Share

Bab 131: Bayangan di Ruang Tamu

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-02 08:39:12

Dari ujung meja makan, Aidan duduk membeku, bibirnya mengerucut dalam diam, sementara tatapannya tajam menusuk arah Ayahnya yang sedang tertawa lebar di seberang.

Keningnya berkerut, tapi bukan karena bingung—melainkan karena kesal yang menggelegak dalam dada.

Bayu ini, kenapa polos banget sih? Masa iya dia nggak sadar Ayah lagi akting? pikirnya, suara dalam kepalanya penuh curiga.

Jelas-jelas cari muka. Aku nggak sebodoh itu.

Sisa makan malam bergulir seperti jam tua yang enggan berdetak: pelan, sunyi, tapi mengandung banyak nada tak terdengar.

Bukan sunyi yang kikuk, melainkan yang menyimpan lapisan-lapisan rasa yang sulit dijelaskan. Gelas-gelas bergeming, sendok garpu pun tak lagi bersuara, seolah ikut memahami bahwa ada sesuatu yang menggantung di udara.

Begitu piring terakhir kosong, Kirana bangkit. Gerakannya cepat dan hampir refleks, seperti ingin mengalihkan pikirannya dari sesuatu.

Ia mulai mengumpulkan pir

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Ani
satukan mereka thor kasian anak2nya kasian Alina Thor...anda yg lebih tau ceritanya kan Thor...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 260: Suara yang Tertahan

    Ruangan itu masih dipenuhi cahaya sore yang lembut, memantul di lantai kayu dan mainan plastik yang berserakan.Di sudut ruangan, Elina duduk bersila di atas karpet berwarna pastel, matanya mulai gelisah memindai sekitar.Bibirnya mengerucut, nyaris tak terlihat, tapi cukup untuk memberi isyarat bahwa ada sesuatu yang ia inginkan, atau butuhkan.Kirana, yang sejak tadi duduk bersandar di sofa sambil melipat cucian, menoleh dengan mata lembut. Ia memperhatikan gerak-gerik Elina, lalu meraih anak kecil itu ke pangkuannya dan mengusap pelan rambut halusnya yang terikat rapi.Tangannya bergerak dengan ritme yang menenangkan, seperti melodi diam yang hanya bisa dirasakan.“Kalau kamu mau minta tolong, coba bilang, ya. Kasih tahu Ibu dengan kata-kata,” ucapnya lembut, penuh harap.Elina menatapnya. Matanya, bening dan besar, berkedip cepat, seperti ingin menyampaikan sesuatu yang tertahan di kerongkongan.Mulutnya terbuka sedikit, lalu tert

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 259: Dalam Tatap yang Tak Terucap

    Angin pagi masih menyusup pelan lewat sela-sela jendela mobil, seolah ikut menggoda pikirannya yang tak kunjung tenang.Sepanjang perjalanan tadi, Kirana lebih banyak diam, memandangi jalanan yang melintas di balik kaca.Hatinya sibuk bertarung dengan keputusan yang baru saja diambilnya, keputusan yang meski terasa berat, tetap ia yakini sebagai yang terbaik.Ada perih yang tak bisa disangkal saat membayangkan harus berpisah dengan Elina. Namun, lebih dari sekadar rasa kehilangan, Kirana merasa lelah.Lelah karena kehadiran Raka yang semakin sering datang, seperti bayangan yang tak kunjung pergi, menghantui tiap sudut rumahnya.Bukan untuknya, bukan pula untuk berbicara tentang masa lalu mereka yang menganga, tapi untuk Elina.Sejak awal, ia sudah tegas menyatakan bahwa mereka berdua adalah orang asing. Tak ada janji, tak ada ikatan, hanya masa silam yang tertinggal tanpa penjelasan.Tapi entah kenapa, belakangan ini, Raka hadir seper

