kepala karena lupa bahwa Kintan tidak akan mengerti ciri-ciri
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status