Share

Penyesalan Abang dan Calon Suami
Penyesalan Abang dan Calon Suami
Author: Eman Nina

Bab 1

Author: Eman Nina
Setelah kembali ke Kota Simbai, aku tidak menyangka orang pertama yang aku temui adalah mantan sahabatku, Angel Moara.

“Presdir Perusahaan Zenith, Angel Moara, berhasil diterima di universitas terkemuka di Kota Simbai pada usia 18 tahun dengan prestasi gemilangnya. Setelah lulus, dia membangun usahanya dari nol. Dalam waktu tiga tahun yang singkat, dia berhasil masuk jajaran pengusaha muda papan atas di dunia bisnis ….”

Di lantai satu Gedung Pertha, layar televisi di antara dua lift terus menayangkan berbagai pencapaian yang diraih oleh sang pengusaha muda Kota Simbai.

Tiga tahun tidak bertemu. Angel sudah tidak lagi terlihat seperti gadis penakut dan minder yang baru keluar dari desa. Balutan gaun mewah rancangan desainer ternama bahkan menambah kesan berkelas padanya.

Memang benar, kemewahan bisa membentuk seseorang.

Hari ini adalah acara tender proyek milik Grup Arkava yang digelar di Kota Simbai. Para wartawan sudah berjaga-jaga dan menunggu di lobi.

Aku menunduk berpura-pura tidak melihat Angel lantaran tidak ingin menghiraukannya, tetapi dia malah mendekatiku.

“Bu Rose, ternyata kamu, aku hampir saja nggak mengenalimu. Tiga tahun lalu kamu tiba-tiba pergi ke luar negeri, aku kira kamu nggak akan kembali lagi!”

Suara Angel sangat besar. Saking besarnya, wartawan yang berada di kejauhan bisa mendengar dengan jelas.

Selesai ucapan itu dilontarkan, aku bisa merasakan ada banyak tatapan yang tertuju di diriku.

“Bu … Rose … dari Keluarga Tiara ….”

“Grup Qindara … pernikahan ….”

“Mohon … mengejar suami … mau ….”

Dalam seketika, di tengah suara bisikan, terkadang aku bisa mendengar sepenggal ucapan di telingaku.

Aku melirik Angel sekilas. Dia pun berlagak tidak menyadarinya dan melanjutkan omongannya, “Kenapa kamu nggak beri tahu dulu sebelum kamu kembali? Jangan-jangan kamu sudah dengar kabar …. Bu Rose, maaf, aku sudah salah bicara.”

Setelah berbicara panjang, sepertinya Angel menyadari ada yang salah dengan omongannya. Namun, rasa bersalah dengan ekspresi panik itu telah memicu salah paham orang-orang di sekitarnya.

Pada saat ini, ada seorang wartawan bernyali besar menjerit.

“Dengar-dengar, desainer utama perhiasan Grup Tiara, Carlos Tiara dan presdir Grup Qindara, Nelson Qindara, berencana melamarmu. Bu Angel, apa kabar itu benar atau hanya rumor belaka?”

“Bu Angel, seandainya kamu dilamar bersamaan oleh Pak Carlos dan Pak Nelson, siapa yang akan kamu terima?”

Angel tidak menjawabnya. “Uhm … semua itu hanyalah rumor di internet saja. Aku harap kalian semua bisa bersuara dengan akal sehat. Selain itu, Kak Carlos dan Kak Nelson itu orang yang sangat baik. Sekarang kami adalah teman yang sangat baik.”

Pada saat ini, lift terbuka. Angel membungkukkan tubuhnya dan berkata dengan tersenyum, “Maaf, sebentar lagi aku mesti berpidato dalam acara tender Grup Arkava. Aku pergi bersiap-siap dulu.”

Angel bertanya dengan nada bersahabat, “Bu Rose, apa kamu mau naik bersamaku?”

Aku hanya ragu sejenak. Para wartawan yang tidak mendapat jawaban dari Angel pun mulai mengalihkan perhatian ke diriku.

