"Floryn Danika ini psikopat!"
"Benar! Bagaimana bisa anak berumur 15 tahun sepertinya, tak merasa bersalah setelah membunuh adik tirinya?""Meski tak ada hubungan darah, harusnya Floryn tak sekeji itu untuk meracuninya! Semoga, dia dapat hukuman seberat-beratnya!"
"Benar! Jangan lembek karena embel-embel masih di bawah umur. Kita harus kawal persidangan."
Bisikan di ruang persidangan terdengar terus-menerus. Tampak sekali, semua orang sangat menantikan keputusan akhir dari hakim hari ini.
Bahkan, kumpulan media dari berbagai stasiun TV juga berharap mendapat berita besar dari kasus Floryn yang merupakan calon atlet ice skating terbaik di negara ini dan juga anak dari salah satu petinggi kepolisian!
"Sidang akan dimulai kembali!"Bersamaan dengan ucapan Hakim Ketua, suasana pun kembali tenang, terutama saat Floryn Danika kembali hadir.
Penampilan gadis bermata hijau safir itu seketika mengalihkan perhatian.
Meski kesal, mereka mengakui bahwa Floryn begitu cantik. Sayangnya, dia jahat dan mampu memakan jiwa orang!
Maka dari itu, mereka menyebut Floryn sebagai Siren!Hanya saja amarah dan emosi membuat para hadirin tak sadar bahwa wajah Floryn kini sangat menderita, baik fisik maupun mental.
Wajah cantiknya kini memiliki cekungan tajam. Tubuhnya juga kurus kering sampai pembuluh darah dipunggung tangannya terlihat kontras karena kehilangan banyak berat badan.
Dalam waktu dua bulan ini, Floryn bahkan kedapatan pingsan beberapa kali karena tidak berhenti mendapatkan waktu istirahat dari tim interogasi.
Entah mengapa, gadis itu dipaksa untuk mengakui perbuatan yang tak pernah dilakukannya?
Tak hanya itu, jaksa penuntut umum dan pengacara pribadi ibu tirinya juga terus memframing dirinya seakan dialah yang meracuni adik tirinya dengan intensi membunuh.
Padahal, Floryn sudah mengatakan yang sejujurnya.
Mengapa dia harus berada di posisi ini semua?
Floryn merasa hidup di antara kematian. Setiap hari yang dia jalani seperti siksaan yang membuat dirinya nyaris bunuh diri.
“Nona Floryn, sebelum keputusan dibacakan, kami ingin bertanya sekali lagi. Apakah dalam perkara ini Anda merasa menyesal?” tanya hakim yang meminpin persidangan.Floryn bungkam, tidak menjawab.
Pertanyaan hakim jelas sudah memutuskan Floryn memang pelaku pembunuhan adiknya. Padahal, masa depan Florynlah yang hancur sejak fitnah keji itu dilayangkan padanya.“Nona Floryn, sekali lagi saya bertanya. Apakah Anda merasa menyesal?” ulang hakim dengan suara yang lebih keras penuh penegasan.
Kini wajah Floryn terangkat. Dalam satu tarikan napas panjangnya Floryn berkata, “Saya tidak pernah menyesal karena saya tidak pernah melakukannya.”Persidangan seketika riuh!
Orang-orang menahan umpatan mereka. “Silahkan berdiri nona Floryn,” perintah hakim.Dengan lemah, gadis cantik itu beranjak dari duduknya.
Ditatapnya sang hakim dengan tatapan kosong, menantikan hukuman apa yang akan dia dapatkan hari ini.
“Mengadili, menyatakan terdakwa atas nama Floryn Danika telah terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan tindak pidana pembunuhan berencana, dengan ini pengadilan menjatuhkan pidana terhadap terdakwa dengan penjara lima tahun.”Tok tok tok!Suara ketukan palu mengakhiri persidangan, disambut oleh riuh suara orang-orang yang bereaksi atas keputusan hakim.
