“Aku memang terlihat tampak lebih menarik saat mengenakan gaun ini. Semua lekuk tubuhku terlihat begitu menggoda bahkan saat kupandangi sendiri. bertahun-tahun lamanya aku menjaga kesucian tubuh ini. namun, beberapa saat nanti, aku akan menyerahkan dan merelakannya hanya untuk uang. Tapi semuanya aku lakukan hanya untuk nenek!”
Yasmin terus-menerus memandangi dirinya di depan ceriman saat gaun indah selembut sutra sudah membalut tubuhnya. Rambutnya berwarna kecoklatan tergerai dengan indah dengan riasan wajah sederhana tapi terlihat begitu menawan. Itulah kelebihan yang dimiliki oleh Yasmin yang membuat siapapun yang melihatnya sudah pasti tergoda.
Tik! Tok! Tik! Tok!
Jam diniding terus berjalan. Kini Yasmin tengah menunggu kedatangan seseorang dengan hati dan perasaan yang sedikit cemas sembari memegang liontin pemberian mendiang orang tuanya.
“Aku akan menunggu satu jam lagi. Saat itu juga aku merelakan kesucianku ini,” sambung Yasmin terus menanti kehadiran Brian untuk perjanjiannya.
Malam semakin larut dan waktunya pun tiba. Sosok laki-laki masuk begitu saja ke kamar Yasmin tanpa permisi atau bahkan mengetuk pintunya terlebih dahulu. Dia berdiri tepat di ambang pintu masuk melihat Yasmin tertegun dengan memakai gaun tidur yang sangat indah berwarna putih menyelimuti tubuh Yasmin yang tak kalah indah.
Plak! Plak! Plak!
Glegk!
“Apa yang harus aku perbuat? Apa yang harus pertama aku lakukan? Aku benar-benar tidak tahu harus melakukan apa terlebih dahulu,” gumam Yasmin di dalam hati terlihat cukup gugup ketika Brian mulai berjalan perlahan mendekati dirinya.
“Bagaimana mana bisa kau terlihat lebih cantik dari penampilan aslimu, hem?” ujar Brian memulai menggoda Yasmin dengan senyumnya yang seringai.
Bugh!
Tubuh Yasmin kemudian tertahan pada tembok kamar. Tidak ada jalan lagi untuk dirinya mengelak dari tubuh kekar laki-laki dihadapannya. Sementara Brian masih meneruskan langkahnya tidak peduli tubuh mereka saling berhimpitan.
“Ehhmm, Astaga! Laki-laki ini selain tampan aromanya tubuhnya sangat harum. Pantas saja banyak perempuan-perempuan di luar sana berebut hanya ingin tidur bersama dengannya,” gumam Yasmin di dalam hati.
“Kenapa kau menundukkan wajahmu, hem! Aku ingin melihat wajah nafsumu lebih dekat!” tandas Brian membuat kedua mata Yasmin terbelalak.
Gleg!
“Kenapa dia mengatakan kalimat itu begitu saja tepat dihadapanku? Apakah wajahku sudah sangat memerah berada di dekatnya? Bahkan aku sendiri tidak bisa mengontrol detak jantungku!”
Tubuh mereka semakin berhimpitan. Sehingga kedua wajah mereka semakin dekat berjarak. Bahkan Yasmin bisa merasakan hembusan nafas dari Brian saat wajahnya perlahan terangkat oleh jari telunjuknya dengan perlahan.
Cup!
Kecupan pertama mendarat begitu saja pada bibir lembut Yasmin tanpa aba-abanya. Namun, Brian tidak begitu memperdulikan ekspresi wajahnya. Dia hanya berusaha agar Yasmin bisa perlahan menikmati sentuhan bibir lembutnya sembari melakukan balasan sesuai yang diinginkannya.
“Ohh Astaga! Kini bibirku sudah tidak perawan lagi! Lalu aku harus bagaimana? Aku benar-benar tidak tahu caranya. Ini adalah pertama bagiku,” gumam Yasmin dalam hati masih dengan kedua mata terbuka.
“Ehhmm!”
Nampaknya Yasmin mulai kehabisan udara karena Brian begitu lahap tanpa memberikan jeda sedikitpun untuk menjelajahi bibir indahnya.
