Share

Apa Benar Selingkuh?

Aku menatap wajah mas Bayu dengan sangat lama. Aku benar-benar tidak bisa menahan sakit ini. Aku memilih pergi sambil terus menangis. Aku tidak memperdulikan orang-orang yang melihatku. Aku bagaikan anak kecil yang berlari sambil terus menangis. Seakan ada orang yang sedang mencuri permenku. Ya, suamiku bersama perempuan lain. Hatiku nyaris lebam membiru.

Pak Ujang kaget saat aku berada di dalam mobil dan menutup wajahku sambil berteriak histeris. Namun, pak Ujang memilih diam sambil bergegas meninggalkan area rumah sakit. Selama di perjalanan, pak Ujang mencoba menatapku melalui kaca spion.

“Ada apa Non Bulan?”

Aku terdiam. Lidahku mendadak keluh untuk berucap. Aku memandang keluar jendela dengan tatapan kosong. Bayangan mas Bayu mencium kening perempuan itu seakan jelas terbesit di pikiranku dan membuat air mataku menetes lagi. Aku terluka, benar-benar terluka dengan sikap mas Bayu.

Sesampai di depan rumah, aku bergegas berlari masuk ke dalam kamar. Aku membaringkan tubuhku di kasur. Aku menangis sejadi-jadinya. Aku tidak bisa melakukan apapun. Aku mengambil bantal lalu menutup wajahku dengan benda itu. Aku berteriak, aku memaki diriku sendiri.

Rasa sakit ini sungguh amat dalam, lebih sakit saat mendengarkan mas Bayu mengatakan ingin menikah lagi. Oh Tuhan, mengapa suamiku seperti ini?

Setelah puas menangis, aku mencoba duduk di bibir ranjang sambil memandangi wajahku dari pantulan cermin. Mencoba mencari tahu perempuan yang ada di rumah sakit itu. Apakah dia Zara? Apakah perempuan itu yang akan dinikahi mas Bayu? Tapi mengapa? Siapa dia? Banyak pertanyaan yang terbesit di pikiranku secara tiba-tiba.

Aku mencoba mencari tas mas Bayu. Aku membongkar seluruh isi lemari suamiku. Tidak pernah aku melakukan ini. Aku harus mencari banyak hal. Aku terus membongkar lemari mas Bayu sambil menangis. Hatiku terluka, aku dilanda api cemburu.

Aku sama sekali tidak memperdulikan ponselku yang bergetar. Aku terus membongkar apapun yang ada di lemari mas Bayu. Bola mataku membulat sempurna saat melihat ada tas berwarna hitam berada di lemari sebelah kiri. Lemari yang berisi alat-alat gambar mas Bayu.

Aku segera mengambil barang itu. Aku segera mencari apapun di dalamnya. Aku menemukan satu kamera berisi surat-surat yang diselipkan di setiap kantongnya. Tanganku bergetar hebat saat membaca surat itu.

Ada tulisan mas Bayu dengan beribu kata cinta. Tidak lupa, surat itu menunjuk kepada satu nama. Nama perempuan bernama Zahrani. Perempuan terindah di dalam setiap narasi mas Bayu.

Aku tidak kuasa melanjutkan membaca surat itu. Seluruh hasrat dan gairah mas Bayu bahkan tertuangkan di dalam surat cintanya. Mas Bayu mengatakan ingin bercinta bersamanya bahkan setiap hari. Bercinta dengan perempuan lain yang membuatnya jatuh cinta. Tuhan, aku tidak kuasa melanjutkan membaca surat itu.

Aku beralih ke kamera yang berada di dalam tas. Aku mencoba menghidupkannya. Namun sialnya, baterainya tinggal lima persen. Berarti aku harus cepat memeriksa kamera itu.

Dadaku sakit, aku benar-benar tidak kuat lagi. Namun, aku tidak bisa berhenti. Semuanya harus terbongkar. Semuanya harus jelas dan apa maskud mas Bayu? Air mataku bahkan tidak pernah berhenti mengalir.

Kamera itu perlahan menyala, aku memilih menuju galeri. Pasti banyak hal yang akan aku temukan di dalam sana. Bola mataku terbelalak saat melihat gambar mas Bayu bersama perempuan lain. Aku memperbesar wajah perempuan yang bersama mas Bayu di dalam foto.

Aku tidak pernah melihatnya, namun wajahnya sama sekali tidak asing. Mas Bayu mengengam tangannya dengan erat. Jarak mereka sangat dekat. Aku berusaha kuat untuk melihat foto mas Bayu walaupun hatiku pedih. Aku rasanya seperti mati seketika.

Aku beralih melihat foto yang lain. Air mataku terus mengalir. Kini, aku tidak kuasa melihat foto mas Bayu tidak memakai pakaian. Suamiku itu memeluk perempuan bernama Zara dari belakang. Perempuan itu hanya memakai lingerie seksi. Nyaris telanjang.

Aku berteriak. Aku memangis sejadi-jadinya. Tidak peduli siapa pun yang mendengarkanku. Tuhan, aku benar-benar sakit dan semuanya mendadak gelap seketika. Aku tidak bisa berkata apapun. Semua tampak jelas. Mas Bayu membohongiku! Mas Bayu menghianatiku!

Apa arti kata sayangnya selama ini? Hanya kebohongan, hanya kebohongan saja yang ada. Aku terus menangis. Hingga, suara ketukan bibi Sri mengagetkanku.

“Non Bulan, mau makan siang apa?”

