Share

Perfect Love For My Lecturer
Perfect Love For My Lecturer
Author: Skyworld 04

Bab 1 - Bad Burning

Happy Reading Semuanya!

REVISI!

Tangannya meremas pelan kertas yang menjadi tugas mandirinya untuk mata kuliah Geofisika, tidak mata kuliah ataupun dosennya membuatnya murka setengah mampus. Sudah dua kali dokumen laporan tugasnya diberi tanda revisi padahal sudah ia revisi jutaan kali sesuai dengan kemauan dosen tersebut.

Pepatah memang benar, jika seseorang tidak akan pernah puas.

“Sialan tuh dosen! Gue sudah melakukan revisi jutaan kali, sudah pakai jurnal luar juga! Sekarang masih tetap saja salah, susah banget dapet nilai A di kelas dia tuh!” maki Eva sembari membanting dokumen di tangannya ke atas meja kantin.

“Wih! Sekarang tintanya sudah berubah jadi tinta merah bukan tinta hitam lagi! Pantes punya dendam kesumat.” gelak tawa terdengar memenuhi kantin membuat Eva mempoutkan bibirnya.

“Gue sumpahin dia punya jodoh kaya nenek lampir biar sepaket!” maki Eva membuat rekannya hanya mengacak rambutnya pelan.

“Awas yang ada malah jodoh sama dia, dari awal saling sindir berujung jadi lope-lope.” 

Gadis cantik itu tampak membuat sikap seolah ingin memuntahkan sesuatu, ia merasa geli dan jijik mendengar perkatan dari temannya barusan.

“Idih! amit-amit jabang bayi! Gue punya suami kaya dia yang ada hipertensi! enggak ada romantisnya sama sekali. Lagian gue juga sudah pacar dan kita bakalan tunangan,” sahut Eva sembari memikirkan hal bodoh seperti bertunangan dengan kekasih tampannya.

“Kita jadi ke klub malam?” tanya Ratu

“Lo ngajak gue? Astaga anak gemilang seperti gue di ajak ke tempat yang kaya begitu? Gila lo pada! Lo mau gue di samurai sama ayah gue? No… thank you baby,” Ratu tampak menoyor kepala Eva yang ada di sebelahnya itu.

“Siapa juga yang mau ajak lo! Gue juga sayang sama nyawa gue, gue tanya yang lain!” sela Ratu membuat Eva tampak mempoutkan bibirnya.

Pandangan mereka tampak fokus pada televisi di depan mereka sekarang ini, tidak hanya mereka tetapi semua mata terfokus pada penyampaian berita yang saat ini menjadi trending pertama di sosial media.

‘Polisi telah meringkus sebuah tempat pada malam hari tadi di gunakan untuk pesta BAD BURNING, mereka sangat cepat sekali dalam persoalan berpindah dan begitu menakutkan. Para orangtua dan pihak kampus saat ini begitu was-was karena takut jika ini berpindah ke mahasiswa mereka…’

“Bad Burning?” ulang Eva

“Ya… yang gue dengar dari anak Univ lain. Bad Burning semacam penjualan perempuan ke lelaki hidung belang, jadi budak ‘begitu’ you know apa yang gue maksud, kan? Dan katanya di tempat itu juga menjadi tempat pesta narkoba terbesar. Yang ajaibnya, lokasi mereka berpindah-pindah alias enggak menetap, jadi para kepolisian enggak bisa meringkus 100 persen.” Penjelasan dari Ratu membuat Eva kini sibuk meminum es kopi di depannya.

“Tapi itu berlaku di luar ibu kota, kan? Disini terlalu terbuka,” ucap Eva.

Teman-temannya itu tampak menggeleng, “Kalau itu enggak pasti, kalau dilihat dari lokasi awal… pertama dia di Surabaya, menjalar ke Medan, kemudian ke Sumedang, dan sekarang ke Solo. Pihak kepolisian jadi enggak tahu harus bagaimana, mereka sangat jenius dan rapih. Bisa saja, kalau Bad Burning diadakan di Jakarta. Kita enggak tahu tempat seperti apa yang dijadikan tempat seperti itu,” sahut Deon sambari mengusap kepala Eva.

Eva tampak menyandarkan kepalanya pada lengan kekasihnya itu, ia dengan Deon memang amat sangat berbanding jauh. Keluarganya yang begitu perhatian tidak mengizinkannya pergi jauh dengan alasan tidak ada mereka di sisinya, memang benar. Orangtuanya adalah tipe orang strict parents dan itu susah diubah.

“Kamu yakin nanti enggak mau ikut?” tanya Deon

“Kamu mau aku kena samurai sama Papa aku?” 