Di sisi lain, kaki Floryn gemetar tidak bertenaga. Hatinya terkoyak hancur menghadapi kenyataan bahwa lima tahun ke depan, dirinya harus hidup di balik jeruji besi atas hal yang tak pernah dilakukannya.
Matanya berkabut, nyaris menangis. Namun, itu ditahannya. Bahkan, Floryn sampai menggigit bibirnya dengan keras agar isakannya tak terdengar.
Dia tak boleh lemah!
“Dia psikopat! Dia sangat menakutkan dan berbahaya! Lihatlah tidak ada penyesalan apapun didalam dirinya setelah membunuh adiknya sendiri. Mengapa harus lima tahun?”
Issabel, ibu tirinya berteriak histeris sembari menangis. Dia masih tidak terima dengan keputusan hakim.“Lima tahun tidak sebanding dengan kematian putraku! Seharusnya, dia dihukum seumur hidup atau mati, sama seperti putraku!”
Teriakan penuh amarah Issabel membuat orang-orang merapatkan barisan. Mereka menghalanginya agar tidak berlari ke arah Floryn.Sementara Rachel, putri pertama Issabel segera memeluk ibunya--tampak berusaha menenangkannya agar berhenti membuat keributan.
Suasana yang dramatis membuat Floryn mulai sulit menahan diri.
Bukankah harusnya dia adalah orang paling patut dikasihani hari ini?
Namun tanpa sengaja, pandangan mata Floryn langsung bertemu dengan Emier, ayah kandungnya, yang menatap tajam dirinya.
Deg!Pria itu jugalah yang telah melaporkan Floryn dan menjebloskannya ke dalam penjara tanpa mau mendengarkan sedikit pun permohonan Floryn.
Bahkan, Emier sampai mengeluarkan banyak uang untuk menyewa pengacara terbaik di negeri ini demi bisa membuat Floryn mendapatkan hukuman seberat mungkin.‘Aku sangat menyesal pernah memiliki seorang anak sepertimu! Kehadiranmu didunia ini adalah sebuah kesalahan terbesar yang pernah aku lakukan. Mulai detik ini, kau bukan putriku lagi,aku tidak sudi memiliki anak pembunuh! Silahkan hidup semaumu jika kau berhasil keluar dari penjara dan mendapatkan hukuman dari tindakan biadabmu itu’
Ucapnya saat itu kala mencoret Flory dari daftar keluarga. Hanya Kjanet, seorang pengacara publik yang berbaik hati ingin mendampinginyalah yang menguatkan Floryn. Meski akhirnya mereka kalah juga....Kjanet akhirnya beranjak dari duduknya. "Berdirilah, Flo!" ucapnya sembari tersenyum sedih.Wanita itu menyadari tak ada yang bersedia mendekatinya sekadar untuk memberinya semangat.
Padahal, di balik ketenangan Floryn saat ini, jiwanya sudah hancur sejak dibuang keluarganya.
Entah mengapa Kjanet yakin Floryn memang bukanlah pelakunya dan dia hanya jadi korban sebuah tuduhan.
Sayangnya, tak ada barang bukti yang bisa membebaskan Floryn. Terlebih, media dan netizen seakan sudah final dalam asumsi mereka.Di sisi lain, Floryn pun berdiri sembari berpegangan pada sisi kursi agar tidak terjatuh.Kjanet langsung memeluk Floryn dengan erat dan menepuk-nepuk bahunya. “Maaf aku tidak bisa menolongmu lebih banyak lagi. Meski ini sangat berat, kuharap kau tidak berputus asa dengan apa yang terjadi. Tetaplah semangat Flo, ini bukan akhir dari segalanya,” hiburnya.
Mata Floryn berkaca-kaca menahan kuat air matanya agar tidak terjatuh.
Perih di dada kian terasa menusuk, menyadari bahwa harapan Floryn akan kembali datang lima tahun lagi setelah dirinya bebas.
