Share

Menjadi yang Selalu Ada

Udara di sekitar kedai makanan itu terasa hampa. Harumnya bumbu ayam goreng dan hiruk pikuk suasana sekitar tidak cukup mampu memecah keheningan di antara Dejan dan Kintan. Keduanya menarik napas dalam, mengisi rongga dada yang terasa sesak dengan sebanyak-banyaknya udara.

"Aku hargai keputusan kamu, Tan," kata Dejan akhirnya.

"Tapi bolehkah aku meminta satu hal?" sambungnya.

Kintan mengangkat alis sebagai isyarat agar Dejan melanjutkan ucapannya.

"Kita masih bisa temenan, kan?"

Kintan tersenyum kecil. Sebuah senyuman yang sulit Dejan artikan.

"Menurut Mas Dejan, kita masih bisa temenan? Setelah semua yang aku alami kemarin, aku harus bersikap biasa saja? Jangan kelewatan kalau bercanda!" Intonasinya menjadi lebih berat di ujung kalimat.

Baru kali itu Dejan melihat Kintan melempar tatapan sinis. Meski demikian, ucapan gadis itu memang tidak salah. Apa yang dia harapkan dari sebuah pertemanan yang diawali dengan kebohongan?

"Iya sih, Tan. Kamu nggak bikin keributan aja udah syuk
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status