“Kamu bisa beralasan ada kerja kelompok,” sahut Deon

“Alasan klasik,” 

Deon tampak berpikir sebentar, ia sebenarnya sangat ingin mengajak kekasihnya untuk bersenang-senang bersama seperti rekan lainnya. Tetapi orang tua Eva amat sangat berbeda dari orang tua pada umumnya.

“Jenguk teman yang sakit?” 

“Siapa yang dijadikan alasan? Orang tua aku itu serba tahu semuanya,” ungkap Eva sembari menghela napas kasar.

Ratu dan Fani tampak berpikir keras.

“Oh! Gue tahu! Gimana kalau lo bilang sama ortu lo… kalau lo masih harus cari referensi jurnal sama Deon. Ortu lo kan percaya sama Deon terkait sama tugas Kampus, lagian mereka tahu kalau lo langganan revisi dan butuh Deon buat bantu selesaikan tugas lo. Meskipun lo pasti mengerjakan tugasnya nanti pas mepet deadline,” Deon tampak tersenyum mendengar perkataan dari perkatan Ratu barusan.

Tumben sekali otaknya bisa digunakan.

“Kamu mau sayang?” tanya Deon

Eva tampak terdiam, memang benar juga. Ia bisa menggunakan alasan itu untuk bisa ikut dengan teman serta kekasihnya. Bermian di club malam meskipun hanya sekedar meminum cola, ia pasti tidak akan melakukan hal buruk. 

Ini masa mudanya, sudah seharusnya ia melakukan hal dengan darah mudanya termasuk ke tempat yang seperti ini.

“Kalau gue ikut… enggak mungkin pakai pakaian begini, kan?” tanya Eva sembari melihat pakaiannya yang mengguanakan celanan jeans dengan blouse berwana biru langit yang memenuhi penampilannya saat ini.

“Tenang saja, gue punya gaun buat lo.”

Pandangannya berdalih pada lelaki yang menjadi dosennya tampak menatapnya datar, Eva yang ditatap seperti itu tidak kalah jauh membalas hal yang sama. Ia harap lelaki itu tidak lupa jika ia masih memiliki dendam kesumat pada dosen tampan serta muda di kampusnya itu. 

“Kamu lihat apa?” tanya Deon

“Pak Geo makin kesini makin nyebelin enggak sih?!” keluh Eva

“Enggak! Bagi gue dia tampan dan masih rupawan. Gue berharap dia jadi calon imam gue.” 

Eva hanya bergidik ngeri, ia tidak menyukai dosen menyebalkan itu karena tugasnya yang terus menerus di revisi. Bulu romanya saja berdiri kembali mengingat kejadian beberapa waktu lalu.

“Hih! Gue jadi merinding. Sudah! Gue mau ke toilet dulu,” 

Langkah Eva berjalan menuju pintu toilet yang tidak jauh dari posisi mereka saat ini, ia akan meluangkan waktunya untuk kekasihnya. Eva menjadi tidak sabar untuk pergi ke tempat itu, menggunakan pakaian kekurangan bahan dan memesan mojito meskipun sepertinya ia hanya akan membeli orange juice.

“Apa kamu mempercayai teman-teman kamu? Kamu yakin mereka enggak akan menjerumuskan kamu ke kedalam neraka kehancuran?”  Eva mendongak memperhatikan dosen tampan dan muda di kampusnya tampak berdiri memandangnya dalam.

“Bapak kaya jelangkung, ya? Apa urusan Bapak sama saya? Saya berhak berteman dengan siapapun dan enggak seperti Bapak yang begitu pilih-pilih teman sampai pada akhirnya Bapak tetap sendirian.”

“Apa kamu menyindir saya? Kamu enggak harus percaya sama orang lain, bagaimana jika mereka menusuk kamu dari belakang? Kamu enggak tahu mereka seperti apa sebenarnya,” ungkap Geo sembari bersedekap.

Eva risih. Tatapannya berubah nyalang, ia tidak suka diatur. Apalagi yang mengatur kehidupannya adalah dosennya sendiri. Ia sangat tidak suka.

“Bapak tahu apa? Jangan sok tahu! Saya sama Deon sudah pacaran hampir dua tahun dan saya berteman sama mereka sudah dari SMA, saya kenal sama mereka dengan baik.Orang tua saya juga tahu, Bapak enggak usah ikut campur sama masalah kami. Urusi urusan Bapak saja sendiri!”

Geo hanya menatap datar punggung perempuan di depannya itu.

“Setidaknya saya sudah memperingatkan kamu, keputusan ada di tangan kamu. Bahkan satu orang saja bisa menghancurkan harapan dan mimpi indah kamu. Saat ini kamu belum mengerti mereka sepenuhnya, seiring berjalannya waktu saya yakin kamu paham,” 

Eva memperhatikan punggung tegap milik dosennya kini tampak menjauh dari dirinya saat ini, entah apa yang dikatakan oleh dosen nya.

Sangat aneh dan sukar dipahami.

To be continued…

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status