Mobil yang membawa Amanda melewati perbukitan dan kemudian menghamparkan pemandangan laut, berhenti di perhentian terakhir sekitar lima belas menit lalu. Karena baru pertama kali berada di tempat itu, jujur Amanda memang kebingungan apa yang harus dilakukan. Ia memang sudah mendapatkan nomor kakaknya Prisilla, tapi apa yang akan dikatakannya saat menelepon? Aku sudah sampai? Siapa memang dirinya sampai berkata seperti itu.
“Sebaiknya kutunggu saja.”
Diedarkan pandangan ke sekitar terminal bus kecil tersebut dan melihat beberapa warung makan yang masih buka. Barulah kini Amanda menyadari jika dirinya merasa lapar. Ia mengangkat tas kain yang berisi beberapa helai pakaian ganti menju warung bertuliskan nasi soto.
“Silakan duduk, Nak, mau makan apa?” tanya seorang ibu yang memakai kebaya.
Amanda memperhatikan menu yang ada di dinding yang dilengkapi dengan gambar, bukan hanya soto saja yang dihidangkan di warung kecil ini. Ad
Prisilla anak bungsu dari lima bersaudara. Rumah mereka terletak tak jauh dari pantai. Tiga kakak laki-laki Prisilla di atas Agus sudah menikah. Agus sendiri juga sudah diburu pertanyaan “Kapan nikah?” oleh orang-orang di sekitarnya. Namun, kakak Prisilla tersebut tidak terlalu memikirkan dan sibuk dengan pekerjaannya sebagai satpam.“Oh … kamu di sini?”Amanda menoleh dan menemukan Agus berdiri dua meter dari kursi kayu di tepi pantai tempat ia menghabiskan waktu.“Ada sesuatu?” tanya Amanda yang langsung berdiri.Ia sudah hampir seminggu tinggal di rumah Prisilla. Keluarga temannya tersebut membiarkannya menggunakan kamar Prisilla yang kosong untuk waktu yang lama. Bahkan mereka senang dengan keberadaannya. Malahan, belakangan ia dijodohkan dengan Agus, kakak Prisilla yang belum menikah.“Tidak. Hanya Ibu memintaku untuk melihat di mana kamu berada. Prisilla mewanti-wanti kami untuk menjagamu tetap
Amanda tahu kalau tidak ada gunanya marah. Namun, ia tetap merasa dikhianati oleh Prisilla. Ia sudah benar-benar percaya pada sahabatnya itu.“Aku benar-benar minta maaf, Manda.” Prisilla terisak dan Amanda masih belum menyahuti permintaan tersebut sejak tadi.Ia mendekam diam di dalam kamar kosnya sejak datang dan belum keluar sama sekali. Didengarnya Prisilla mengetuk kembali pintu kamar kosnya. Amanda sempat mengintip sebentar tadi dan menemukan asisten pribadi William juga ada di sana. Seorang laki-laki bernama Azzar.“Pulang saja, Prisilla. Aku tidak mau bertemu denganmu hari ini atau besok. Biarkan aku sendiri dan berpikir!” seru Amanda keras dari dalam kamar.Jam menunjukan pukul 10 pagi dan semua orang di rumah kos ada di luar melakukan kegiatan mereka. Sehingga Amanda tidak khawatir berteriak-teriak dan kemungkinan menganggu seseorang.“Amanda, ini tidak baik. Kamu harus membiarkanku menemuimu. Aku bisa menjel
Hanya satu hari William membiarkan Amanda tenang. Keesokan harinya Azzar kembali diutusnya ke rumah indekosnya dan tetap bertahan di sana sampai siang. Padahal Amanda bertekad untuk mendekam di dalam kamar sepanjang hari setelah mengirim Prisilla yang menginap di kamarnya keluar.“Saya cuma ingin tenang sehari saja, Pak,” keluhnya pada Azzar begitu keluar kamar.Seperti pertama kali bertemu, Azzar menghubungi pemilik kos Amanda untuk memaksa gadis tersebut.“Maaf, Nona, ini perintah Tuan. Saya tidak bisa menolaknya,” kata Azzar sambil menundukkan kepala.Andai saja Amanda diberi kekuatan super, ia akan mengunakan sebagian kekuatan tersebut untuk menghukum William. Tiba-tiba ia memiliki ide untuk mengirimkan mimpi buruk ditidur William sebagai balasan sudah menganggunya.“Jadi apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Amanda bingung.Azzar tidak menjawab dan membawa Amanda ke toko pakaian wanita. Begitu