Dengan tangan gemetar Floryn membalas pelukan Kjanet, “Justru saya yang harus berterima kasih, Anda sudah berdiri sampai sejauh untuk menolong saya. Saya tidak akan pernah melupakan semua jasa Anda, Kjanet.”
“Jangan pernah menyerah Flo, di manapun posisimu saat ini. Ingatlah satu hal, setiap mahluk hidup yang masih bernapas dimuka bumi ini, mereka memiliki hak yang sama yaitu kesempatan memperbaiki diri dan keadaan.”“Terima kasih,” jawab Floryn dengan senyuman getirnya.Tiba-tiba, beberapa anggota kepolisian mendatangi Floryn.Mereka kembali memborgol kedua tangan dan kakinya lagi karena Floryn harus segera dibawa pergi keluar dari ruang persidangan.
Hanya saja, kala pintu besar di depan terbuka lebar, cahaya kamera yang berusaha mendapatkan potret wajahnya.
Gerombolan pertanyaan dari wartawan terdengar.Tubuh Floryn terhimpit dari segala sisi. Namun, dia masih mendengar caci mereka, bahkan sampai ke dalam sebuah mobil khusus yang sejak tadi menantinya.Untuk terakhir kalinya, dia memandangi Emier yang berada dalam ketegangan tengah memeluk Issabel yang masih menangis di depan ruangan persidangan.
Dan juga, Rachel.....
Sudut bibir anak pertama Isabel itu terangkat membentuk senyuman sinis. 'Rasakan itu!' ucapnya tanpa suara.
Rahang Floryn mengetat.
Air mata yang ditahannya sedari tadi akhirnya menetes. “Aku tahu, kau yang telah membunuhnya. Kaulah pelaku sebenarnya, Rachel.”
“Meski hari ini, aku tak bisa. Tapi, Tuhan akan membalas setiap detik penderitaan yang aku jalani mulai hari ini,” ucapnya sembari menatap langit yang tak akan dilihatnya 5 tahun ke depan.
Keinginan balas dendam membuat Floryn bertahan. Tak terasa, hari kebebasannya tiba. Hanya saja, tidak ada yang menyambut Floryn..... “Apa ibu dapat melihatku sekarang? Aku minta maaf karena tidak cukup menjadi anak yang kuat untuk membela diriku sendiri,” bisik Floryn dalam hati kala memandang pot kecil bunga baby breath yang diberikan almarhumah ibunya. Sayangnya, bunga itu mati bersamaan dengan putusan pengadilan lima tahun lalu.Floryn kini sudah 20 tahun. Namun, kebahagiaan anak muda tak ada di wajahnya. Setelah menjadi salah satu tahanan termuda dengan kasus berat, siksaan dari narapidana lain yang mendapatkan sogokan dari Issabel tak pernah berhenti. Untungnya dua tahun terakhir, Floryn mulai diterima. Dia pun berkebun dan merajut pakaian dengan upah tak seberapa. Meskipun begitu, berkat bekerja Floryn memiliki sedikit uang untuk bisa bertahan nanti.Hanya saja, Floryn sadar bahwa masyarakat pasti tak akan menerimanya dengan mudah. “Flo?!” panggil Julliet, seorang mantan t
Floryn tidak memiliki tempat untuk kembali atau bertanya. Terlebih, uang yang Floryn miliki tidaklah banyak.Jika dia menggunakannya untuk menyewa tempat tinggal, maka tidak ada jatah untuk makan.Tidak mungkin juga untuk Floryn mengandalkan makanan gratis. Pemerintahan negara Neydish memang menyediakan truk makanan gratis bagi tunawisma.Ada banyak rak-rak makanan gratis yang bisa diambil hanya dengan menukarnya menggunakan kartu identitas.Masalahnya, jatah makanan selalu dibatasi. Terlebih, Floryn juga tidak memiliki kartu identitas karena saat dia dipenjara, dia masih dibawah umur.Jujur, Floryn takut kelaparan. Lebih baik dia tidur kehujanan dibandingkan mati kelaparan."Hahahaha....."Suara tawa terdengar nyaring disudut tempat menarik Floryn untuk melihat.Ada sekumpulan gadis remaja yang berseragam sekolah tengah mengantri disebuah food truck sambil berbincang.Tampaknya mereka membicarakan sesuatu yang tampak menyenangkan.Pemandangan sederhana itu membuat pupil mata Floryn
