Share

BAB 2: Lima tahun Kemudian

Keinginan balas dendam membuat Floryn bertahan.

Tak terasa, hari kebebasannya tiba.

Hanya saja, tidak ada yang menyambut Floryn.....

“Apa ibu dapat melihatku sekarang? Aku minta maaf karena tidak cukup menjadi anak yang kuat untuk membela diriku sendiri,” bisik Floryn dalam hati kala memandang pot kecil bunga baby breath yang diberikan almarhumah ibunya. Sayangnya, bunga itu mati bersamaan dengan putusan pengadilan lima tahun lalu.

Floryn kini sudah 20 tahun. Namun, kebahagiaan anak muda tak ada di wajahnya.

Setelah menjadi salah satu tahanan termuda dengan kasus berat, siksaan dari narapidana lain yang mendapatkan sogokan dari Issabel tak pernah berhenti.

Untungnya dua tahun terakhir, Floryn mulai diterima. Dia pun berkebun dan merajut pakaian dengan upah tak seberapa. Meskipun begitu, berkat bekerja Floryn memiliki sedikit uang untuk bisa bertahan nanti.

Hanya saja, Floryn sadar bahwa masyarakat pasti tak akan menerimanya dengan mudah.

“Flo?!” panggil Julliet, seorang mantan tahanan atas kecelakaan lalu lintas yang tak sengaja menyebabkan seseorang meninggal.

Dia adalah salah satu tahanan yang paling dekat dengan Floryn.

Gadis itu juga orang yang selama ini sering menguatkan Floryn agar selalu tetap bertahan.

"Ya?" Floryn mendekat dengan senyuman samarnya. Gadis itu berjabatan tangan dengan Julliet, lalu memeluknya sebagai tanda perpisahan.

Hanya saja, wajah gadis itu tampak khawatir. “Flo, aku akan pergi bersama bibiku, bagaimana denganmu? Apa kau butuh tumpangan?”

Floryn menggeleng. Dia masih tidak tahu harus melangkah ke mana untuk memulai kehidupan barunya sekarang. Tapi, dia juga tak ingin merepotkan Julliet.

Setahunya, keluarga gadis itu cukup repot karena kasusnya itu karena korban yang tak sengaja ditabrak Julliet adalah orang yang amat berpengaruh.

“Aku akan pergi sendiri.”

“Kau yakin?”

“Aku yakin.”

Meski ragu, Julliet akhirnya mengangguk. “Baiklah, sampai jumpa Flo. Aku harap suatu hari nanti kita dapat bertemu lagi,” pamitnya melambaikan tangan.

Floryn balas melambaikan tangannya sambil memperhatikan kepergian Julliet bersama seorang wanita paruh baya yang berpakaian mencolok.

Perlahan bibir Floryn yang tersenyum pun menurun bersma dengan kepergian para tahanan yang hari ini bebas.

Setelah cukup lama berdiam diri, Floryn mulai melangkahkan kakinya menyusuri jalanan di bawah gerimis yang turun.

Di setiap langkah yang diambil, dia memikirkan ke mana harus pergi dan apa yang harus dia mulai sekarang.

"Aku butuh kekuatan untuk bisa berhadapan dengan Emier dan Issabel, terutama Rachel orang yang sudah berhasil mengkambing hitamkannya atas kasus kematian Abra," gumamnya sambil berpikir keras.

***

“Bawahanmu menelponku tadi pagi! Katanya anak iblis itu sudah bebas hari ini.”

Mendengar ucapan Isabel, rahang Emier mengetat.

Secara terang-terangan, dia menunjukan ekspresi tidak sukanya.

Lima tahun sudah berlalu sejak kejadian kelam itu.

Malam itu, Emier kehilangan putranya. Dia juga kehilangan sosok putri yang dianggap begitu baik, tetapi ternyata seorang monster.

Kini, Emier dan keluarga barunya sudah memulai lembaran baru yang membahagiakan.

Jabatannya sudah menjadi Brigadir Jendral Polisi.

Issabel juga kembali hamil dan melahirkan seorang anak perempuan yang diberi nama Erika, sementara Rachel sudah bekerja disebuah perusahaan transportasi.

Emier sudah bahagia sekarang. Dia ingin menutup masa kelam yang telah diciptakan oleh Floryn. Tapi, mengapa dia kembali lagi?

Pandangan Emier bergerak pelan melihat Erika yang tengah makan dengan lahap.

Gadis kecil itu kini berusa tiga tahun. Kehadirannya berhasil mengobati luka hati Emier atas kepergian Abra.

“Aku tidak ingin dia menampakan wajahnya dihadapan keluarga kita, terutama Erika,” ucap Issabel memecah keterdiaman Emier.

“Aku juga tidak ingin melihat kehadirannya di sekitarku,” bisik Emier dengan tangan terkepal kuat.

“Apa yang harus kita lakukan? Aku ingin keluarga kita aman Emier.”

Emier memberikan tatapan begitu tajam. "Tenang saja, aku akan memastikan keluarga kita aman," tegasnya, "apapun caranya."

"Bagaimana jika Floryn mencarinya dan memohon untuk tinggal bersamanya?"