“Kenapa? Kau terlalu tegang dan tidak pandai mengikuti iramaku!” protes Brink arena kenikmatannya tersenggal.
“M-maafkan saya, tuan! Ini baru pertama untuk saya. S-saya tidak terbiasa melakukannya,” jawab Yasmin dengan jujur.
Brian sedikit memalingkan wajahnya dan merasa cukup kesal.
“Dengar! Kau datang kepadaku dengan meminta uang sebanyak itu! kita sudah melakukan perjanjian dan kau mengingkarinya?”
Yasmin menundukkan kepalanya lemah. Namun, ketika ciuman mereka terhenti begitu saja karena ulah Yasmin justru dia ingin merasakannnya kembali. Bibir Brian cukup manis dan lembut. Hanya saja Yasmin tidak bisa membalasnya.
“Huufft! Dengar, Honey! Jangan tegang! Cukup pejamkan kedua matamu dan nikmati setiap sentuhanku. Maka, kau akan menikmatinya dan akan mulai terbawa iramaku!” ujar Brian untuk kedua kalinya mendekatkan wajahnya pada gadis cantik dihadapannya. Nampaknya dia masih sangat penasaran dengan perempuan panggilannya mala mini. Dia tidak menyerah begitu saja untuk bisa menaklukkan Yasmin.
Sementara Yasmin pun seperti tidak berdaya. Dia terdiam ketika bibir lembut Brian kembali menyentuh miliknya. Bahkan perlahan dia mulai mengikuti perkataannya. Dia menutup kedua matanya dan mencoba menikmati setiap sentuhan lembutnya.
Dengan sangat lembut Brian mulai melepas sehelai kain yang menyelimuti tubuh indah Yasmin. Sementara Yasmin tidak lagi menyadarinya. Dia hanya bisa merasakan kenikmatan dari setiap sentuhan lembut yang dilakukan oleh Brian.
Bugh!
Tubuh indah Yasmin kini mulai terhempas di atas kasur besar berukuran king size. Yasmin memilih untuk memejamkan kedua matanya erat saat Brian mulai melucuti satu persatu pakaiannya. Jauh di dalam hatinya tidak menginginkan mala mini terjadi. Namun, tidak ada pilihan lain untuk menyelamatkan neneknya.
Gleg!
“Jantungku semakin berdetak! Aku bahkan tidak bisa melakukan apapun sekarang ini! mungkin juga peluh keringatku mulai keluar,” gumam Yasmin di dalam hati. Dia mulai merasakan sekujur tubuhnya hangat dengan sentuhan lembut Brian. Bahkan suhu AC di dalam ruangan kini tidak lagi berpengaruh padanya.
“Jangan tahan suaramu! Lepaskan saja! Dan kau boleh hanya memanggil namaku saja tanpa tuan di saat bercinta seperti ini,” bisik Brian membuat Yasmin hampir saja lepas kontrol.
“Tidak, Yasmin! Tahan! Jangan keluarkan suaramu! Karena itu akan membuat suasana semakin gila!”
Beberapa jam berlalu dengan semua kendali Brian. Dia pun merebahkan tubuhnya tepat di samping kiri Yasmin dan langsung terlelap dalam tidur. Tentu saja masih dalam keadaan telanjang.
Tatapan Yasmin begitu dalam melihat laki-laki yang saat ini tertidur tepat di sampingnya. Dia bahkan tidak menyangka jika yang pertama kali merampas kesuciannya adalah serang CEO muda tampan dan kaya raya.
“Dia memang sangat tampan. Tapi kenapa dia mempunyai hobi yang cukup menyeramkan seperti ini. Entah berapa perempuan yang sudah ia kencani seperti malam ini. Huufft! Sepening itu kah menjadi orang kaya yang mempunyai banyak perusahaan sehingga kegilaan ini selalu ia lakukan?” tanya Yasmin di dalam hati kepada dirinya sendiri sembari memandang wajah Brian dengan lekat.
Srek!
Pluk!
