Share

Bab 2

Author: Eman Nina
“Tiga tahun lalu, kamu seperti ini. Tiga tahun kemudian, kamu seperti ini lagi. Rose, apa maumu?”

Ketika disalahkan oleh Nelson, keningku pun berkerut.

“Apa maksudmu?”

Calon suamiku yang pernah berjanji setia seumur hidupnya itu malah sedang menatapku dengan tatapan penuh rasa benci.

“Semua orang di Kota Simbai juga tahu Grup Arkava sebenarnya ingin menjadikan Angel sebagai mitra kerja sama. Kalau bukan karena demi merebut proyek itu darinya, mana mungkin kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri?”

Grup Arkava menginginkan Angel sebagai mitra kerja?

Kenapa aku tidak tahu soal itu?

Tatapanku sedikit berubah. Nelson justru salah paham mengira aku merasa gugup karena kebenarannya terbongkar. Rasa muaknya kini disertai dengan sedikit rasa meremehkan.

“Kamu kira karena kamu itu anggota Keluarga Tiara, kamu bisa menindas Angel dengan semena-mena?”

“Grup Arkava bukanlah perusahaan kecil di Kota Simbai. Mereka nggak akan peduli dengan statusmu sebagai anggota Keluarga Tiara. Seandainya kamu nggak ingin permalukan dirimu sendiri, lebih baik kamu segera tinggalkan tempat ini.”

Aku mengeluarkan kartu undangan, lalu menggoyangkan undangan di hadapannya. “Maaf, aku bisa menghadiri tender karena diundang. Kamu nggak berhak untuk mengusirku.”

“Kamu jangan nggak tahu diri ….”

Baru saja Nelson hendak mengancamku, tetapi saat mendengar suara bisik-bisik para wartawan yang mengelilingi kami, dia tiba-tiba terlihat menyadari sesuatu, lalu menatapku dengan pandangan penuh hinaan.

“Rose, sudah dari dulu aku beri tahu kamu bahwa pertunangan kita sudah dibatalkan. Bisa nggak kamu berhenti mengejarku? Nggak peduli bagaimana hubunganku dan Angel ke depannya, aku dan kamu sudah nggak mungkin lagi.”

“Kamu sudah berpikir kebanyakan. Aku datang ke sini hanya untuk mengikuti proyek tender. Aku sudah menikah. Aku sama sekali nggak tertarik dengan siapa pun yang menjalin hubungan denganmu.”

Aku tidak merendahkan suaraku. Penjelasan kepada Nelson bukan hal utama, yang paling utama adalah klarifikasi kepada para wartawan di sekitar.

Para wartawan yang tadinya mengerumuni kami mulai terdiam, sedangkan Nelson malah tersenyum sinis.

“Rose, apa kamu merasa seru? Kamu kira aku akan merasa panik setelah mendengar kamu berbohong soal pernikahanmu? Asal kamu tahu, trik tarik ulur sudah nggak efektif lagi. Aku sama sekali nggak peduli soal kamu sudah menikah atau belum.”

“Aku tahu.” Aku mengangguk, lalu memasuki lift yang baru tiba di lantai satu.

Hal yang paling penting adalah wartawan tidak sembarangan menulis. Soal Nelson percaya atau tidak, aku juga tidak peduli.

Saat menekan tombol menutup pintu lift, Nelson juga ikut memasuki lift. Pintu lift tertutup. Hanya tersisa kami berdua di dalam ruangan tertutup ini.

Nelson bertanya dengan raut muram, “Katakanlah, gimana caranya agar kamu baru bersedia untuk meninggalkanku?”

Aku tersenyum tipis. “Apa kamu begitu nggak yakin sama Angel?”

“Mana mungkin kamu bisa dibandingkan dengan Angel?” Nelson berkata dengan tersenyum, “Setelah Angel tanda tangan kontrak kerja sama dengan Grup Arkava, aku akan langsung melamarnya di tempat. Kalau kamu di tempat, aku takut dia akan salah paham.”