Emier terdiam.

Dia sangat membenci Floryn, bahkan untuk memanggil namanya saja kini Emier sangat muak.

Dia harus menjauhkan Floryn dari Erika agar putri tercintanya tidak mengalami akhir yang sama seperti Abra!

Orang-orang yang mengetahui kasus pembunuhan yang menimpa keluarga Emier, pasti juga akan kembali mengungkit siapa Floryn jika gadis itu berkeliaran di depan banyak orang. Semua orang akan tetap membawa-bawa nama Emier sebagai ayah kandungnya.

Ini tidak bisa dibiarkan terjadi!

Emier harus menekan pergerakan Floryn. Jika perlu, Emier akan mengusir Floryn agar dia pergi keluar kota dan berhenti menunjukan diri dihadapan public.

“Emier, katakan sesuatu, jangan membuatku khawatir,” desak Issabel.

“Aku akan memerintahkan seseorang untuk mengintai setiap pergerakannya, kau tidak perlu mengkhawatirkan apapun. Akan aku pastikan jika dia tidak akan pernah menampakan diri di hadapan Erika.”

“Aku harap kau menepati kata-katamu Emier.”

“Aku berjanji Issabel.”

Wanita itu tersenyum puas mendengar jawaban Emier. Namun, pandangan Issabel teralihkan pada Rachel yang sejak tadi tertunduk diam tidak berbicara sepatah katapun.

“Rachel, kau kenapa?”

Rachel menggeleng tidak bersuara. Namun, wajahnya yang pucat berkeringat dingin berada dalam ketegangan.

Dia terkejut mengetahui Floryn sudah bebas dari penjara.

Bagaimana jika Floryn balas dendam padanya dan berhasil membuka kebenaran apa yang sebenarnya terjadi lima tahun lalu?

Semenjak Floryn dipenjara, Rachel hidup dalam kebahagiaan.

Dia mendapatkan perhatian sepenuhnya dari Emier dan bisa sekolah di universitas bergengsi.

Rachel mengambil alih seluruh fasilitas yang selama ini seharusnya Floryn dapatkan.

Jabatan Emier yang mentereng membuat Rachel bisa mendapatkan pekerjaan yang bagus disebuah perusahaan transportasi.

"Tidak ada yang boleh mengusik kesempurnaan hidupku," batin Rachel--monster sesungguhnya yang Eimer rawat selama ini, "Selamanya, Floryn harus berada di tempat kotor dan dikenal sebagai penjahat dan pembunuh."

Hanya saja, Rachel bingung apa yang harus dia lakukan sekarang?

Menyadari tingkah Rachel yang aneh, Issabel mengerutkan kening. “Rachel, kau benar-benar baik-baik saja?”

Deg!

“A--aku baik-baik saja Bu. Hanya terkejut Flo sudah bebas secepat ini," ucapnya berhasil mengendalikan diri.

"Seharusnya dia dipenjara lebih lama, jika perlu dia mendapatkan hukuman mati.”

Saat mengatakan itu, Rachel benar-benar dalam amarah.

Bukan karena Floryn yang membunuh Abra, melainkan karena Rachel yang sadar posisinya terancam.

“Kau benar Rachel,” bisik Issabel dengan pupil mata bergetar menahan tangisan.

Dia kembali teringat dengan Abra yang harus meninggal tragis.

Melihat itu, Emier menghela napas kasar. “Kita tidak perlu membahas dia di meja makan,” tegurnya.

Genggaman Rachel pada sendoknya seketika menguat. Gadis iu mengangkat wajahnya dan memberanikan diri melihat Emier, “Apa Ayah masih menyayagi Flo?”

“Dia tidak pantas untuk disayangi, aku menyesal pernah memiliki anak sepertinya,” jawab Emier dalam geraman amarah.

Hal ini tentu saja membuat sang monster asli menahan senyum.

Di sisi lain, Floryn tak ada niatan untuk tinggal bersama keluarga Tuan Emier yang terhormat.

Dia justru sedang memerhatikan bahwa samar-samar sinar matahari sudah bergerak turun menuju ufuk barat.

Setiap langkah yang Floryn ambil mengantarkan dia sampai di pusat ibu kota.

Lima tahun terkurung dipenjara, Floryn melihat ada seberapa banyak perubahan yang terjadi disekitarnya.

Rasanya, Floryn sudah tertinggal oleh kemajuan zaman.

Berhati-hati, dia melewati jalanan setapak dan sejenak duduk di sebuah bangku taman sekadar melepas lelahnya setelah berjalan puluhan kilometer.

Peluh keringat membasahi wajah Floryn.

Kakinya terasa sedikit pegal dan sakit setelah sekian lama tidak pernah berjalan jauh.

Untuk sejenak, Floryn meninggalkan tas usangnya di kursi.

Dia mengambil air dari keran untuk membasuh wajah dan meminumnya dalam beberapa teguk untuk mengurangi rasa haus yang menyakiti tenggorokannya.

“Di mana aku harus tinggal sekarang?” bisik Floryn kembali bertanya pada kesunyian.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Bella Donna
keluarga busuk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status