“Jangan pergi, sayang! Tinggallah disini untuk lebih lama lagi! sepertinya aku akan kembali membutuhkanmu, honey! Aku benar-benar senang dan nyaman berada di sampingmu,” gumam Brian dengan suara parau tapi terdengar cukup jelas di telinga Yasmin.
Sementara kedua mata Yasmin langsung terbelalak saat tangan Brian kembali merengkuh pinggangnya setelah mengigau yang juga cukup membuat dirinya terkejut. Dan kini tubuh mereka kembali saling berdekatan tanpa satupun sekat yang menghalangi.
“Ehhmm! Oh astaga, kenapa berat sekali! Bagaimana bisa tertidur dalam keadaan seperti ini? Ayolah! Kita sudah melewatinya dan sebentar lagi aku pun akan terbebas dari semua ini. Jadi tolong jangan lakukan ini lagi!” keluh Yasmin di dalam hati sembari berusaha menyingkirkan tangan dan menjauhkan tubuh Brian dari pelukannya.
“Saya sudah memeriksanya dan obat yang ada di dalamnya memang berbeda, non! Saya juga sudah mengkonfirmasi rumah sakit bahwa mereka sama sekali tidak pernah mengeluarkan obat tanpa adanya surat rekomendasi dari pihak yang terkait. Jadi ini di luar dari rumah sakit, non!”Deg!Yasmin langsung terdiam mendengar penjelasan dari dokter. Dia langsung pergi ke rumah sakit tanpa mengurus neneknya setelah mengetahui neneknya telah tiada. Dia ingin mengetahui penyebab kematian Martha yang serba mendadak dan kekhawatirannya selama ini pun terjadi.“Paman! Aku yakin semua ini karena ulah paman!” gerutu Yasmin dengan penuh rasa amarah di dalam hatinya.“Baiklah, dok! Untuk mengetahui semuanya dengan lebih jelas, aku ingin melakukan autopsy!” ujar Yasmin mengambil keputusan sepihak. Sementara setelah pengumuman kematian dari Martha, Hans langsung mengambil Martha dari rumah yassmin untuk mengadakan pelepasan terakhir di rumah megahnya dengan menghadirkan semua kolega-kolega bisnisnya. Tentu saja h
Bugh!Setelah tiba di rumah, Yasmin langsung merebahkan tubuhnya di atas sofa ruang tamu. Dia membuang nafassnya dengan cukup berat setelah satu hari yang cukup melelahkan bagi tubuh dan juga pikirannya. Pertemuan yang kesekian kali denga Brian membuat Yasmin kembali memikirkannya.“Non, nenek memanggil anda!” ujar suster membangunkan lamunan Yasmin.“Huuft! iya, sus! Aku akan segera ke kamar nenek!”Yasmin kembali menarik nafasnya panjang sambil beranjak dari tempat duduknya. Dia berjalan dengan sisa tenaga menuju ke kamar Martha.Ceklek!Perlahan dia membuka pintu kamar neneknya dan masuk tanpa lebih dulu mengetuk pintu. Seperti biasa suasananya cukup hening. Hanya terdengar suara dari monitor yang terus terpasang pada pergelangan tangannya untuk terus memantau kondisi kesehatannya.“Nenek? Apakah kau memanggilku?” ujar Yasmin saat dirinya sudah berada tepat di samping neneknya yang tengah berbaring untuk beristirahat.Dengan sekuat tenaga Martha membuka kedua matanya dan memaksaka
Hari minggu yang cukup berbeda dari biasanya bagi Yasmin. Pagi-pagi sekali dia harus berdandan rapi hanya untuk menemui pria yang sudah dijadwalkan oleh Martha untuk dirinya.“Aiih! Cucu nenek cantik sekali. Semoga berhasil, ya! Ingat! Jalani dengan normal. Nenek tidak ingin jika kau tidak menaruh hormat dengannya. Semua adalah kolega nenek, dan nenek akan memantaunya,” ujar Martha saat Yasmin tiba di kamarnya sebelum pergi.Yasmin membuang nafasnya berat.“Baiklah, nek! Yasmin pergi dulu!”“Semoga berhasil!”Yasmin pergi dengan menggunakan taxi seperti biasanya saat sedang ke kampus. Martha menyiapkan pertemuan mereka pada sebuah restaurant yang cukup berkelas. Padahal, justru selama ini dia akan datang pada restaurant-restaurant tersebut untuk mencari pekerjaan paruh waktu. Namun, saat ini dia yang akan menjadi pengunjung di salah satu restaurant mewah itu.“Permisi, mbak! Reservasi atas nama nyonya Martha?”“Aah, ya! Dengan nona Yasmin?”Yasmin menganggukkan kepalanya lemah sembari