Aku membalas tanpa berekspresi, “Selamat.”

“Bisa nggak kamu jangan beronar lagi? Aku tahu kamu lagi cemburu, tapi masalah perasaan nggak bisa dipaksakan. Kalau kamu beronar lagi, semuanya juga nggak bagus buat kita.” Nada bicara Nelson terdengar agak lelah. “Begini saja, asalkan kamu tinggalkan tempat ini sekarang, aku akan bagikan dua proyek Grup Qindara kepadamu.”

Aku menggeleng dengan perlahan. “Aku nggak mau.”

Usai mendengar, terdengar nada suara tidak bersahabatnya. “Aku hanya nggak mau Angel merasa sedih saja. Lebih baik kamu jaga sikapmu. Jangan sampai kamu perbesar masalah, hati-hati nanti kamu nggak mendapatkan apa-apa.”

Selanjutnya, tidak peduli apa pun yang dikatakan Nelson, aku pun tidak melakukan respons sama sekali.

Saat pintu lift dibuka, sudah terlihat ekspresi gusar di atas wajah Nelson. Dia mengerutkan keningnya sembari berjalan keluar lift, kemudian berkata pada Carlos yang berdiri di depan pintu, lalu meninggalkan tempat dengan emosi tinggi. “Urus adikmu yang nggak tahu diri itu.”

Aku melihat saudara seibuku di luar pintu lift sembari menghela napas. Tadinya aku tidak ingin menghiraukannya, tetapi lenganku ditariknya saat berjalan keluar lift.

Carlos menarik paksa diriku ke tempat yang lebih terpencil, lalu menatapku dengan dingin. “Kamu mau ngapain?”

Aku membalas dengan datar, “Ikut tender.”

“Sembarangan. Segera pergi sekarang.” Carlos memarahiku. “Jangan-jangan kamu masih ingin seperti tiga tahun lalu, merebut proyek Angel lagi?”
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 8

    Saat Angel hendak berbicara, aku pun tersenyum sinis. “Kenapa? Apa kamu kira dia bakal membawamu pergi?”Carlos yang sudah berjalan di depan pintu pun tertegun. Pada akhirnya, dia tidak melakukan apa-apa. Setelah Nelson mengetahui masalah bangkrutnya Grup Qindara, dia pun tidak peduli dengan apa pun, langsung berlari keluar.Pada kehidupan sebelumnya, Nelson telah membuatku bangkrut. Pada kehidupan sekarang, aku membuat Grup Qindara bangkrut. Aku sudah membalas dendamku.Seorang tuan muda yang begitu dimanjakan dan bergelimang kemewahan seperti Nelson kehilangan sokongan dari Keluarga Qindara. Penderitaan hidup yang dia alami adalah hukuman yang jauh lebih menyakitkan daripada kematian. Aku bahkan tidak perlu melakukan apa-apa lagi.Di dalam aula hanya tersisa aku, Jivan, dan Angel bertiga saja.Melihatnya duduk santai tidak jauh dari sana, Angel mencoba bersikap galak meski sebenarnya gentar, lalu berkata, “Jangan senang dulu. Ini negara hukum. Kalau kamu berani macam-macam sama aku,

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 7

    Hatiku terasa penat ketika menatap Carlos yang histeris itu.Betul. Sebelumnya Carlos memang pernah memperlakukanku dengan sangat baik. Saking baiknya, demi Angel, dia malah berkali-kali menusukku dari belakang. Namun, aku malah percaya dengan bodohnya bahwa aku hanya sedang dikelabui saja. Aku pun baru tersadar di tengah malam hujan itu.Setelah pembawa acara membawa pergi orang yang tidak bersangkutan keluar aula, aku melihat Carlos dan tiba-tiba berkata, “Apa kamu melakukannya demi 20% saham itu?”Saat Carlos terdiam, aku mengepalkan tanganku dan berkata dengan perlahan, “Selama ini aku merasa heran. Kita sudah saling mengandalkan selama bertahun-tahun. Meskipun kamu punya orang yang kamu sukai, sikapmu terhadapku nggak seharusnya tiba-tiba berubah 180 derajat. Semua itu terlalu aneh.”Aku menangis sembari tersenyum. “Kemudian … kemudian aku sudah mengerti. Pria berengsek si Nelson itu sudah terbiasa dengan meraup keuntungan besar. Nggak masalah kalau dia tertipu oleh Angel yang ngg

