Beranda / Romansa / Perangkap Sang Penguasa / Bab 2. Lelaki Luar Biasa

Share

Bab 2. Lelaki Luar Biasa

Penulis: Lafiza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-12-27 06:28:07

“Aku mau. Aku bersedia menjadi pacarmu,” ujar lelaki itu dengan suara dalam. Dia menunduk pada wajah kecil gadis di depannya.

Sontak seisi klub gempar. Ini bukan jawaban yang ada dalam ekspektasi semua orang. Entah gadis gila ini beruntung atau memang tuan Zavier sedang bosan dan ingin bermain-main.

Namun baru saja lelaki yang tampak mendominasi itu mengatakan jika dia tidak suka bermain-main. Lalu, apakah dia serius dengan ucapannya?

Udara klub yang pengap oleh bau asap rokok dan alkohol kini dipenuhi dengung penasaran dari pengunjung. Seakan-akan ada banyak tanda tanya mengapung memenuhi atmosfirnya.

Qiana sendiri nyaris lumpuh segenap persendiannya. Laki-laki di depannya tampak luar biasa dengan aura gelapnya. Itu tak disadari Qiana sebelumnya saat Shein menunjuk seseorang yang tengah duduk di sofa. Suasana klub yang suram membuatnya keliru menilai. Laki-laki ini bukanlah orang kebanyakan.

“Ka... kakak, jangan anggap serius kata-kataku barusan. Aku... cuma sedang melaksanakan sebuah... tantangan. Kakak... kakak tidak perlu menjawabnya...” Qiana mengatakan itu sambil bergerak mundur.

Lelaki di depannya mengerutkan keningnya. “Aku sudah menjawabnya. Aku mau menjadi pacarmu.” Dia melangkah maju mengikuti gerakan mundur Qiana hingga jarak mereka tidak pernah berkurang. “Jadi sekarang, kita adalah sepasang kekasih.”

Qiana menggeleng karena kehilangan kata-kata. Laki-laki ini memang luar biasa, tapi mereka bahkan baru saling melihat beberapa menit yang lalu. Bagaimana mungkin mereka bisa menjadi pasangan?

“Tidak mau?” ujar laki-laki itu dengan wajah suram.

“Bu... bukan begitu.” Entah kenapa Qiana takut menyinggung perasaan laki-laki ini.

Dan langkah Qiana membentur meja bar. Dia tak bisa lagi menghindar.

“Kalau begitu mulai sekarang kau adalah kekasihku. Semua orang yang datang malam ini akan menjadi saksinya.”

Ucapan lelaki itu terdengar bagai vonis kematian bagi Qiana.

“Kakak... tidak bisa begitu. Kita bahkan baru bertemu....” Qiana merasa jengkel dengan gema suaranya sendiri.

Dimana pengeras suara itu? Dimana mic-nya? Qiana terlihat cemas. Tangannya sesekali masih mencoba mencari benda itu di sekitar gaunnya.

Lelaki yang kini sudah tidak bisa dihindari Qiana meraih pinggang gadis itu. Dia membalikkan tubuh mungil Qiana, mengamati sejenak dan melepaskan sesuatu di dekat ikat rambut lalu membuat gadis itu kembali menghadapnya.

“Mencari ini?” ujarnya sambil memperlihatkan benda kecil hitam mirip mic di depan mata Qiana.

Gadis itu menatap marah pada benda menjengkelkan di tangan lelaki itu. Namun sebelum Qiana berhasil mengambilnya dari tangan orang yang dipanggil tuan Zavier itu, benda itu sudah dijatuhkan ke lantai dan diinjak hingga berkeping-keping.

Tak ada lagi gema suara  Qiana di ruangan besar itu. Hanya dengung dari suara pengunjung klub yang tersisa.

“Aku Ned. Ned Zavier.” Lelaki itu tersenyum sedikit. Dia tidak mengulurkan tangan layaknya orang yang berkenalan, tapi malah meraih sejumput rambut yang menjuntai di depan wajah Qiana lalu menyelipkannya ke belakang telinga gadis itu.

