Qiana akhirnya menutup mulutnya rapat-rapat dan tak mengatakan apapun lagi. Ancaman Ned terdengar menakutkan baginya.Setelah pelayan datang membawakan makanan, Qiana makan sampai kekenyangan. Dia tak peduli dengan tatapan protes dari Ned yang makan dengan perlahan.Selesai sarapan, mereka pergi ke rumah sakit dengan menggunakan mobil yang dikemudikan sendiri oleh Ned. Sepanjang perjalanan, Qiana tidak henti-hentinya mengingatkan lelaki itu untuk tidak bicara sembarangan.“Ingat, kita kenal sudah lama. Cukup akrab. Jadi kau tidak keberatan meminjamiku uang.”“Bagaimana kita bisa kenal lama? Kau bahkan baru tinggal di kota ini beberapa bulan.” Ned membuat kata-kata Qiana terdengar tidak masuk akal.“Hm, katakan saja kita pernah bertemu dulu saat kau pergi ke Blackstone....”Ned menginjak rem secara mendadak hingga tubuh Qiana tersentak ke depan.“Kakak, ada apa?” Lelaki itu berpaling pada Qiana, “Apa kau pernah berpikir kalau kita memang pernah bertemu sebelumnya?”“Eh?” Qiana terliha
“Pacar Qiana?” Ibu Qiana mengulangi perkataan Ned sambil menatap putrinya.Qiana sendiri langsung melotot pada lelaki yang tampak acuh itu. Ned sedikit pun tidak melihat pada Qiana. “Benar, Nyonya. Sebenarnya sudah sebulan ini, tapi Qiana meminta saya untuk tidak memberitahu Nyonya dulu.” Ned menambahkan dengan tanpa perasaan.“Ibu, ini... ini....” Qiana sudah hendak membantah tapi Ned menariknya keluar ruangan. Akhirnya dia hanya bisa menggerak-gerakkan tangannya diudara sebagai isyarat bahwa itu tidak benar.“Tunggu di sini,” perintah Ned sambil mendorong Qiana keluar dan menutupkan pintu di depan wajah gadis itu.Ned kembali ke dekat ranjang. Dia memamerkan senyum paling menawan yang pernah dilihat ibu Qiana. Wanita itu tertegun sejenak. “Apa saya mengenal anda, tuan Zavier?” Senyum itu mengingatkannya pada seorang anak yang pernah dia kenal.“Apa saya tampak seperti seseorang yang pernah anda kenal?” Ned duduk di sebuah kursi.“Entahlah. Mungkin cuma perasaan saya saja. Saya su
Ned sudah kehabisan napas karena berlari berjam-jam. Tubuhnya dipenuhi luka. Dan dia tidak menyentuh makanan selama seharian. Dia pikir dia sekarat.Saat pandangannya berubah buram, sesosok bayangan gadis kecil menghampirinya. “Tolong!” Tangan Ned menggapai udara. Dia merasa kesakitan. Dan lelah.“Kakak, kau kenapa?”“Tolong....”“Kakak.”Ned membuka mata. Sebuah wajah berbeda dari dalam mimpinya tampak di depannya. Tapi mata jernih yang menatapnya dengan bingung itu masih sama.“Kau bermimpi buruk?” Qiana menggoyang-goyangkan sebotol air dingin di depan wajah Ned. Entah kapan benda itu sudah berada di tangannya. “Minumlah. Kau sampai berkeringat seperti itu.”“Kamu minum saja sendiri.” Ned mengabaikan Qiana dan kembali memejamkan mata.Gadis itu menatap Ned sejenak, lantas membuka tutup botol dan minum. Dia tadi terbangun dan kehausan lalu mengambil sebotol air dingin di kulkas. Saat itulah dia mendengar Ned yang tampaknya sedang bermimpi berbicara sendiri.“Kau mimpi di kejar hant
“Tuan, kemarin nona Cheryl pergi ke universitas. Dia mencari nona Neilson.” Nick memberikan laporan sambil memberikan setumpuk dokumen.“Apa yang diinginkan gadis itu tiba-tiba muncul kembali?” Ned bersandar pada kursi kerjanya. Dia diberitahu tentang kedatangan gadis itu kemarin.“Saya pikir nona Cheryl penasaran dengan nona Neilson. Mungkin seseorang menceritakan sesuatu yang membuatnya tidak senang.”Mereka sama-sama tahu tentang sesuatu yang mungkin membuat Cheryl tidak senang itu. “Gadis itu sejak dulu memang suka mengacau. Tetap awasi dia. Aku tidak ingin dia mengganggu Qiana karena sebuah alasan yang tidak masuk akal.”“Baik, Tuan.” Nick mengangguk hormat dan beranjak meninggalkan ruangan kerja Ned.Sepeninggal Nick, Ned menelpon Qiana. Memastikan kondisi ibu gadis itu dalam keadaan baik dan mengingatkan Qiana untuk beristirahat dan makan. Setelahnya dia mendapat telpon dari Nick dan mendengar kabar yang tidak terlalu menyenangkan. Ned tidak mengatakan apa-apa pada asistennya