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 6

    Beberapa juri pada tender tiga tahun silam berjalan ke dalam ruangan. Salah satu di antaranya adalah anggota dari Grup Qindara.Jivan bertanya, “Apa kamu kenal sama mereka?”Raut wajah Nelson sedikit berubah, tetapi dia tidak berani menyangkal. Jivan tersenyum puas. “Jadi, apa kamu bisa beri tahu aku, siapa yang bermain curang waktu itu?”Nelson terdiam membisu. Aku pun menimpali, “Pak Nelson, bukannya kamu bilang ini bukan pertama kalinya aku menggunakan kekuasaan untuk menekan orang lain? Kenapa kamu malah nggak bicara sekarang?”Nelson tidak berani membalas Jivan, tetapi dia malah membalasku, “Carlos itu abang kandungmu. Apa perlu kamu panggil orang luar untuk mengancamku? Bukannya aku hanya fitnah kamu sekali waktu itu? Kenapa kamu malah mengingatnya sampai sekarang? Jangan lupa, aku itu calon suamimu.”Tatapan Jivan tertuju ke diriku. Aku pun berkata dengan tegas, “Eits, kamu itu mantan calon suamiku. Kami sudah mengakhiri perjanjian pernikahan kami pada tiga tahun lalu. Nggak ma

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 5

    Di bawah tatapan orang-orang, Nelson berjalan ke depan panggung, lalu mengangkat tangannya hendak menamparku.Lantaran aku berhasil mengelak, ekspresinya pun semakin emosi lagi.“Rose, bukannya aku sudah pernah bilang sebelumnya. Kamu itu memang anggota Keluarga Tiara, tapi berhubung kamu ingin merintis kariermu, kamu nggak boleh memanfaatkan kekuatan Keluarga Tiara untuk mendapatkan keuntungan.”“Semua orang bersusah payah meninjau lokasi dan menyiapkan dokumen tender, tapi kamu hanya dengan mengandalkan status sebagai anggota Keluarga Tiara langsung mengambil proyek ini. Apa kamu merasa semua itu adil bagi perusahaan lain?”Aku melirik Angel yang duduk dengan wajah pucat, lalu menatap Carlos sambil menyindir, “Kamu ini lagi membela semua orang atau lagi membela Angel?”Langsung terlihat ekspresi canggung di wajah Carlos. Hanya saja, dia segera menunjukkan ekspresi tegasnya. “Jangan alihkan topik. Angel sudah bangun pagi dan bergadang demi proyek ini. Apa kamu pantas untuk dibandingka

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 4

    “Sebagai bentuk komitmen Grup Arkava dalam berinvestasi di Kota Simbai serta mewujudkan prinsip saling menguntungkan dengan rekan-rekan dunia bisnis, kami bukan hanya mengundang Bu Angel untuk memberikan pidato, kami juga memintanya mewakili perusahaan untuk mengumumkan hasil tender proyek kali ini.”Senyuman anggun di wajah Angel mendadak membeku. Dia menunduk dan bertanya sesuatu dengan suara pelan kepada pembawa acara.Beberapa saat kemudian, sepertinya mereka mencapai kesepakatan. Pembawa acara menyerahkan sebuah kartu kecil kepadanya, lalu mengumumkan dengan penuh antusias, “Sekarang, mari kita sambut Bu Angel untuk mengumumkan perusahaan yang memenangkan tender kali ini.”Angel menerima mikrofon, menunduk membaca kartu, lalu berkata, “Aku umumkan perusahaan yang memenangkan tender proyek ini adalah Perusahaan Kinn, dengan pemilik perusahaan bernama … dia ….”“Nggak mungkin!”Begitu membaca kata terakhir, senyum paksa di wajah Angel langsung menghilang. Kartu di tangannya jatuh ke