“Siapa namamu?” ujarnya lagi waktu melihat Qiana hanya terdiam dengan mulut setengah terbuka.

“Qi... Qiana.” Qiana menyebutkan namanya dengan tergagap. Dia menyilangkan tangan di depan dada membentuk semacam perlindungan diri.

Ned menyeringai melihat tingkah gadis itu yang seperti kuatir akan sesuatu. “Nama yang indah,” ujar lelaki itu singkat. “Ikutlah denganku !” Diraihnya lengan Qiana dan menarik gadis itu mengikutinya.

“Kakak... ma... mau kemana?” Qiana mencoba menarik tangannya, melepaskan pegangan kuat lelaki itu. Tapi biarpun dia mencoba sekeras mungkin, lengannya masih dalam genggaman Ned.

Qiana dibawa ke tempat awal Ned duduk, sofa besar di sudut ruangan.

Kerumunan segera bubar, musik kembali dinyalakan dan orang-orang mulai melanjutkan kesenangannya.

Ned mendudukkan Qiana di sebelahnya

Gadis itu menjadi tidak nyaman dengan beberapa tatapan iri yang dilontarkan padanya. Ini tentu saja tidak benar, tapi dia akan meluruskannya segera. Mereka akan bicara baik-baik, tentu saja.

Ned Zavier bukan seperti orang yang mudah diprovokasi.

“Aku rasa, aku pulang saja.” Qiana bicara tanpa menoleh pada Ned di sebelahnya.

 Mata gadis itu mencari di antara pengunjung, sosok teman-temannya. Tapi bahkan bayangan mereka sudah lama tidak terlihat.

Qiana ingin meminta pertanggungjawaban mereka atas kekacauan yang di luar kendali ini. Lagipula Qiana akan menagih kompensasi dari tantangan ini. Bukankah dia sudah melakukannya, walaupun bonusnya sungguh mencengangkan?

Qiana melirik pada Ned di sebelahnya. Lelaki itu ternyata tengah memperhatikannya. Senyumnya bagai racun yang mematikan semua panca indera.

“Tak perlu buru-buru. Kau bahkan baru datang dan kita belum menjadi lebih dekat. Aku akan memesankan minuman.” Ned memberi isyarat dengan tangannya pada seseorang.  Seseorang itu segera mendekat dengan terburu-buru.

“Kau ingin minum apa, Sayang?” tanya Ned pada gadis di sampingnya.

Qiana melotot mendengar panggilan intim itu hingga membuat Ned menyeringai.

“Kenapa? Tidak boleh? Kau ‘kan pacarku?” Ned tidak suka menggoda. Semua yang mengenalnya tahu. Jika orang-orang itu melihat tingkahnya saat ini, mereka pasti akan menjatuhkan dagu mereka.

Qiana tidak bisa menerima jika mereka sekarang adalah pasangan. Tapi saat ini dia tidak bisa memikirkan cara untuk melepaskan diri.

Mungkin setelah malam ini, setelah dia pulang pada kehidupannya di luar sana, drama ini akan berakhir. Qiana tidak akan pernah datang lagi ke tempat terkutuk ini dan mereka tidak akan bertemu lagi.

Setelah sesaat menekuk bibir sambil berpikir, Qiana menyahut juga. “Apa saja selain alkohol.”

Ned tersenyum miring. “Kau takut mabuk?”

Gadis itu menggeleng. “Aku hanya ingin bisa pulang dengan selamat.”

Kali ini Ned sungguh-sungguh tertawa.

Garis wajah lelaki itu saat tertawa sangat mempesona hingga Qiana terpana untuk beberapa detik. Saat tersadar, dia berkedip beberapa kali dan memijit kepalanya  sedikit karena menjadi pusing tanpa sebab.

“Apanya yang lucu?” Qiana mengalihkan tatapan dari lelaki di sebelahnya sambil mengerutkan kening, takut tertangkap basah sempat terpesona oleh Ned.

“Tak akan ada yang berani mengganggu gadisku. Kalaupun kau mabuk, siapa yang akan berani mati menyentuhmu?” Ned memastikan keselamatan gadis itu dengan percaya diri.

