Angelica menatap Dayton, hangat menyeruak hebat dengan tatapan mereka, tatapan yang tidak biasa. Dengan gagahnya, Dayton menangkup bibir Angelica, dan memagutnya pelan, Angelica pun membalas pagutan itu. Tidak ada lagi yang harus ia takutkan, ia sudah bersama seorang pria yang begitu menghargainya, dan akan menjadikannya istri, hal itu membuat Angelica siap memberikan dirinya pada Dayton.
Pagutan itu berubah menjadi liar, Dayton mengeratkan rengkuhannya di pinggang Angelica. Angelica mengalungkan kedua tangannya ke leher Dayton, dan merasakan nafsu seketika membangkitkan keduanya. Mereka berjalan menuju kamar yang ada dilantai bawah, tanpa melepas pagutannya. Mereka bagai ayam yang saling mematuk, nafsu menguasai keduanya. Dan, satu persatu mereka menanggalkan pakaian, dan membuangnya kesemberangan tempat. Hanya ada mereka berdua, jadi tak perlu takut untuk terlihat. Dayton menindih Angelica, dan menidurkannya di atas ranjang king size, kamar ini bukan kamar Dayton, namun kamar AngAngelica hendak masuk ke apartemen Dayton, namun Arminda menariknya agar menjauh dari kamar. Arminda menggenggam tangan Angelica begitu erat, sehingga perempuan yang merasa lemah, merasakan perih, ketika kuku-kuku kakaknya itu menggenggamnya kuat. “Lepaskan aku!” teriak Angelica, membuat Arminda menghempaskan tangannya dan membuatnya terseret. “Apa yang kau lakukan, Arminda, kau menyakitiku,” lirih Angelica. “Aku sudah mengatakan padamu untuk menjauh dari hidupku. Apa yang kau lakukan di sini? Pergi dan jangan kembali!” tekan Arminda, menggenggam tangan Angelica begitu erat, sehingga sesekali Angelica meringis sakit, namun ia mencoba menahannya. Ia tidak boleh berlaku kasar pada kakaknya, hanya ada mereka di dunia ini, apalagi mengingat sang ayah memberi amanah untuk menjaga kakaknya dan jangan pernah meninggalkannya. “Nak, jaga kakakmu, hanya kamu yang bisa menjaganya, dengan sikapnya yang seperti itu, ia bisa kecewa dan kehilangan segalany
Terakhir kali ia dekat dengan seorang wanita keturunan Spanyol, namanya Elsa Hammers, wanita yang berusia 28 tahun, namun semenjak Elsa pergi, Dayton tidak lagi mengenal wanita lain meski Lucia sering memaksanya bertemu dengan anak gadis temannya. Tak ada satu pun yang Dayton sukai, dan takdir pun membawanya bertemu Angelica, gadis biasa dengan karakter yang hebat, hidup mandiri disaat ia diasingkan oleh kakaknya sendiri, membuat Dayton terdorong untuk menolongnya. Awal pertolongan malah menumbuhkan benih cinta dihati keduanya.“Ahh ….” Dayton begitu menikmati permainan Angelica dibawah sana, dan nafsunya sudah sampai di ubun-ubun, ia menarik Angelica dan bertukar tempat. Kini, ia yang menindih Angelica, yang kini merona dengan sikap spontan Dayton.Setelah puas bercumbu, Dayton memasuki Angelica, yang kini siap untuk dimasuki, junior yang menjulang dan besar itu membuatnya menikmatinya, Angelica mengerang dan mendesah, kamar yang selalu menjadi tempat mereka bercinta kini dihujam
Angelica juga mengenakan Veil. Veil pun memiliki sejarah, Dahulu, di Yunani dan Roma kuno, kerudung berwarna mengaburkan pengantin perempuan dari kepala sampai kaki dan dimaksudkan untuk mengusir roh jahat. Selain menangkal roh dan menegaskan keunikan, penutup kepala ini ternyata sudah digunakan di berbagai daerah untuk menyembunyikan wajah pengantin perempuan sehingga pengantin lelaki nggak akan mengubah pikirannya sebelum pernikahan. Alasan lainnya yakni sebagai penutup kecantikan pengantin perempuan sehingga lelaki lain nggak akan terpikat pengantin pengantin dan membatalkan pernikahan. Setiap apa yang Angelica kenakan saat ini, memang memiliki sejarah yang benar-benar menarik ketika menyimaknya. Pernikahan Angelica memang memiliki sisi keunikan didalamnya, semua dipersiapkan dengan baik oleh Alice dan Lucia, juga beberapa WO, yang dipercayakan Lucia untuk mengurusnya. Pernikahannya juga akan di iringi Bridesmaid. Dulu, adanya pengiring pengantin dimaksudkan untuk menemani calon