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 3

    Ucapan Carlos sama persis dengan ucapan Nelson tadi. Aku mengangkat kelopak mataku menatap orang yang memiliki hubungan darah dan memiliki hubungan terdekatku. Aku pun merasa terhina.Proyek tiga tahun silam diinvestasi oleh Grup Tiara dan juga Grup Qindara. Proyek itu tidak tergolong besar, tapi merupakan kesempatan berharga bagi perusahaan rintisan baru.Aku merasa dengan hubungan dekat kami, aku pun berkesempatan untuk meraup keuntungan. Jadi, aku pergi meminta proyek dari Carlos, tetapi dia malah tidak mengiakannya. Nelson yang mendengar kabar itu pun langsung mengomeliku.Mereka mengatakan perbuatanku tidaklah adil bagi perusahaan-perusahaan rintisan baru. Namun, aku tidak mengerti. Dalam dunia bisnis, transaksi jual beli pada dasarnya adalah soal mengintegrasikan sumber daya. Kalau aku mempunyai kemampuan dan koneksi untuk menyelesaikan proyek itu, kenapa aku tidak boleh memanfaatkannya?Kemudian baru aku tahu bahwa mereka melakukan semua itu demi Angel yang juga bersaing dalam p

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 2

    “Tiga tahun lalu, kamu seperti ini. Tiga tahun kemudian, kamu seperti ini lagi. Rose, apa maumu?”Ketika disalahkan oleh Nelson, keningku pun berkerut. “Apa maksudmu?”Calon suamiku yang pernah berjanji setia seumur hidupnya itu malah sedang menatapku dengan tatapan penuh rasa benci.“Semua orang di Kota Simbai juga tahu Grup Arkava sebenarnya ingin menjadikan Angel sebagai mitra kerja sama. Kalau bukan karena demi merebut proyek itu darinya, mana mungkin kamu tiba-tiba pulang dari luar negeri?”Grup Arkava menginginkan Angel sebagai mitra kerja?Kenapa aku tidak tahu soal itu?Tatapanku sedikit berubah. Nelson justru salah paham mengira aku merasa gugup karena kebenarannya terbongkar. Rasa muaknya kini disertai dengan sedikit rasa meremehkan.“Kamu kira karena kamu itu anggota Keluarga Tiara, kamu bisa menindas Angel dengan semena-mena?”“Grup Arkava bukanlah perusahaan kecil di Kota Simbai. Mereka nggak akan peduli dengan statusmu sebagai anggota Keluarga Tiara. Seandainya kamu ngga

  • Penyesalan Abang dan Calon Suami   Bab 1

    Setelah kembali ke Kota Simbai, aku tidak menyangka orang pertama yang aku temui adalah mantan sahabatku, Angel Moara. “Presdir Perusahaan Zenith, Angel Moara, berhasil diterima di universitas terkemuka di Kota Simbai pada usia 18 tahun dengan prestasi gemilangnya. Setelah lulus, dia membangun usahanya dari nol. Dalam waktu tiga tahun yang singkat, dia berhasil masuk jajaran pengusaha muda papan atas di dunia bisnis ….”Di lantai satu Gedung Pertha, layar televisi di antara dua lift terus menayangkan berbagai pencapaian yang diraih oleh sang pengusaha muda Kota Simbai.Tiga tahun tidak bertemu. Angel sudah tidak lagi terlihat seperti gadis penakut dan minder yang baru keluar dari desa. Balutan gaun mewah rancangan desainer ternama bahkan menambah kesan berkelas padanya.Memang benar, kemewahan bisa membentuk seseorang.Hari ini adalah acara tender proyek milik Grup Arkava yang digelar di Kota Simbai. Para wartawan sudah berjaga-jaga dan menunggu di lobi.Aku menunduk berpura-pura tida

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status