Di sebelahnya, tanpa bisa dikendalikan, Qiana memutar bola matanya. Kalau Qiana sampai kehilangan kesadaran, orang pertama yang sebenarnya  perlu diwaspadai  justru lelaki di sebelahnya ini.

“Bawakan dia segelas jus lemon,” ujar Ned pada pelayan.

Jus lemon? Tatapan Qiana refleks kembali pada Ned. Bagaimana lelaki ini tahu minuman kesukaannya?

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 125. Makam Diana Allard

    Tanpa menoleh, Charles berkata, “Kapan kau mengetahuinya?”“Saat itu kau sedang sibuk dengan perusahaan. Jadi aku tidak memberitahu.” Laura mengira akan mendapatkan respon yang mengejutkan dari Charles. Tak disangka suaminya hanya menanggapi dengan dingin. Tidakkah dia seharusnya senang bahwa Qiana yang ternyata benar putri kandungnya menikah dengan orang paling berpengaruh di kota Yardley? Barangkali saja gadis itu mau menolong mereka untuk bisa kembali bangkit.Karena tak mendapati tanggapan yang diharapkan, Laura melanjutkan. “Kupikir ini adalah keberuntunganmu. Cobalah kau temui Qiana....”“Jadi, Diana tidak bersalah. Dia tidak pernah berselingkuh. Bukti-bukti itu palsu dan merupakan hasil rekayasa seseorang.” Charles memotong perkataan Laura dan berbicara seperti orang melamun.“Soal itu aku tidak tahu. Kau yang mendapatkan buktinya dari seseorang.” Charles mendapatkan kiriman amplop berisi foto-foto bukti perselingkuhan Diana dengan seorang lelaki asing. Meski Diana telah memb

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 124. Pengantin Wanita Ned Zavier

    Sebuah pesta pernikahan megah tengah ditayangkan di sebuah saluran televisi. Bukan cuma di satu stasiun, tapi semua stasiun televisi menyiarkannya.Benarkah hari ini pernikahan Ned Zavier? Bukankah undangan yang dikirimkan Qiana juga menuliskan tanggal yang sama yaitu hari ini?Allison tidak pernah lagi menonton berita atau membacanya di internet. Begitu juga dengan orang-orang di rumah. Mereka sekeluarga trauma dengan pemberitaan di luar sejak Allard Corp dinyatakan bangkrut. Jadi dia benar-benar tidak tahu berita-berita terkini.Layar menampilkan gambar yang diperbesar. Pasangan yang serasi. Yang lelaki tampan menawan. Wanitanya cantik menarik.Sebentar! Sepertinya dia mengenal pengantin wanitanya.Allison bahkan mendekatkan mukanya ke etalase, memastikan bahwa seseorang di layar itu memang dikenalnya.Qiana?! Benarkah itu adalah si gadis pembual? Bagaimana bisa?Kedua tangan Allison gemetar menekan kaca etalase. Meski dalam riasan pengantinnya yang memukau, Allison samar-samar bis

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 123. Bukan yang Asli

    “Ibu.” Darla memeluk ibunya berusaha membujuk. “Tuan Harrison benar, ini hanya salah paham. Lagipula tidak ada yang terjadi dengan menantumu.”Queena Zavier punya sifat keras kepala. Bahkan suaminya sendiri kewalahan menghadapi jika istrinya mulai mengamuk. Darla sedikit khawatir karenanya. Diam-diam memberi isyarat pada Loco agar pergi menjauh.“Tapi dia hampir mencelakai menantuku. Sekarang malah berani menggandeng putriku. Kau pikir semudah itu mendapatkan gadis dari keluarga Zavier?” Queena menarik Darla ke belakangnya, menjauhkannya dari sisi Loco Harrison.“Nyonya, aku minta maaf kalau membuat Nyonya kesal. Lain kali aku akan lebih hati-hati. Soal Darla, kami saling mencintai. Aku harap, Nyonya bisa merestui hubungan kami.” Loco bahkan sedikit membungkukkan badannya menyatakan kesungguhan dan penghormatannya. Hal yang jarang dia lakukan.“Ibu, berbaik hatilah.” Darla merengek pada ibunya. Dulu dia sering melakukannya untuk meluluhkan hati wanita itu. “Selama ini tuan Harrisonlah