Qiana merasa sesuatu yang besar menimpa kepalanya. Dia merasa pusing. Badannya goyah. Sementara kedua lututnya tidak punya kekuatan untuk menumpu.“Maaf, Nona Neilson. Kami sudah berusaha.”“Ibu anda sudah tidak tertolong lagi.”Qiana nyaris ambruk jika seseorang tidak segera menahan tubuhnya.Bibirnya bahkan tidak sanggup mengatakan apa-apa.Ibu.Ibu.Kau tidak boleh meninggalkanku.Qiana merasa seseorang membawanya pergi.***Qiana mengikuti seluruh prosesi pemakaman dengan bibir terkatup rapat. Tak sepatah kata pun keluar dari mulutnya sejak ibunya dinyatakan meninggal. Dia tampak seperti orang linglung. Ned mengurus semuanya untuk gadis itu. Dia membiarkan Qiana tenggelam dalam kesedihannya untuk beberapa saat tapi mencemaskan kesehatan gadis itu. Qiana enggan makan dan minum. Kalau lelaki itu tidak membujuknya dengan alasan agar dia cukup kuat untuk berdiri di pemakaman, mungkin gadis itu tidak akan menyentuh makanan sama sekali.Qiana berdiri di depan nisan batu dengan ukiran n
Qiana terus berjalan tanpa berpikir menaiki sebuah bis atau taksi. Seingatnya rumah sakit tidak terlalu jauh. Hanya beberapa kilometer dari Phoenix. Dia ingin melihat ibunya. Dia ingin bertemu wanita itu. Dia sangat merindukannya.Ini aneh!Dia jadi lupa jalan ke sana. Dia tidak bisa mengingat arah atau penandanya. Adakah belok ke kanan atau ke kiri? Apa mungkin terus lurus? Qiana kesulitan mengingat. Tapi dia harus terus berjalan. Mungkin operasinya hari ini. Dia juga lupa jadwal operasinya. Yang pasti dia harus segera menemui ibunya.Dalam kebingungannya Qiana terus melangkah. Beberapa simpangan telah terlewati. Dia mengawasi semua bangunan besar dan tak menemukan tempat tujuannya. Dimana bangunan sialan itu?!Dia tak melihat ada tulisan rumah sakit di semua bangunan. Dimana dia sekarang?Namun Qiana terus saja berjalan. Langkahnya tidak tampak sedang tersesat. Terlihat penuh keyakinan saat bergerak maju dalam hujan. Hanya saja jika orang-orang memperhatikan. Ada yang janggal dari
Setelah berkendara selama setengah jam, mereka akhirnya berhenti di depan sebuah villa di pinggiran kota Yardley. Hujan sudah berhenti beberapa menit sebelumnya, tapi langit masih belum cukup cerah.Cheryl membuka sabuk pengamannya, mendorong pintu mobil dan keluar dengan tergesa. Di sisi yang lain, Qiana mengerutkan alisnya. Dia sedikit mengigil karena tubuhnya yang basah kuyup, tapi dia tak begitu menghiraukan dirinya. Bangunan di depannya memiliki warna serupa dengan tempat yang ingin dia datangi. Namun tak ada tulisan ‘rumah sakit' di depan sana.“Ayo turun!” Cheryl membukakan pintu bagi Qiana.“Ini bukan rumah sakit.” Qiana menatap Cheryl meminta penjelasan.“Memang bukan. Kita akan ke sana nanti. Kau ganti pakaianmu yang basah dulu di dalam.”Qiana menurut. Rasanya memang sangat dingin. Jadi dia keluar dari mobil dan mengiringkan langkah Cheryl ke dalam.Sambil berjalan Cheryl menghubungi seseorang dan berkata dengan tidak sabar, “Bisakah lebih cepat lagi? Kenapa helinya belum s
Ini adalah kali pertamanya Qiana naik helikopter. Gadis itu seperti melupakan tujuannya semula mengendarai angkutan udara itu. Dia terlihat gembira dan terus melongok ke bawah pada daratan yang mengecil.Cheryl di sebelahnya malah kebalikannya, terlihat tidak senang. Rencana menyingkirkan gadis ini malah membawa kegembiraan kecil padanya. Dia berjanji, setelah ini Qiana tidak akan bisa tertawa lagi.Dia sudah menghubungi seseorang yang dikenalnya di kota Norbert. Kenalannya itu pasti punya banyak ide untuk membalaskan sakit hatinya pada Ned melalui gadis ini. Sesuatu yang akan membuat Ned menyesal telah menolaknya.Mereka tiba di bagian kota yang berbatasan dengan daerah paling kumuh. Tempat yang didatangi adalah sebuah bangunan lama yang cukup terawat dan memiliki tempat terbuka yang diperlukan untuk mendarat. Beberapa orang lelaki bertampang muram menyambut mereka.“Nona Cheryl, selamat datang di kota terlarang.” Si lelaki bertubuh tinggi besar berkata sambil terkekeh. Wajahnya ter