Share

Bab 460: Kalau Tidak Latihan…

Author: Rizki Adinda
last update Last Updated: 2025-09-05 11:58:37

Tanpa menyadari kegelisahan yang diam-diam tumbuh di benak Aidan, Kirana menggamit tangan Elina lalu menuntunnya kembali ke meja makan.

Lampu gantung dengan desain klasik menjuntai rendah, memancarkan cahaya kekuningan yang memeluk ruangan. Udara hangat bercampur aroma masakan rumahan, tapi di sela itu ada rasa berat yang tak terlihat, seperti sesuatu yang enggan terucap.

Lalu, ketukan itu terdengar.

Satu kali.

Hening.

Dua kali lagi, lebih tegas, seolah mengetuk jantung semua yang ada di ruangan itu.

Kirana menoleh cepat. Gerakannya saja sudah cukup untuk membuat semua kepala ikut menoleh. Tak seorang pun bertanya; semua tahu siapa yang berdiri di balik pintu.

Ia menarik napas, menahan riak kecil di dadanya. Dengan langkah hati-hati, ia menuju pintu, berusaha menyembunyikan gelombang yang sempat mengguncang wajahnya.

Saat pintu terbuka, udara malam yang lembap merayap masuk. Aroma hujan yang belum turun menyeruak, seperti janji

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yuli Ani
Thor sulitkah menyatukan mereka...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 470: Aku Janji

    “Anak Ibu ini punya bakat musik. Kalau ada kesempatan, coba daftarkan dia ke kursus musik, ya.”Ucapan itu meluncur pelan dari bibir seorang panitia, diiringi senyum hangat dan tatapan yang masih tertuju pada Bayu.Anak itu baru saja membuat semua mata terpesona, meski hanya sebentar, dengan dentuman kecil drumnya yang lincah. Tangannya masih gemetar sedikit, tapi wajahnya menyimpan puas yang tak bisa disembunyikan.Kirana hanya tersenyum, anggukan halus menghiasi wajahnya. Dalam dadanya, riak kecemasan yang sejak tadi berputar-putar belum benar-benar reda.Malam itu, lampu-lampu gantung yang digantung di pohon kelapa berpendar lembut, menyiramkan cahaya kekuningan pada wajah-wajah kecil yang mulai letih setelah riuh pesta. Hening mulai turun perlahan, hanya menyisakan debur ombak dan denting musik yang semakin melembut.Saat perhatian orang-orang bergeser, Aidan mendekati adiknya. Ada sesuatu di sorot matanya—rasa bersalah yang t

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 469: Terima Kasih, Pak Pradana

    Aidan menggenggam tangan Kirana begitu erat hingga jari-jarinya memucat, seolah rasa takutnya akan berubah nyata bila genggamannya terlepas. Pandangannya gelisah, menoleh ke kiri dan kanan, setiap kali melewati wajah asing di tengah kerumunan.Nafasnya tersengal, kalut dan tak bisa ia sembunyikan.“Ayo kita cepat cari Bayu! Dia sendirian… pasti ketakutan!” suaranya pecah, terburu-buru, hampir seperti teriakan.Kirana menunduk, matanya melembut menatap anak lelaki itu, lalu berpindah pada Elina yang berdiri kaku di sisi lain. Gadis kecil itu diam, tapi sorot matanya tak kalah cemas.Meski dadanya penuh kecemasan yang sama, Kirana berusaha tetap tenang. Suaranya tegas namun hangat, seperti selimut yang menenangkan di tengah hiruk pikuk. “Kalian harus genggam tangan Ibu kuat-kuat nanti. Jangan sampai ikut terpisah seperti Bayu.”Dua kepala mungil itu mengangguk bersamaan. Genggaman mereka menguat, seolah janji kecil yang