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 122. Pesta Pernikahan

    Waktu dua bulan terlewati tanpa terjadi sesuatu yang berarti menurut Qiana. Dia berusaha menghindari masalah yang kadang masih mencoba menyentuhnya karena kesalahpahaman. Selain untuk menjaga agar tidak membuat ibu mertuanya khawatir dan bertindak di luar nalar, dia juga tidak ingin mengacaukan rencana pernikahan yang akan berlangsung sebentar lagi.Queena Zavier sempat mendengar cerita penjebakan diri Qiana dan berkata akan membawa pasukan dari pulau untuk menghabisi pelaku dan seluruh keluarganya. Menurut Queena, kesalahan juga harus menjadi tanggung jawab keluarga pelaku karena telah memberi pendidikan yang salah. Untunglah akhirnya dengan memelas Qiana berhasil membuat ibu mertuanya membatalkan rencananya. Qiana tidak bisa membayangkan seandainya itu benar terjadi, akan ada banyak korban berjatuhan.Dan Ned, kenapa lelaki itu diam saja mendengar ibunya memiliki rencana itu?“Kau sudah jadi menantu kesayangannya. Lagipula memang sejak dulu tidak pernah ada yang bisa menghentikan ke

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 121. Kunjungan Ibu Mertua

    “Ibu!” seru Qiana nyaris histeris. Untunglah mereka tidak sedang dalam posisi yang memalukan. Kalau tidak, dia tidak tahu harus ke mana mesti menyembunyikan muka. Ned sendiri tidak menampakkan keterkejutan pada wajahnya. Dia sudah terbiasa dengan kejutan-kejutan dari ibunya. Apalagi meski tidak memastikan waktunya, tapi ibunya pernah mengatakan akan datang secepatnya.Queena Zavier masuk dan langsung menghampiri Qiana sementara sang menantu tampak masih belum pulih dari rasa terkejutnya.“Qiana, apa Ned memperlakukanmu dengan baik?” Queena memeluk Qiana dengan penuh sayang.Qiana hanya bisa mengangguk seperti ayam mematuk umpan. Dia tidak tahu harus mengatakan apa. Bagaimana bisa ibu mertuanya ini masuk ke kamar mereka tanpa mengetuk. Dia harus benar-benar mengingatnya nanti agar selalu mengunci pintu bila sedang bersama Ned.“Baguslah. Kalau tidak, aku akan menyuruhnya kembali ke pulau. Kalian lebih baik tinggal di sana agar aku bisa mengawasinya setiap hari.”Mendengar akan disuruh

  • Perangkap Sang Penguasa   Bab 120. Pasti Kau Membuat Masalah

    Lagi-lagi kelima lelaki tertawa bersamaan. Mereka pikir Qiana kaget dengan jumlah uang yang mereka sebutkan.“Jadi, apa kau sanggup memberi kami sepuluh kali lipatnya?”“Aku akan berikan. Tapi tidak sekarang. Aku tidak membawa uang kontan,” ujar Qiana mencoba menghentikan niat mereka. Uang bukan masalah lagi, kan?“Manis, tidak usah membual. Dari penampilanmu, kami bisa menilai kalau kau bahkan tidak memiliki uang sebanyak seribu dollar. Kau katakan akan membayar kami sepuluh kali lipat yang berarti seratus ribu dollar? Apa kau sedang bermimpi? Lebih baik menyerah saja.” Si lelaki bercambang ikut mendekat.Qiana menggengam erat tas yang melingkar di bahunya. Diam-diam meraih ponsel dari dalam tas, bermaksud menelpon Ned. Namun seseorang menarik tasnya dan melemparkannya ke suatu tempat di ruangan. Kemudian Qiana merasa seseorang menyeret dan menghempaskannya ke sofa.“Apa yang kau lakukan... aaakh!”Seseorang menindih Qiana, berusaha menciumi gadis itu. Qiana berontak sekuat tenaga,

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status