Hyde Park atau Taman Hyde adalah salah satu taman terbesar yang berada di pusat kota London. Taman ini didirikan pada tahun 1637 dan mempunyai luas sebesar 142 hektar.Taman ini mempunyai lebih dari 4000 pohon, sebuah danau besar, padang rumput, serta berbagai bunga hias yang sangat indah. Selain itu, salah tempat wisata terbaik di London ini para pengunjung dapat berenang, bermain skateboard, dan bersepeda.Kemudian, taman ini juga mempunyai restoran tepi danau yang menghidangkan berbagai macam makanan. Tentu saja sangat cocok untuk para wisatawan termaksud para pengantin baru yang menjajaki setiap tempat.“Aku suka tempat ini,” lirih Angelica. “Dulu … sewaktu ayah dan ibuku masih hidup, aku selalu di ajak kemari untuk jalan-jalan, sudah sangat lama, aku tak ke sini.”Dayton menatap sang istri penuh haru, sungguh berat ujian Angelica selama ini, hal yang ia kagumi dari sosok wanita yang kini sudah menjadi istrinya, adalah Angelica yang tidak pernah mengeluh akan hidup yang suli
Arminda tengah merokok, sesekali tertawa sinis menatap foto pernikahan Angelica dan Dayton. Seharusnya ia yang ada di foto itu, bukan Angelica. Selalu saja merebut apa yang ia inginkan. Bukan Angelica yang harus menyandang marga Smith, namun dirinya, itu sudah tertulis pada keinginan mendiang ayah dan ibunya.Bagi Arminda, sikap Angelica persis seperti ibunya yang merebut apa yang bukan miliknya, dan hal itu benar-benar membuat kebencian Arminda memuncak.“Aku pastikan kau akan mati, Angelica,” gumam Arminda.“Kau sudah membuatku menderita, giliranku membuatmu menderita, beraninya kau mengambil posisiku, dan menjadi Nyonya Dayton Smith, itu tidak akan pernah aku terima,” gumam Arminda, seraya menyunggingkan senyum bak iblis yang siap menerkam semua orang.“Apa yang kau lakukan di sini?” tanya sebuah suara seorang pria, siapa lagi jika bukan Axen.“Tentu saja aku di sini, bukannya ini tempatku tinggal sekarang?” tanya Arminda, balik.“Aku tahu. Tapi, bukannya kau harusnya beker
Lift membawa mereka ke lantai bawah, setelah lift terbuka, Dayton dan Angelica berjalan menuju ruang makan, dimana sudah ada Lucia dan Alice yang tengah menunggu dan belum mulai makan malam. “Kalian belum makan malam? Mengapa menunggu kami?” tanya Dayton. Lalu menyeret kursi dan membiarkan istrinya untuk duduk. “Kami menunggumu selesai bercinta,” jawab Alice. “Alice,” kata Lucia, membuat Alice terkekeh pelan. “Iya, Mommy sayang, aku hanya menggoda mereka,” jawab Alice. “Selalu saja menggoda kami.” Dayton menggelengkan kepala, lalu duduk disamping istrinya. “Angelica memang sangat susah dibangunkan, aku membangunkannya sampai lumutan.” “Jadi, kau tak ikhlas membangunkanku?” tanya Angelica. “Aku ikhlas, Sayangku. Aku hanya menjawab pertanyaan Alice,” jawab Dayton. “Aku ‘kan tidak bertanya,” kekeh Alice. “Namun, aku tahu matamu itu memang memberikan pertanyaan itu. ka
“Jadi … kau sudah menyuruh anak buahmu menculik perempuan sialan itu?” tanya Arminda, dengan wajah sumringah.“Ya. Apa kau puas sekarang?”“Aku tidak akan puas jika kau hanya menculiknya, aku ingin kau membunuhnya,” jawab Arminda.“Kau sungguh tidak punya hati, Arminda, dia adikmu, dan kau setega itu mau membunuhnya?”“Dia bukan adikku, jadi tolong untuk tidak mengatakan hal itu, Axen, kau sudah tahu aku, bukan? Aku bukan saudaranya, jadi bunuh saja dia untukku,” kata Arminda, seraya berjalan melihat ke arah jendela.“Sebenarnya aku tidak ingin melakukan ini, namun aku seorang pria yang menjaga ucapannya, jadi ku lakukan ini, karena kau sudah membayarku dengan tubuhmu yang kotor itu,” kata Axen, menunjuk Arminda dengan tegas, meski Axen tak bersikap baik padanya, dan selalu menghinanya, namun Arminda hanya memiliki Axen saat ini.“Syukurlah. Jika kau menjaga ucapanmu. Buat apa kau menyukai perempuan seperti itu? Dia tidak secantik kelihatannya.” Arminda menyunggingkan senyum s
“Ahh … Ahh … jangan terus menyiksaku, Axen,” lirih Arminda, ketika Axen memasukkan kedua jarinya ke dalam lembah kewanitaan Arminda, membuat Arminda merasa akan kehilangan keseimbangan ketika Axen melakukan hubungan terlarang dengannya.“Kau suka, ‘kan? Jangan MUNAFIK!” bentak Axen, semakin berkutat didalam sana, membuat desahan digedung terdengar. Axen memang suka akan permainan Arminda, namun tak berniat memakai Arminda selama mungkin.“Ahh … hemmpp.” Arminda menggelepar tidak tahu malu, ketika ia mencapai puncaknya.Axen merasa menang. Ketika melihat Arminda menggelepar bagai jalang didepannya, meski Arminda memang jalang, namun terlihat sangat menarik ketika Arminda merasakan ujung kenikmatan yang menghantarkannya kepada pelepasan yang benar-benar membuatnya gila.Ketika sudah siap, Axen memasuki Arminda dan bergerak begitu intens, terlihat dua siluet manusia yang tengah beradu dan bergerak serirama, karena kamar gudang ini hanya ada temaram lampur kamar yang begitu remang.