Hanya satu hari William membiarkan Amanda tenang. Keesokan harinya Azzar kembali diutusnya ke rumah indekosnya dan tetap bertahan di sana sampai siang. Padahal Amanda bertekad untuk mendekam di dalam kamar sepanjang hari setelah mengirim Prisilla yang menginap di kamarnya keluar.“Saya cuma ingin tenang sehari saja, Pak,” keluhnya pada Azzar begitu keluar kamar.Seperti pertama kali bertemu, Azzar menghubungi pemilik kos Amanda untuk memaksa gadis tersebut.“Maaf, Nona, ini perintah Tuan. Saya tidak bisa menolaknya,” kata Azzar sambil menundukkan kepala.Andai saja Amanda diberi kekuatan super, ia akan mengunakan sebagian kekuatan tersebut untuk menghukum William. Tiba-tiba ia memiliki ide untuk mengirimkan mimpi buruk ditidur William sebagai balasan sudah menganggunya.“Jadi apa yang harus saya lakukan sekarang?” tanya Amanda bingung.Azzar tidak menjawab dan membawa Amanda ke toko pakaian wanita. Begitu
“Kamu tidak perlu tahu tentangku!” William menegaskan hal tersebut tanpa menatap Amanda.Amanda bingung apakah yang sedang terjadi ini benar. Pernikahan yang akan dijalani dengan William memang hanya hitam di atas putih. Karena itu menurut Amanda ia harus tahu apa yang tidak dan boleh dilakukannya dalam pernikahan tersebut. Ia tidak mau masuk ke dalam singa setelah lepas dari kandang buaya.Dengan hati-hati diletakannya sendok dan garpu yang sedang digunakan. Ia tak mau karena kesal melemparkan kedua benda tersebut dan melukai calon suaminya yang tampan.“Tidak bisa begitu, kan? Aku harus tahu semua hal jika mau selalu dalam zona aman,” katanya mengemukan.William melakukan hal yang sama dengan Amanda. “Tapi aku tidak mau memberitahumu apapun.”“Kenapa?” tanya Amanda ingin tahu alasan dari penolakan tersebut.William mengaitkan jari-jarinya dan menempatkan dagu di antara itu. “Tidak ada a
Mana bunyi alarm?Tangannya mengapai-gapai ke nakas. Bukannya menemukan alarm yang sedang dicari, jari-jari Amanda malah tersentak karena serangan panas yang tajam.“Ah ….” Akhirnya desahan saja yang keluar dari mulut Amanda.Ia menyadari segera setelah melihat kanopi di atas kepalanya. Ia tidak ada di kamar kos yang berukuran 4x4 yang biasa ditempati. Entah bagaimana semalam dirinya bukan lagi gadis bebas yang tinggal di rumah kos yang harus dibayar setiap bulan. Namun, tunangan William, pemilik bisnis perhotelan yang sekarang mulai melirik ritel.“Anda sudah bangun, Nona?”Amanda merinding mendengar panggilan tersebut. Ia yang hanya anak yatim piatu yang dibesarkan panti asuhan entah memiliki takdir macam apa hingga harus dipanggil seperti itu.“Ya, sudah bangun!” serunya.“Maaf, Nona, pintunya tidak bisa dibuka, apa Anda menguncinya semalam?”Ah, benar. Amanda m
“Kenapa kamu menolak untuk diantar?”Amanda hanya bisa menghela napas berat. Ia menatap William yang entah bagaimana kelihatan berkilau. Dengan kekuatan uangnya, ia membawa Amanda keluar dari mini market tempatnya bekerja.“Kamu sadar bukan di mana tempatku bekerja?” Amanda balas bertanya padanya.Pria tersebut menelengkan kepala dan menatap rak-rak pajangan aneka jenis benda. “Tentu saja,” katanya setelah itu.“Apa normal bagi orang yang bekerja di sini untuk datang mengunakan mobil dengan sopir?”Amanda bisa mendengar dengusan kesal. Ia hampir saja tertawa melihat ekspresi kekesalan yang lucu di wajah tampan William. “Memangnya kenapa dengan itu?”Memang susah menjelaskan kehidupan orang biasa pada manusia yang sudah lahir kaya raya. Amanda tahu itu. Namun, bukan berarti ia tak kesal melihat tampang William yang bersinar duduk bersamanya kini. Nanti saat ia kembali bekerja akan ad
“Aku ayah tiri William.” Lelaki itu memperkenalkan diri pada Amanda.Amanda kaget dan mematung tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ia memandang sekitar mencari bantuan dan tidak menemukan apa yang dibutuhkan sekarang.“Ya … saya Amanda,” katanya balas memperkenalkan diri.Lelaki bernama Wyatt tersebut tersenyum. Dari raut wajah yang bisa dilihat Amanda ia tahu kalai lelaki tersebut sudah tahu segudang informasi tentangnya. Tatapan merendahkan yang diterima sedikit membuatnya tak nyaman.“Ada keperluan apa, ya?” tanya Amanda bingung.Jika ia harus pergi ke rumah orang tua William lagi, Amanda sama sekali tidak keberatan. Ia senang berbicara dengan ibunya William. Wanita itu sangat baik walaupun anaknya aneh. Namun, ia tak sudah dipandangi oleh Wyatt. Padangan menilai dan memberikan score untuk setiap bagian tubuhnya.“Aku hanya ingin bicara denganmu.” Tatapan Wyatt berhenti di wajah Aman