“Non belum makan?” sahutnya dari balik pintu. Aku menyeka air mataku secepat mungkin. Aku menyimpan semua barang itu kembali di tempatnya semula. Aku berjalan dan membuka pintu. Aku mencoba tersenyum meskipun hatiku benar-benar sakit.

“Sediakan makan malam nanti yah!”

“Non Bulan menangis yah?” Bibi Sri menatapku dengan cermat. Aku menggeleng secepat mungkin.

“Tadi kelilipan saat bersih-bersih di dalam, bibi Sri jangan lupa sediakan makanan kesukaan mas Bayu,” ucapku. Setelah itu bibi Sri bergegas ke dapur. Aku belum makan siang, namun aku sama sekali tidak lapar. Rasa sakitku membuatku tidak bisa merasakan apapun saat ini.

Aku duduk di tepi ranjang sambil mengusap wajahku. Aku menunduk ke bawah dan merenungkan banyak hal.

Mengapa? Kata itu selalu terbesit di pikiranku. Apa kurangnya aku? Mengapa mas Bayu tega melakukan itu? Mengapa dia tegas menghianati cintaku?

Aku menarik napas dalam-dalam lalu menghembuskan dengan pelan. Aku berusaha untuk tenang. Aku berusaha untuk tetap tersenyum dan mencoba untuk mencari bukti yang lebih banyak.

***

“Nggak Bulan, kamu pasti paranoid. Mas Bayu tidak mungkin seperti itu!” ucap Yuni melalui sambungan telepon. Aku sedang duduk di atas balkon sambil menelepon sahabatku Yuni. Aku menggelengkan kepala.

“Tidak Yuni, dia selingkuh. Mas Bayu selingkuh!” tegasku. Suaraku sangat berat karena mencoba menahan tangisan.

“Bulan, kau ingat kan kalo mas Bayu cinta mati dan …,”

“Itu semua bohong!” potongku segera. Api cemburu ini sudah membakarku. Aku bahkan nyaris tidak bisa berpikir jernih. Andaikan bunuh diri bukan sebuah dosa, mungkin saja aku sudah melakukannya sekarang. Berada di ketinggian dan melemparkan tubuhku ke bawah agar rasa sakit ini tidak begitu menyedihkan.

Namun, aku berusaha untuk berpikir jernih. Tidak, mas Bayu akan bahagia dan bersama perempuan itu jika aku melakukannya.

“Bulan, kamu tenang dulu!”

“Aku akan mencoba mencari tahu siapa Zahrani itu. Tapi, sepertinya teman kuliah ngak ada tuh namanya Zahrani,” jelas Yuni lagi. Aku semakin kalud. Aku mengacak-acak rambutku frustasi.

“Bulan, jangan menangis lagi!”

“Aku dan kamu akan mencari Zahrani dan kita memperjelas semua ini. Kamu tetap tenang yah, jangan lakukan hal bodoh!” ucap Yuni mencoba menenangkanku. Aku terus menangis melalui sambungan telepon.

Saat pukul lima sore, aku bergegas turun dari atas balkon. Aku berjalan menuju dapur dan melihat bibi Sri sudah menyediakan makan malam kami.

“Non Bulan tidak sakit kan?” 

Aku menggeleng.

“Non Bulan kenapa, tadi kata pak Ujang, Non Bulan menangis,” sambung bibi Sri. Aku terdiam. Aku memilih duduk di depan meja makan sambil memijit pelipisku yang terasa sakit. Seharian menangis membuatku sakit kepala bahkan ingin muntah.

Suara mobil mas Bayu terdengar jelas. Aku bergegas menuju ke depan rumah. Aku menyeka air mataku. Aku berusaha untuk bersikap tenang dan tersenyum. Berpura-pura untuk baik-baik saja disaat hati hancur benar-benar menyedihkan.

“Bulan, apa kamu sakit sayang?” tanya mas Bayu yang kaget melihat wajahku. Rasanya sebutan sayang begitu menjijikan di telingaku saat ini. Aku menggelengkan kepala.

Mas Bayu memelukku lalu mengecup keningku. Bibir yang digunakan untuk menciumku adalah bekas orang lain. Sungguh, sangat pedih memikirkan semua ini.

“Ada apa sayangku? Bulanku? Mengapa wajahmu seperti itu?” tanya mas Bayu. Mukanya terlihat panik tapi aku tahu, dia berkhianat. Aku tahu bahwa dia melukaiku. Ini kebohongannya.

“Ayo cerita sama mas yah!” Dia menuntunku masuk ke dalam rumah. Aku hanya terus terdiam, jika aku berbicara, air mataku akan tumpah dan aku tidak bisa menahan amarah di dadaku.

“Mas sudah bawahkan bunga mawar, pasti kamu suka sayang,” ucapnya. Aku mencoba tersenyum. Senyum palsu yang berusaha aku buat saat ini.

“Setelah ini, mas ingin cerita serius,” ucap mas Bayu sambil mengusap wajahku. Setelah mengatakan hal itu, mas Bayu bergegas masuk ke dalam kamar untuk membersihkan tubuhnya. Aku berjalan menuju dapur dan duduk di meja makan. Menunggunya dan sama sekali tidak berbicara.

“Apa yang akan dikatakannya? Membongkar perselingkuhannya?” batinku.

Bersambung

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
ambil langkah cerau dmsdh laki selingkuh bagi selangkangan
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
matilah kau dg drama tolol mu bulan. punya ootensi kau sia2kan. ngapain kau jadi orang g berguna di rumah. sadar diri nyet. jgn merasa sok2an jadi wanita hebat dan dicintai. klu suami mu selingkuh wajar krn kamu sdh nembossnkan dan g menarik lagi
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status