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 258: Udara yang Membeku

    Kirana baru saja menarik sabuk pengaman dan menyentuh tombol starter ketika suara klik kasar di sebelahnya membuat jantungnya melompat.Pintu penumpang terbuka mendadak, dan seorang pria menyusup masuk begitu saja, membawa serta udara dingin yang seperti mencengkeram tulang.Kirana tersentak. Matanya terbelalak saat mengenali wajah yang kini duduk di sebelahnya. “Apa-apaan ini, Pak Pradana?”Tanpa menjawab, pria itu, Raka, menutup pintu pelan namun mantap. Gerakannya tak tergesa, tapi menyiratkan kehadiran yang tak bisa ditolak.“Nggak apa-apa. Mobilku mogok,” ujarnya datar, menoleh ke arah Kirana sejenak, “Kebetulan lihat kamu lewat. Antar aku pulang, ya, Bu Alesha.”Nada suaranya terdengar ringan, tapi hawa yang menguar dari tubuhnya membawa kecanggungan yang pekat.Aroma jaket kulitnya masih menyimpan sisa gerimis sore, dan udara dalam mobil kini terasa sesak, seperti terperangkap dalam ruangan tanpa ventilasi.Kirana semp

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 257: Tatapan dari Jendela

    Langit Bandung menjelang senja tak benar-benar gelap, seolah menunda malam demi memberi jeda pada kota yang masih ingin bergerak.Dari kejauhan, siluet pegunungan seperti bayangan samar yang mengintip dari balik kabut tipis.Di halaman depan fasilitas penelitian yang modern namun tak kehilangan nuansa tropisnya, Kirana melangkah keluar bersama Wiratama.Bau logam tipis dari laboratorium masih melekat di udara, bercampur dengan aroma bunga kenanga dari taman kecil di samping gedung.Mereka berjalan berdampingan, langkah-langkah mereka teratur, seperti simfoni yang diam-diam sudah terbentuk sejak lama.Tak banyak kata, hanya energi kerja sama yang mengalir alami."Kayaknya udah seminggu kita kerja kayak budak," ucap Wiratama sambil mengibaskan jaket laboratoriumnya, senyumnya menyeringai tapi lelah."Gimana kalau kita rayain sedikit? Makan bareng, misalnya. Aku traktir."Kirana melihat arlojinya, jarum jam sudah melewati angka li

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 256: Di Balik Kotak-Kotak Itu

    Di halaman depan rumah, aroma rumput yang baru dipotong bercampur dengan bau tanah basah, menyambut pagi dengan tenang.Tapi ketenangan itu seperti terganggu oleh kedatangan para pria berseragam gelap yang mengangkat kotak-kotak besar dari bagasi mobil hitam berkilat.Langkah mereka mantap, nyaris tanpa suara, wajah mereka tanpa ekspresi, seperti patung-patung hidup dari batu granit.Kirana berdiri di ambang pintu, memicingkan mata. Ada kejanggalan yang menggelitik pikirannya. “Ini… apa ya?” tanyanya, nada suaranya lebih keheranan daripada ingin tahu.Raka, yang sejak tadi berdiri santai di samping mobil, hanya mengangkat bahu seolah semuanya biasa saja.“Lego. Kemarin aku dengar anak-anak pengen main itu. Jadi tadi malam aku minta asistennya beli beberapa set. Ada juga puzzle. Yang agak rumit.”Ia menyisipkan tangan ke dalam saku celana, tatapannya tenang, nyaris terlalu tenang.Kirana masih mematung. Matanya menelusuri lagi wajah-wa

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 255: Tak Akan Tinggal Diam

    Awalnya, Sekar benar-benar yakin bahwa Raka sudah pulang. Rumah itu terlihat tenang dari luar, tidak ada tanda-tanda kehidupan selain lampu taman yang masih menyala redup, bergoyang pelan diterpa angin malam.Tapi satu jam berlalu, dan gerbang itu tetap tertutup. Hatinya mulai diserang gelombang amarah yang mendidih perlahan.Apa yang mereka lakukan selama itu di rumah Kirana? gumamnya dalam hati, rahangnya mengeras. Ketika akhirnya mobil hitam itu muncul dan berhenti di pelataran, wajah Sekar sudah membeku seperti granit.Raka keluar dari mobil dengan langkah malas, jas masih melekat rapi di tubuhnya, tapi sorot matanya dingin, nyaris menusuk.Ketika melihat ibunya berdiri di depan pintu rumah, wajahnya langsung berubah. Bukan kehangatan yang muncul, melainkan kecurigaan dan kekesalan yang tak ditutupi."Ada keperluan apa malam-malam begini, Bu?" tanyanya, suaranya datar, nyaris tanpa intonasi.Mata Sekar membelalak, darahnya mendi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status