“Bu Rose, dengar-dengar sebelum kamu ke luar negeri, kamu terus mengejar presdir Grup Qindara. Jangan-jangan kepulanganmu yang mendadak ini karena kamu sudah mendengar kabar Pak Nelson ingin melamar Bu Angel?”

“Dengar-dengar Pak Carlos itu abangmu. Bu Rose, apa kamu bisa menerima Bu Angel menjadi kakak iparmu?”

“Seandainya Pak Nelson benar-benar melamar Bu Rose, apa yang akan kamu lakukan? Apa kamu berencana untuk menghalanginya atau merestuinya?”

Tatapan mereka kelihatan bagai serigala kelaparan saja. Suara napas berat itu dipenuhi dengan rasa serakah dan desakan.

Kebanyakan wartawan tidak peduli dengan kenyataan. Mereka hanya menginginkan popularitas saja.

Aku percaya, seandainya aku tidak merespons, tidak sampai waktu dua jam, dugaan mereka mengenai alasan kepulanganku ke dalam negeri akan bertebaran di seluruh internet.

Di dalam benakku terlintas bayangan tubuh seseorang yang suka cemburu. Aku pun melambaikan tangannya terhadap Angel.

“Kalau begitu, aku naik dulu.”

Sebelum pintu lift tertutup, Angel menunjukkan senyuman sinis yang hanya bisa dilihat olehku. Aku mengalihkan pandanganku, langsung membalikkan tubuhku untuk berhadapan dengan wartawan.

Saat aku berencana untuk mengeluarkan kartu undangan, terdengar suara gusar dari sekitar. “Rose, siapa yang suruh kamu kemari? Jangan-jangan kamu masih ingin berbuat seperti tiga tahun lalu, merebut proyek Angel lagi?”

Usai mendengar ucapan itu, sorotan kamera langsung berubah. Mantan calon suamiku, Nelson, sedang melangkahkan kaki panjangnya ke sisiku dengan murka.
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 8

    Saat Angel hendak berbicara, aku pun tersenyum sinis. “Kenapa? Apa kamu kira dia bakal membawamu pergi?”Carlos yang sudah berjalan di depan pintu pun tertegun. Pada akhirnya, dia tidak melakukan apa-apa. Setelah Nelson mengetahui masalah bangkrutnya Grup Qindara, dia pun tidak peduli dengan apa pun, langsung berlari keluar.Pada kehidupan sebelumnya, Nelson telah membuatku bangkrut. Pada kehidupan sekarang, aku membuat Grup Qindara bangkrut. Aku sudah membalas dendamku.Seorang tuan muda yang begitu dimanjakan dan bergelimang kemewahan seperti Nelson kehilangan sokongan dari Keluarga Qindara. Penderitaan hidup yang dia alami adalah hukuman yang jauh lebih menyakitkan daripada kematian. Aku bahkan tidak perlu melakukan apa-apa lagi.Di dalam aula hanya tersisa aku, Jivan, dan Angel bertiga saja.Melihatnya duduk santai tidak jauh dari sana, Angel mencoba bersikap galak meski sebenarnya gentar, lalu berkata, “Jangan senang dulu. Ini negara hukum. Kalau kamu berani macam-macam sama aku,

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 7

    Hatiku terasa penat ketika menatap Carlos yang histeris itu.Betul. Sebelumnya Carlos memang pernah memperlakukanku dengan sangat baik. Saking baiknya, demi Angel, dia malah berkali-kali menusukku dari belakang. Namun, aku malah percaya dengan bodohnya bahwa aku hanya sedang dikelabui saja. Aku pun baru tersadar di tengah malam hujan itu.Setelah pembawa acara membawa pergi orang yang tidak bersangkutan keluar aula, aku melihat Carlos dan tiba-tiba berkata, “Apa kamu melakukannya demi 20% saham itu?”Saat Carlos terdiam, aku mengepalkan tanganku dan berkata dengan perlahan, “Selama ini aku merasa heran. Kita sudah saling mengandalkan selama bertahun-tahun. Meskipun kamu punya orang yang kamu sukai, sikapmu terhadapku nggak seharusnya tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua itu terlalu aneh.”Aku menangis sembari tersenyum. “Kemudian … kemudian aku sudah mengerti. Pria berengsek si Nelson itu sudah terbiasa dengan meraup keuntungan besar. Nggak masalah kalau dia tertipu oleh Angel yang ngg

