Share

Perawan 1M Pencuri Hati
Perawan 1M Pencuri Hati
Author: Naya Siswanto

01

Sebuah media sosial dihebohkan oleh postingan dari seorang gadis yang menjual keperawanannya. Di sana tertera harga dan lokasi tempat tinggal si gadis.

Di sebuah gedung perkantoran, seorang bos muda dan ternama sedang serius mengerjakan pekerjaan kantornya.

"Bos! Yakin nggak tertarik pada gadis yang satu ini?" tiba-tiba konsentrasi Kemal buyar gara-gara pertanyaan dari sahabat sekaligus asistennya tersebut.

"Kamu sudah gila! Seorang Kemal tidur dengan gadis sembarangan? Yang benar saja!" Suara Kemal terdengar sedikit angkuh.

"Tapi, kali ini beda, Kemal. Dia masih perawan! Nggak ada salahnya kan dicoba, mumpung belum ada yang sanggup membayar maharnya," cicit Arfan.

Kemal menatap tajam wajah Arkan, "Berapa tarifnya?" tanyanya.

"Satu miliar untuk harga keperawanannya," jawab Arfan.

"Yakin dia masih perawan? Jangan-jangan sudah bolong sama seperti yang lain," cetus Kemal.

Arfan menunjukan layar ponselnya pada Kemal, "Ni lihat sendiri!" titahnya.

Kemal membaca dengan serius postingan milik Shanum, dia juga membaca alasan kenapa gadis itu nekat menjual keperawanannya.

Setelah selesai, dia mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.

"Cek pasien yang bernama Aida! Aku butuh datanya, SEKARANG!" Kemal menekankan kata-katanya pada orang yang berada di seberang telpon.

"Jaga gadis itu! Nanti malam, suruh dia datang ke kamarku. Matikan lampunya, jangan sampai dia mengenali wajahku! Hubungi dia dan suruh hapus postingannya!" titah Kemal pada Arfan.

"Siap bos!" sahut Arfan, dia langsung menghubungi teman-temannya agar menjaga Shanum. Arfan juga menghubungi Shanum agar menghapus postingannya dan memberitahukan pada gadis itu bahwa nanti malam dia harus datang ke hotel milik Kemal.

Di tempat lain,

"Kamu yakin dengan keputusanmu, Shanum? Apa kamu yakin ada yang mau membeli keperawananmu dengan harga yang menurutku sangat konyol? Mustahil ada pria yang mampu membayar dengan harga segitu," cicit Khansa, sahabat Shanum.

"Aku tidak tahu, Sa. Aku bingung harus gimana. Rumah dan semua yang kami punya sudah habis terjual, tiap hari tiap malam aku tinggal di rumah sakit ini. Jika ibu tidak segera dioperasi, bisa gawat Sa. Aku tidak mau kehilangan ibu!" tutur Shanum.

Khansa menghela nafas pelan, iba melihat kondisi sahabatnya. "Pakaianmu semua sudah ada di rumahku. Jika kamu butuh tempat untuk pulang, datanglah ke rumah." Khansa beranjak dari duduknya, "Aku pulang dulu ya." Pamit Khansa dan Shanum pun mengangguk.

Selepas kepergian Khansa, masuklah dokter dan beberapa orang suster ke kamar inap ibunya Shanum.

"Malam ini ibu anda sudah bisa melakukan operasi," tutur dokter sambil tersenyum.

"Serius dok? Tapi saya belum melunasi semua biayanya," ujar Shanum.

Ting, ponselnya berdenting. Ada pesan singkat yang masuk.

Shanum membekap mulutnya menggunakan telapak tangan saat membaca pesan yang masuk.

"Bagaimana?" tanya dokter.

"Baik dok," jawab Shanum.

Malam harinya,

Di sini, di hotel mewah berbintang. Dengan langkah ragu Shanum memasuki hotel tersebut, dia menghampiri meja resepsionis.

"Malam kak!" sapa Shanum.

"Selamat malam! Ada yang bisa kami bantu?" tanya resepsionis.

"Saya Shanum, sa ..." belum selesai Shanum berbicara, resepsionis itu langsung memotongnya.

"Kamar Nona sudah siap, nanti ada yang akan mengantarkan nona ke sana. Mohon menunggu sebentar!"

Resepsionis itu memanggil seorang pegawai hotel yang sedang melintas, dia meminta orang itu untuk mengantarkan Shanum ke kamar Kemal. Resepsionis itu membisikkan sesuatu pada pegawai hotel yang bertugas mengantar Shanum.

