Share

Bab 215: Jejak di Balik Kabut

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-07-18 13:34:08

Setelah sempat terdiam beberapa detik, Cempaka mengangkat wajahnya perlahan, menatap Kirana dengan sorot mata yang lebih hati-hati daripada biasanya.

Suaranya rendah, seolah takut ucapannya akan memicu sesuatu yang tak bisa ia kendalikan.

"Apa... Tuan Pradana belum pernah membicarakan hal ini sama Nona sebelumnya?"

Pertanyaan itu meluncur pelan, nyaris seperti bisikan, tapi cukup jelas untuk membuat Kirana mengernyit.

Nada kalimatnya terdengar ganjil, mengandung sesuatu yang tak selesai—seperti ada cerita yang digigit di ujung lidah.

Kirana menoleh, keningnya sedikit berkerut. “Dia cuma bilang kalau ibu kandung Ellie bukan Zelina,” jawabnya sambil menarik napas pendek.

Cempaka mengangguk kecil, tak menyahut. Tapi dari cara matanya berkedip pelan, bisa dilihat pikirannya sedang berpacu, berusaha menakar apa yang boleh dan tidak boleh diungkapkan.

Jelas kini di kepalanya ada simpulan: Tuan Pradana memang tahu, tapi belum memberi Kirana

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Dinlea
lanjuttt Thor
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 220: Pulang ke Pelukan

    Wajah Kirana mengeras, seperti langit sore yang tiba-tiba diselimuti awan mendung. Nada bicaranya kali ini tak lagi lembut seperti biasa—ada getar tegas yang menusuk.“Sepertinya Ibu salah paham,” ucapnya perlahan tapi mantap, menahan gelombang emosi yang mengendap di dadanya.“Aku bertemu Raka secara kebetulan. Waktu itu aku sedang membantu merawat Pak Haji Wahid, ayahnya Bu Baskoro, yang dirawat di klinik tempatku bekerja. Raka datang menjenguk.”Ia berhenti sejenak, menatap mata Sekar yang dingin dan penuh curiga. “Dan soal Ellie... dia bersekolah di TK yang sama dengan anak-anakku. Mereka berteman dekat. Jadi wajar kalau dia sering main ke rumah.”Tak ada nada defensif. Hanya kejujuran yang telanjang, tapi dengan hati-hati dibalut kesopanan. Namun, Kirana memilih untuk menyimpan bagian tersulit dari kisah itu: bagaimana Elina—si kecil yang dulu pemurung—perlahan mulai terbuka hanya ketika bersama Kirana.Terutama saat tubuh mungilnya lemah oleh

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 219: Di Ambang Pintu

    “Aku benar-benar nggak ngerti jalan pikiran anakku. Masa iya dia masih kepikiran buat nikahin dia lagi?”Sekar mengucap dalam hati, nadanya bergetar oleh amarah yang disimpannya sejak lama. Kalimat itu berkecamuk seperti badai yang tak kunjung reda, bergulung-gulung di dadanya, menghempas sisa-sisa kesabaran yang masih tertinggal.Langit malam di luar jendela memantulkan bayangan gelisahnya; bulan terbelah awan, cahayanya pudar, seperti hatinya yang mulai digerogoti kecemasan.Ia berdiri di depan jendela kaca yang separuh buram, menatap gelapnya malam yang menggantung berat di atas kota Bandung.Rumahnya sunyi, namun pikirannya ribut, penuh tanya dan curiga. Tak butuh waktu lama sebelum ia memberi perintah pada orang kepercayaannya: cari tahu di mana Kirana tinggal.Ia tahu wanita itu ada di Dago, tapi tidak cukup. Ia butuh alamat pasti. Besok pagi, ia akan datang sendiri.Keesokan harinya, aroma roti panggang dan teh melati menguar dari dap