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 6

    Beberapa juri pada tender tiga tahun silam berjalan ke dalam ruangan. Salah satu di antaranya adalah anggota dari Grup Qindara.Jivan bertanya, “Apa kamu kenal sama mereka?”Raut wajah Nelson sedikit berubah, tetapi dia tidak berani menyangkal. Jivan tersenyum puas. “Jadi, apa kamu bisa beri tahu aku, siapa yang bermain curang waktu itu?”Nelson terdiam membisu. Aku pun menimpali, “Pak Nelson, bukannya kamu bilang ini bukan pertama kalinya aku menggunakan kekuasaan untuk menekan orang lain? Kenapa kamu malah nggak bicara sekarang?”Nelson tidak berani membalas Jivan, tetapi dia malah membalasku, “Carlos itu abang kandungmu. Apa perlu kamu panggil orang luar untuk mengancamku? Bukannya aku hanya fitnah kamu sekali waktu itu? Kenapa kamu malah mengingatnya sampai sekarang? Jangan lupa, aku itu calon suamimu.”Tatapan Jivan tertuju ke diriku. Aku pun berkata dengan tegas, “Eits, kamu itu mantan calon suamiku. Kami sudah mengakhiri perjanjian pernikahan kami pada tiga tahun lalu. Nggak ma

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 5

    Di bawah tatapan orang-orang, Nelson berjalan ke depan panggung, lalu mengangkat tangannya hendak menamparku.Lantaran aku berhasil mengelak, ekspresinya pun semakin emosi lagi.“Rose, bukannya aku sudah pernah bilang sebelumnya. Kamu itu memang anggota Keluarga Tiara, tapi berhubung kamu ingin merintis kariermu, kamu nggak boleh memanfaatkan kekuatan Keluarga Tiara untuk mendapatkan keuntungan.”“Semua orang bersusah payah meninjau lokasi dan menyiapkan dokumen tender, tapi kamu hanya dengan mengandalkan status sebagai anggota Keluarga Tiara langsung mengambil proyek ini. Apa kamu merasa semua itu adil bagi perusahaan lain?”Aku melirik Angel yang duduk dengan wajah pucat, lalu menatap Carlos sambil menyindir, “Kamu ini lagi membela semua orang atau lagi membela Angel?”Langsung terlihat ekspresi canggung di wajah Carlos. Hanya saja, dia segera menunjukkan ekspresi tegasnya. “Jangan alihkan topik. Angel sudah bangun pagi dan bergadang demi proyek ini. Apa kamu pantas untuk dibandingka

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 4

    “Sebagai bentuk komitmen Grup Arkava dalam berinvestasi di Kota Simbai serta mewujudkan prinsip saling menguntungkan dengan rekan-rekan dunia bisnis, kami bukan hanya mengundang Bu Angel untuk memberikan pidato, kami juga memintanya mewakili perusahaan untuk mengumumkan hasil tender proyek kali ini.”Senyuman anggun di wajah Angel mendadak membeku. Dia menunduk dan bertanya sesuatu dengan suara pelan kepada pembawa acara.Beberapa saat kemudian, sepertinya mereka mencapai kesepakatan. Pembawa acara menyerahkan sebuah kartu kecil kepadanya, lalu mengumumkan dengan penuh antusias, “Sekarang, mari kita sambut Bu Angel untuk mengumumkan perusahaan yang memenangkan tender kali ini.”Angel menerima mikrofon, menunduk membaca kartu, lalu berkata, “Aku umumkan perusahaan yang memenangkan tender proyek ini adalah Perusahaan Kinn, dengan pemilik perusahaan bernama … dia ….”“Nggak mungkin!”Begitu membaca kata terakhir, senyum paksa di wajah Angel langsung menghilang. Kartu di tangannya jatuh ke

