Share

Perangkap Sang Penguasa
Perangkap Sang Penguasa
Penulis: Lafiza

Bab 1. Kakak, Maukah Kau Jadi Pacarku?

Qiana Neilson melangkah melintasi lantai klub yang ramai dengan perasaan gugup. Sementara di belakangnya, beberapa orang gadis temannya memberi semangat dengan meneriakkan namanya.

“Qiana!”

“Qiana!”

Qiana tahu ini tantangan konyol. Namun kompensasinya lumayan besar. Shein, gadis yang baru dikenalnya itu yang memberikan tantangan.

Jantung Qiana berdebar makin keras. Dia kini telah sampai pada target tantangan yang diberikan.

Seorang lelaki muda dengan fitur wajah menawan sedang duduk di sebuah sofa besar sendirian. Di sekitarnya ada juga beberapa orang lelaki lain yang duduk di sofa-sofa  dengan para wanita yang menggelayut seperti kucing betina.

Lelaki asing itu tampak duduk dengan bosan. Dia menopang sisi wajahnya dengan tangan. Matanya yang dipenuhi kegelapan menangkap bayangan gadis yang berhenti di depannya.

Dia sangat tampan, Qiana mengakuinya. Tapi bukan itu intinya.

Qiana harus meminta lelaki itu menjadi pacar bila ingin mendapatkan uangnya. Jantung ibunya yang bermasalah membutuhkan banyak biaya untuk pengobatan.

Sudah beberapa hari ini ibunya tidak meminum obatnya. Qiana kehabisan uang. Sementara sewa apartemen juga belum dibayarkan. Dia tidak punya jalan keluar lain.

Dengan mengepalkan tangannya kuat-kuat, Qiana berusaha mengumpulkan semua keberaniannya.

“Ehm.” Qiana berdehem mencoba membersihkan tenggorokannya yang seperti tersekat. Bagaimanapun dia tetap merasa gugup.

Tapi kenapa Qiana merasa suara dehemannya menggema ke seluruh ruangan?

Namun kepalang basah, Qiana sudah berdiri di sini dan lelaki itu juga telah mengangkat wajah melihat padanya.

“Kakak..., apa kau mau jadi pacarku?” ujar Qiana dengan suara rendah. Anehnya suara itu memenuhi klub dan menimbulkan kegemparan.

Semua mata kini mengarah padanya, menatap dengan rasa penasaran.

Wajah Qiana sesaat panik. Dia seperti tengah bicara dengan pengeras suara. Lalu  didengarnya cemoohan dalam kuantitas yang luar biasa.

“Gadis sinting! Siapa sebenarnya dia? Kenapa dia pikir dia layak menjadi kekasih tuan Zavier?” Seseorang bicara pada temannya dengan nada mencela.

“Tuan Zavier tidak pernah memandang wajah wanita yang mencoba mendekatinya. Bagaimana gadis ini bisa dengan percaya diri meminta tuan Zavier menjadi kekasihnya? Apa dia sudah kehilangan akal?” ujar sebuah suara lain.

“Apa dia gadis yang datang dari hutan? Tidak tahukah dia kalau tuan Zavier tidak menyukai gadis yang mencoba merayunya? Apa dia ingin dicekik?”

“Sepertinya sebentar lagi akan ada pertunjukan menarik. Aku sudah tidak sabar lagi. Gadis itu benar-benar mencari mati.”

“....”

Lelaki itu menegakkan punggungnya dengan rasa dipenuhi ketertarikan. Dia mengangkat sebelah tangannya dengan ringan dan suara-suara itu berhenti tiba-tiba.

“Bisakah kau mengulangi kata-katamu? Tadi terlalu berisik, jadi aku tidak jelas mendengar.” Lelaki yang dipanggil tuan Zavier itu mengangkat sedikit sudut bibirnya. Bukannya terlihat ramah di mata orang-orang, malah hanya menimbulkan kesan jahat di wajah menawannya.

Qiana merasa ada yang salah. Ada sesuatu yang tidak benar di sini. Siapa sebenarnya lelaki ini?

“Aku....” Suara Qiana menggema lagi.

Seseorang telah memasangkan pengeras suara!

Qiana marah dengan kesadaran itu. Dia merasa sedang dipermainkan.

Gadis itu menunduk pada dirinya, mencari dengan kebingungan. Entah dimana benda itu disematkan.

“Bisa kau ulangi sekali lagi?” Lelaki itu bangkit dari duduknya. Seketika tampak tubuhnya yang tinggi menjulang dengan postur tegap menawan. Dia berjalan mendekat pada Qiana yang masih meraba-raba gaunnya, mencari.

Ketika lelaki itu tiba di dekat Qiana, dia harus menunduk untuk bisa menatap langsung pada mata gadis itu.

Qiana berhenti mencari. Dia mendongak seraya melebarkan matanya yang indah. Tinggi tubuh lelaki ini saja sudah membuat nyali Qiana menciut.

Dia masih sejengkal di bawah dagu lelaki itu.

“Aku... aku cuma bermain-main.” Qiana terbata-bata sembari melangkah mundur. Lagi, semua orang bisa mendengar kata-katanya dengan jelas.

Jawaban yang sama sekali tidak tepat. Semua menatap ngeri pada gadis itu.

Siapa yang berani bermain-main dengan tuan Zavier, sang penguasa bawah tanah kota Yardley?

“Bermain-main?” Lelaki itu mengerutkan alis hitamnya yang sempurna. “Aku tidak suka bermain-main.”

Qiana menelan ludahnya dengan susah payah. Dia tidak mengenal lelaki ini, tapi aura jahatnya dapat tercium dalam radius yang jauh.

”Maaf. Aku tidak bermaksud....” Qiana tidak tahu harus berkata apa. Dia ingin pergi sesegera mungkin dari tempat ini.

Namun tampaknya lelaki itu tidak mau semua selesai begitu saja. Waktu Qiana hendak berbalik pergi, lelaki itu berseru pada seseorang di belakangnya. “Steven, apa yang dikatakan gadis ini barusan?”

Seseorang yang dipanggil Steven bangkit dari sofa.

“Dia menanyakan padamu, apa kau mau jadi pacarnya,” ujar lelaki itu sambil menatap kasihan pada Qiana, yang disambut keriuhan di sekeliling ruangan.

 Steven yakin, hari ini adalah hari sial gadis itu.

Tuan Zavier sekali lagi mengangkat sudut bibirnya yang membuat udara panas ruangan sebelumnya turun ke titik terendah. Orang-orang menggigil.

“Aku mendengarnya. Aku hanya ingin memastikan.” Dia melangkah maju, lebih mendekat pada Qiana. “Kau ingin aku jadi pacarmu?”

Wajah Qiana memerah. Dia merasa serba salah. Tentu saja dia tidak mengatakannya dengan sunguh-sungguh.

“Kakak, ini cuma sebuah lelucon. Mereka menantangku untuk mengatakan itu padamu....”

“Sebuah lelucon? Tapi aku tidak mendengar ada yang lucu.” Tuan Zavier menyipitkan matanya.

“Ini... kakak tidak perlu mengambil hati. Aku tidak sungguh-sungguh....”

“Aku mau. Aku bersedia jadi pacarmu.” Lelaki itu memotong kata-kata Qiana yang mencoba menjelaskan.

Jawaban tuan Zavier seketika menimbulkan kegaduhan di seantero klub.

 

 

 

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Suryani Putria
wow keren ......
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status