“Tuan Muda,” sambut Piper membukakan pintu mobil untuk Alfred. Dengan sigap Piper membawakan koper Alfred dan topi pilotnya. “Saya senang Anda pulang ke rumah kali ini,” ucap Piper lagi dengan senyum sumringah. “Ibu ada di rumah?” tanya Alfred melangkah cepat melewati beberapa anak tangga menuju teras.Sementara itu, Piper terkopoh-kopoh mengangkat koper Alfred disetiap anak tangga yang akan dilewatinya.“Nyonya menginap di hotel sejak kemarin, jika beliau tahu Anda pulang, saya yakin beliau juga pasti pulang,” jawab Piper dengan napas tersenggal kehabisan napas.Alfred berbalik, sejenak dia menunggu Piper menyusul karena hal lain yang peril ditanyakan. “Apa ibu bertengkar lagi dengan ayah?”Piper berusaha untuk tersenyum formal, menyembuyikan perasaan tidak enak hatinya saat ini. Alfred memiliki seorang ibu yang berkepribadian cukup unik, dia akan selalu pergi kabur setiap kali bertengkar, namun dengan satu bujukan dia akan kembali pulang dengan sendirinya.“Ibu Anda hanya mengk
Melalui jendela yang terbuka, Floryn dapat melihat keberadaan Emier yang tengah duduk di kursi belakang.Deg!Gadis itu sontak menelan salivanya dengan kesulitan. Tangannya bahkan gemetar berkeringat dingin.Kesedihan, amarah, kebencian, dan kecewa bercampur menjadi satu melihat pria yang dulu pernah memberinya begitu banyak kasih sayang, dan pria yang sudah mengeluarkan Floryn dari daftar keluarga hingga berhasil mengurungnya dalam jeruji besi selama lima tahun lamanya.Rasanya seperti mimpi bisa kembali melihat sosok pria yang dulu sangat Floryn hormati dan dia banggakan, kini berubah menjadi orang yang sangat dibenci hingga tidak ada pintu maaf yang tersedia untuknya.“Tuan Emier ingin berbicara dengan Anda.”Tiba-tiba saja, seorang pria berpakaian sopir keluar dari mobil dan berlari menghampiri Floryn.Tangan Floryn sontak terkepal kuat. Untuk apa Emier ingin berbicara dengannya? Bukankah lima tahun yang lalu, saat Emier merobek kartu keluarga mereka, dia bilang dia tidak sudi
“Ikuti saja perintahku.”“Memangnya kau siapa hingga berani mengaturku?” tanya Floryn dengan dagu terangkat menunjukan keangkuhan.Floryn sudah tidak peduli dengan kesopanan, Emier tidak layak mendapatkannya!“Jika kau masih memiliki rasa malu, setidaknya tunjukan sedikit rasa penyesalanmu dengan pergi dan menyingkir dari pandangan keluarga baruku. Kehadiranmu yang menunjukan diri didepan kami hanya membuka luka lama dan membuat kami malu.”Pupil mata Floryn bergetar menahan tangisan, kepalan tangannya kian menguat meremas permukaan pakaiannya. “Mengapa aku harus malu? Aku tidak memiliki kesalahan apapun.”“Setelah dipenjara lima tahun, kau masih tidak mau mengakui kesalahanmu, siapa akan percaya?”“Yang jelas bukan polisi bodoh sepertimu,” jawab Floryn balas menghina ucapan Emier yang kini membelalakan mata."Kau....!"Namun, Emier menahan diri. “Cukup! Dengarkan saja perintahku dan pergilah dari kota ini!” Emier mengambil sebuah amplop cokelat dari balik jassnya dan melemparkannya k