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 468: Bayu Hilang

    Kirana menggigit bibirnya, menahan kata-kata yang hampir terlepas. Sorot matanya menunduk, lalu singgah sekejap ke arah pelayan yang masih berdiri tak jauh dari meja mereka, tersenyum dengan keramahan khas orang yang terbiasa melayani tamu.“Anak-anak Ibu lucu sekali. Pasti seru kalau lihat kembang api bareng mereka!” suara pelayan itu meluncur ringan, seakan menari bersama hembusan angin laut yang membawa aroma asin dan dingin malam.Elina, yang sedari tadi duduk tenang di samping Kirana, tiba-tiba mengangkat wajah. Bola matanya berkilat penuh harapan, menatap ayahnya tanpa keraguan. Begitu jelas keinginannya, bahkan tanpa kata.Raka hanya menjawab dengan senyum tipis, samar, nyaris lenyap jika tak benar-benar diperhatikan. “Terima kasih. Kita pertimbangkan,” ucapnya singkat, lalu menundukkan kepala sedikit, sopan tapi dingin.Kirana mengerutkan kening. Ada dorongan kuat untuk meluruskan kesalahpahaman, ingin mengatakan bahwa anak

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 467: Memang Cantik Sekali

    Tawa Kirana pecah lembut, seakan berderai bersama cahaya siang yang jatuh ke meja makan. Jemarinya bergerak nakal, mengacak rambut Elina yang duduk tepat di sisinya.Gadis kecil itu meringis, menunduk geli, namun bukan menolak—senyum lebarnya justru membuat pipinya merona, seakan bunga yang tersiram cahaya matahari.Aidan dan Bayu, seperti terinfeksi kegembiraan yang sama, berebutan menyodorkan sendok berisi lauk ke piring Elina dan Kirana.“Kamu harus makan banyak biar cepat tinggi,” ucap Aidan, wajahnya serius seperti guru kecil. Elina menatapnya sambil terkikik, lalu mengangguk manis sebelum mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.Udara di ruang makan tiba-tiba terasa lebih hangat. Bukan hanya karena sinar matahari Pulau Tidung yang menyusup lewat jendela kayu, tapi juga karena tawa dan obrolan ringan yang berlarian di antara mereka.Namun, di tengah riuh itu, ada satu sosok yang tetap tenang. Raka duduk tegak, nyaris tak bersuar

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 466: Ayo Duduk Di Depan

    Suara debur ombak dari kejauhan sesekali menyusup ke telinga Kirana, menggeser deru kecil mesin mobil yang lalu-lalang di pelataran dermaga. Udara lembap bercampur aroma asin menempel di kulit, membawa bayangan kenangan lama yang belum ia siap hadapi.Angin laut berhembus, menusuk lembut hingga ke pori-pori.Kirana baru hendak mengusulkan pada Elina untuk naik mobil bersamanya, ketika suara Raka terdengar, tenang namun tegas, “Lagi pula, kapal penyeberangan di dermaga suka penuh kalau akhir pekan begini. Lebih baik kita bareng saja.”Ia menoleh ke arah Elina, yang berdiri setengah bersembunyi di belakangnya. Gadis kecil itu mendongak, mata beningnya berkilat memohon, bibirnya merapat namun tatapannya bicara lebih banyak dari kata-kata.“Bu Alesha…” suaranya lirih, seakan takut pecah.Ada sesuatu yang bergetar di dada Kirana, seperti senar halus yang dipetik tiba-tiba. Napas panjang ia tarik, menahan agar dadanya tidak

  • Penyesalan CEO: Mantan Istri Melahirkan Pewaris Rahasia   Bab 465: Kan Kalian Memang Pengin

    Langit senja mulai surut, jingga yang tadinya membakar jendela mobil kini perlahan tersapu kelam. Aidan bersandar di kursinya, matanya tak lepas dari warna langit yang memudar, seolah mencari jawaban di balik bayangan awan.Lalu ia bicara—suara bening, hampir berbisik.“Bu… apa Ibu nggak mau liburan sama Tuan Pradana?”Kalimat itu jatuh seperti batu kecil ke dalam kolam, menciptakan riak yang melebar pelan. Di ruang mobil yang sempit, pertanyaan itu menggema, menempel di dinding kaca, menyusup ke dada Kirana.Bayu melirik cepat. Ia dan Aidan memang melihat—ciumannya. Singkat, sekilas, tapi terlalu nyata untuk bisa dilupakan. Sorot mata mereka sama: ada sesuatu yang disembunyikan ibu.Kirana tidak langsung menjawab. Ia justru membalikkan pertanyaan, nadanya lembut, tapi ada getar samar yang bersembunyi.“Kenapa kalian pikir begitu?”Dari kursi belakang, kedua anak itu saling bertukar pandang.

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status