Keringat dingin mulai membanjiri tubuh Shanum, dia merasa sangat grogi dan takut.

"Ini kamarnya, Nona. Silakan masuk! Sebentar lagi tuan akan datang, dia masih dalam perjalanan." Pegawai hotel membuka pintu dan mempersilakan Shanum untuk masuk dan menunggu Kemal di dalam.

Shanum mengedarkan pandangannya ke setiap penjuru kamar, terlihat sangat mewah dan wah.

"Maaf nona, saya pergi dulu. Tuan sudah datang!" pamit pegawai hotel, dia keluar dari kamar itu dan tidak lupa dia juga mematikan penerangan di kamar itu.

"Kenapa di matikan?" tanya Shanum. Namun tidak ada jawaban, pegawai itu keluar begitu saja.

Shanum bingung, tidak tahu harus berbuat apa. Dia duduk di sofa dengan jantung berdebar.

Klek, pintu terbuka. Seorang pria mengenakan pakaian lengkap dan rapi masuk ke kamar itu. Tubuhnya tinggi tegap, namun sayang Shanum tidak bisa melihat wajah pria tersebut.

"Mau main di sofa?" suara pria itu terdengar lembut namun tegas.

"A-aku ikut saja," jawab Shanum gugup.

Kemal membuka jasnya lalu menaruhnya ke sembarang arah, dia juga melepas dasi dan kancing kemejanya satu persatu.

Setelah itu dia duduk di samping Shanum dan mengajaknya ngobrol sebentar.

"Satu miliar untuk satu malam! Bagaimana? Deal?" tanya Kemal.

"Bukankah perjanjiannya satu kali main saja?" Shanum balik bertanya, dalam benaknya satu malam bisa saja lebih dari satu kali main.

"Deal atau operasi ibumu aku batalkan!" gertak Kemal.

"Baiklah!" Shanum terpaksa menuruti kemauan Kemal demi ibunya.

"Bagus!"

Kemal bangkit dari duduknya lalu pergi ke kamar mandi. Sepulang dari kantor dia belum sempat membersihkan tubuhnya.

"Ampuni aku Tuhan, hanya cara ini yang bisa aku lakukan agar cepat mendapatkan uang untuk biaya pengobatan ibu." Lirih Shanum, dan semua itu bisa didengar oleh Kemal.

"Ekhmmm!" Kemal berdehem sambil berjalan mendekati Shanum. Hanya sehelai handuk yang menutupi bagian bawah tubuhnya.

"Cepat kita selesaikan! Ibumu menunggu di rumah sakit."

Shanum hanya bisa pasrah saat Kemal menggendongnya dan membawanya ke kasur. Dia juga tidak melakukan perlawanan saat pria itu membuka pakaian miliknya.

Dan terjadilah malam panjang penuh keringat antara keduanya. Tanpa Shanum tahu siapa pria yang sudah mengambil keperawanannya, dan itu tidak penting bagi Shanum. Yang terpenting bagi Shanum, dia bisa memperoleh uang untuk pengobatan ibunya.

Seperti ketagihan, entah berapa kali Kemal menggempur Shanum malam ini. Hingga pagi menjelang, dia baru mengizinkan Shanum untuk beristirahat.

Shanum yang kelelahan pun langsung tertidur, hingga dia tidak sadar jika Kemal sudah pergi meninggalkannya sendiri di kamar itu.

Saat terbangun, Shanum melihat uang di dalam koper beserta secarik kertas di atasnya.

"Gunakan uang ini sebaik mungkin! Jumlahnya ada dua miliar, semua biaya pengobatan ibumu sudah kulunasi. Hiduplah dengan baik, karena aku percaya kamu adalah gadis baik."

Begitu tulisan yang tertulis di kertas itu.

Shanum masuk ke kamar mandi dengan langkah tertatih. Sakit dan ngilu di bagian intimnya membuatnya sulit untuk berjalan.

Selesai membersihkan diri, Shanum bergegas pergi. Dia kembali ke rumah sakit untuk melihat kondisi ibunya.

Sepanjang perjalanan dia terus berdoa, meminta pada Tuhan agar operasi berjalan dengan lancar. Dia tidak tahu harus berbuat apa jika operasi itu gagal.

"Nona Shanum! Ke mana saja anda semalaman? Kami berusaha menghubungi anda, tapi ponsel anda tidak bisa dihubungi." Seorang suster langsung memcecar Shanum kala gadis itu baru saja menginjakan kakinya ke rumah sakit.

"Emangnya ada apa sus? Apa yang terjadi?" tanya Shanum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status