“Yasmin pulang!”Yasmin berteriak saat dirinya sampai di rumah tepat pukul 11 malam. Tempat yang pertama ia tuju adalah kamar Martha. Namun, ketika dia datang menemui neneknya di dalam kamar, hanya keheningan yang terasa.“Nenek! Yasmin pulang! Maaf hari ini Yasmin telat pulang dan tidak memberikan kabar kepada nenek. Ponsel Yasmin lowbet lupa untuk mengisi daya. Sementara Intan tadi lebih dulu mengajak Yasmin untuk pergi makan sebelum pulang, itulah sebabnya dia Yasmin pulang telat,” ujar Yasmin menjelaskan dengan suara pelan karena takut mengganggu istirahat sang nenek. Namun, Yasmin merasa cukup aneh dengan perempuan paruh baya yang tengah terlelap dihadapannya. biasanya Martha akan cepat merespon setiap kali mendengar suaranya. Tapi kali ini tidak. Dia masih dalam posisi yang sama terdiam tanpa bergerak sedikitpun.“Nenek? Kau sudah tertidur pulas, ya?” sambungnya.Martha masih terdiam tanpa berkutik sekalipun Yasmin mulai memegang tangannya dan sedikit menggoyang-goyangkan tubuhn
“Ini gaji kamu hari ini, ya! Aku harap untuk besok kau bisa datang lebih awal lagi jika gajimu ingin bertambah!”Bugh!Yasmin merebahkan tubuhnya sejenak pada tempat duduk di ruang istirahat karyawan pada tempat kerjanya. Dia melihat kearah jarum jam yang sudah menunjukkan hampir tengah malam.“Huuft! Sampai kapan hidupku seperti ini! Kali ini benar-benar terasa sangat melelahkan!” keluh Yasmin sembari memejamkan kedua matanya untuk beberapa menit saja.[“Carilah jodoh secepatnya! Nenek rasa itu akan memudahkanmu untuk menyelesaikan semua yang ingin kau capai. Dia juga akan melindungimu dari pamanmu yang s erakah itu!”]Ucapan Martha kepada dirinya terus terputar di dalam pikiran. Yasmin benar-benar terdesak dengan permintaan sang nenek yang terus-menerus mendesak agar dirinya secepatnya bisa menemukan jodoh. Pasalnya dia sama sekali tidak mempunyai seorang pria untuk saat ini.Yasmin langsung membuka kedua matanya lebar sembari membuang nafasnya berat.“Hufftt! Bagaimana bisa orang s
Yasmin sangat bersyukur bisa kembali pulang bersama dengan neneknya. Dia terlihat mengurus Martha dengan sangat baik sebelum meninggalkan dirinya untuk kembali bekerja.“Sebentar lagi kamu ulang tahun, ya! Memasuki usia 25 tahun. Nenek pikir usia itu sudah matang untuk kamu menikah!”Yasmin langsung menghentikan aktifitasnya terkejut dengan kalimat yang kembali keuar dari ucapan sang nenek. Sudah dua kali dia berbicara tentang jodoh kepada dirinya. Padahal Yasmin pun tidak pernah memikirkan hal itu. Dia benar-benar terus fokus untuk tujuannya.Yasmin menarik nafasnya panjang dan membuangnya perlahan dan melangkahkan kakinya menghampiri sang nenek. Sementara Intan yang masih ada bersama dengan dirinya terus membantu Yasmin untuk membereskan beberaoa barang-barangnya yang baru saja ia bawa dari rumah sakit. Dia pun turut mendengarkan percakapan antara sahabat dengan neneknya.“Nenek! Ayolah! Kenapa nenek bersikeras menginginkan aku agar bisa cepat menikah? Yasmin masih harus menyelesaik