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 218: Janji di Balik Tangis

    Begitu mendengar ucapan itu, Sekar menghentikan langkahnya. Alisnya langsung bertaut, raut wajahnya berubah tegang.Sorot matanya yang semula hanya teduh mulai menajam seperti hujan yang turun tanpa peringatan."Zelina, kamu bicara apa sih?" suaranya terdengar lebih tinggi dari biasanya, tapi masih ditahan agar tak berubah jadi ledakan."Mana mungkin Raka balik sama Kirana? Aku pernah nanya langsung, dan dia bilang nggak pernah kepikiran ke sana. Jadi, kamu jangan mikirin yang aneh-aneh."Namun, air mata sudah lebih dulu bicara dari mulut Zelina. Tanpa bisa dicegah, ia mengalir di pipinya yang mulai memucat, membentuk jalur bening yang memantulkan cahaya lampu gantung di ruang tamu itu.Udara sore itu dingin, tapi jauh lebih dingin adalah kecemasan yang mengunci hatinya."Tapi... sekarang Ellie selalu sama Kirana. Bahkan tinggal di rumahnya," ucap Zelina lirih, nyaris seperti gumaman yang ditelan keraguan.Matanya tak berani menatap l

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 217: Luka yang Tak Terucap

    Zelina menarik napas panjang, dalam dan berat, seolah berusaha menahan amukan ombak dalam dadanya.Suaranya gemetar saat ia mulai berbicara, setiap kata terasa seperti serpihan kaca yang menyesakkan tenggorokan.“Aku panik,” katanya, hampir berbisik.“Aku cuma ingin menenangkan dia... tapi Elina terus memberontak. Aku berhenti di pinggir jalan—di dekat jembatan kecil itu, yang lampunya selalu temaram saat malam. Aku kehilangan kendali. Aku... sempat memukulnya. Beberapa kali.”Ruangan mendadak hening. Hanya terdengar dengus kipas angin tua yang berdecit dari sudut langit-langit.Sekar dan Ilham saling berpandangan. Tatapan mereka berubah—serius, nyaris menusuk. Wajah Sekar tampak mengeras, sementara Ilham menyipitkan mata, berusaha memahami, atau mungkin menahan sesuatu yang tumbuh dalam dada.Zelina buru-buru melanjutkan, suaranya kini bergetar di ujung nada, penuh sesal yang tertahan.“Aku nggak bermaksud menyakitinya, sungguh. Aku

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 216: Di Ambang Pengakuan

    Seolah bisa membaca gelombang batin yang tak diucapkan, Elina mendekat perlahan, langkah-langkah kecilnya nyaris tak bersuara di atas lantai kayu yang dingin.Ia menyandarkan kepala mungilnya ke dada Kirana, mencari kehangatan seperti anak burung yang baru saja kembali ke sarang.Mata Elina, bulat dan jernih seperti embun pagi yang belum terusik, menatap Kirana lekat-lekat. Di dalam tatapan itu, ada tanya yang tak diucapkan, sebuah kegelisahan polos yang hanya bisa dimengerti oleh seorang ibu—“Apa yang sedang kau pikirkan, Ibu?”Kirana mengembuskan napas pelan, seolah melepas beban yang selama ini menggumpal di dadanya.Dalam pelukan eratnya, tubuh kecil Elina terasa begitu nyata, begitu hidup. Aroma rambut anak itu—perpaduan sampo stroberi dan sisa keringat siang—menyergap hidungnya, membawanya pada kesadaran yang sederhana namun dalam: Ini rumahku. Ini anakku.Perlahan, pikirannya yang semula keruh mulai jernih. Semua pertanyaan

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 215: Jejak di Balik Kabut

    Setelah sempat terdiam beberapa detik, Cempaka mengangkat wajahnya perlahan, menatap Kirana dengan sorot mata yang lebih hati-hati daripada biasanya.Suaranya rendah, seolah takut ucapannya akan memicu sesuatu yang tak bisa ia kendalikan."Apa... Tuan Pradana belum pernah membicarakan hal ini sama Nona sebelumnya?"Pertanyaan itu meluncur pelan, nyaris seperti bisikan, tapi cukup jelas untuk membuat Kirana mengernyit.Nada kalimatnya terdengar ganjil, mengandung sesuatu yang tak selesai—seperti ada cerita yang digigit di ujung lidah.Kirana menoleh, keningnya sedikit berkerut. “Dia cuma bilang kalau ibu kandung Ellie bukan Zelina,” jawabnya sambil menarik napas pendek.Cempaka mengangguk kecil, tak menyahut. Tapi dari cara matanya berkedip pelan, bisa dilihat pikirannya sedang berpacu, berusaha menakar apa yang boleh dan tidak boleh diungkapkan.Jelas kini di kepalanya ada simpulan: Tuan Pradana memang tahu, tapi belum memberi Kirana

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status