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 3

    Ucapan Carlos sama persis dengan ucapan Nelson tadi. Aku mengangkat kelopak mataku menatap orang yang memiliki hubungan darah dan memiliki hubungan terdekatku. Aku pun merasa terhina.Proyek tiga tahun silam diinvestasi oleh Grup Tiara dan juga Grup Qindara. Proyek itu tidak tergolong besar, tapi merupakan kesempatan berharga bagi perusahaan rintisan baru.Aku merasa dengan hubungan dekat kami, aku pun berkesempatan untuk meraup keuntungan. Jadi, aku pergi meminta proyek dari Carlos, tetapi dia malah tidak mengiakannya. Nelson yang mendengar kabar itu pun langsung mengomeliku.Mereka mengatakan perbuatanku tidaklah adil bagi perusahaan-perusahaan rintisan baru. Namun, aku tidak mengerti. Dalam dunia bisnis, transaksi jual beli pada dasarnya adalah soal mengintegrasikan sumber daya. Kalau aku mempunyai kemampuan dan koneksi untuk menyelesaikan proyek itu, kenapa aku tidak boleh memanfaatkannya?Kemudian baru aku tahu bahwa mereka melakukan semua itu demi Angel yang juga bersaing dalam p

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 2

    “Tiga tahun lalu, kamu seperti ini. Tiga tahun kemudian, kamu seperti ini lagi. Rose, apa maumu?”Ketika disalahkan oleh Nelson, keningku pun berkerut. “Apa maksudmu?”Calon suamiku yang pernah berjanji setia seumur hidupnya itu malah sedang menatapku dengan tatapan penuh rasa benci.“Semua orang di Kota Simbai juga tahu Grup Arkava sebenarnya ingin menjadikan Angel sebagai mitra kerja sama. Kalau bukan karena demi merebut proyek itu darinya, mana mungkin kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri?”Grup Arkava menginginkan Angel sebagai mitra kerja?Kenapa aku tidak tahu soal itu?Tatapanku sedikit berubah. Nelson justru salah paham mengira aku merasa gugup karena kebenarannya terbongkar. Rasa muaknya kini disertai dengan sedikit rasa meremehkan.“Kamu kira karena kamu itu anggota Keluarga Tiara, kamu bisa menindas Angel dengan semena-mena?”“Grup Arkava bukanlah perusahaan kecil di Kota Simbai. Mereka nggak akan peduli dengan statusmu sebagai anggota Keluarga Tiara. Seandainya kamu ngga

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 1

    Setelah kembali ke Kota Simbai, aku tidak menyangka orang pertama yang aku temui adalah mantan sahabatku, Angel Moara. “Presdir Perusahaan Zenith, Angel Moara, berhasil diterima di universitas terkemuka di Kota Simbai pada usia 18 tahun dengan prestasi gemilangnya. Setelah lulus, dia membangun usahanya dari nol. Dalam waktu tiga tahun yang singkat, dia berhasil masuk jajaran pengusaha muda papan atas di dunia bisnis ….”Di lantai satu Gedung Pertha, layar televisi di antara dua lift terus menayangkan berbagai pencapaian yang diraih oleh sang pengusaha muda Kota Simbai.Tiga tahun tidak bertemu. Angel sudah tidak lagi terlihat seperti gadis penakut dan minder yang baru keluar dari desa. Balutan gaun mewah rancangan desainer ternama bahkan menambah kesan berkelas padanya.Memang benar, kemewahan bisa membentuk seseorang.Hari ini adalah acara tender proyek milik Grup Arkava yang digelar di Kota Simbai. Para wartawan sudah berjaga-jaga dan menunggu di lobi.Aku menunduk berpura-pura tida

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status