Di sisi lain, Alfred memandang pemandangan di seberang jendela mobilnya, bingung.Ada keributan apa di depan restoran itu?“Kakak, aku mau permen kapas,” pinta Nara memukul-mukul jendela mobil dengan mata berbinar melihat toko yang menjajakan permen kapas kesukaannya. “Kakak, berhenti disini, aku mau permen kapas.”“Nanti kita akan membelinya Nara.”“Aku mau sekarang!” rengek Nara memukul lebih keras jendela mobil agar Alfred mengikuti keinginannya.Alfred memelankan laju mobilnya, sulit untuk mengalihkan perhatian Nara ketika dia menemukan sesuatu yang sangat disukainya, salah satunya permen kapas.Pagi ini, Alfred akan pergi ke hotel untuk menjemput ibunya agar pulang, kasihan Nara yang baru kehilangan perawat harus mengganggu aktifitas para pelayan di rumah.“Kakak,” rengekan Nara kian kuat, gadis kecil itu mulai menangis karena Alfred tidak kunjung menghentikan mobilnya dan pergi ke toko permen kapas yang dia inginkan.“Tunggu sebentar Nara, kakak harus putar balik dulu,” hibur Al
Refleks Alfred mendorong Nara agar bersembunyi di belakang tubuhnya. "Apa maumu?"Kerutan di kening Floyn kian jelas terlihat, gadis itu tidak memahami apa makna yang tersirat dari tatapan waspada dan pertanyaan aneh pria asing yang berdiri di hadapannya.Apakah pria itu tahu dia seorang mantan narapidana yang pernah menggemparkan seluruh negeri?Floryn berdeham tidak nyaman, dia mulai takut kebaikan yang dilakukan kepada Nara disalah artikan hanya karena dia mantan narapidana.“Apa tujuanmu?” tanya Alfred sekali mempertegas setiap kata yang diucap. “Apa maksudmu? Aku tidak mengerti mengapa kau berbicara seperti itu padaku, jaga saja adikmu dengan baik agar dia tidak terluka,” jawab Floryn enggan untuk memperpanjang percakapan.Bohong! Alfred tidak percaya, jika memang Floryn tidak memiliki tujuan apapun, tidak mungkin dia langsung bisa tahu bahwa Nara adiknya.“Urusanmu adalah denganku, jangan membawa adikku dalam hal ini,” tegas Alfred memperingatkan.Rahang Floryn mengetat menahan
Alfred memasuki lift, dia harus pergi ke salah satu lantai hotel tempat dimana ibunya tengah menginap.Hari ini, Alfred harus menjemput ibunya secara langsung karena nanti malam dia memiliki jadwal penerbangan.Alfred berencana akan melakukan liburan beberapa hari, namun pertemuannya dengan Floryn satu hari yang lalu berhasil membuat Alfred gelisah.Alfred tidak dapat mengungkapkan, apakah kegelisahan yang menggelayuti hatinya didasari oleh ketakutan Floryn akan balas dendam, atau justru rasa khawatir akan perubahan Floryn yang tampak menyedihkan.Alfred menghela napasnya dengan berat, terbayang wajah Floryn yang pucat dan memiliki cekungan, sepasang matanya yang hijau safir terlihat linglung, suaranya yang lembut masih terdengar sama seperti terakhir kali mereka bertemu.Sampai detik ini, Alfred masih bertanya-tanya mengapa Floryn berpura-pura tidak mengenalinya?Mustahil jika Floryn lupa, karena sampai sekarang Alfred masih mengingat jelas pertemuan pertama mereka.Senyuman cerah