Share

Chapter 1

Dari jauh suara beberapa pria terdengar di salah satu perkebunan di wilayah inggris, suara tersebut dari karyawan Keluarga Nicole. Ladang luas dan lapang tersebut berisikan perkebunan dan ini adalah ladang kepemilikan Charles Nicole dan juga keluarga turun temurun Keluarga Nicole sebagai keturunan dari keluarga pembisnis, Nasha Nicole tersenyum dengan memetik beberapa buah, "Sepertinya aku tidak akan lama berada di sini, karena aku selalu memikirkan Kate anak perempuanku. Anak itu masih saja memikirkan William, walaupun mereka sudah berpisah tapi tetap saja Kate selalu memikirkan William dan aku harus bagaimana sebagai ibunya," ucap Nasha dengan agak sedikit mengeluarkan kesah dan pikirannya memikirkan Kate. Seketika pikirannya mengingat Kate putrinya yang selalu menangis dengan melihat foto kebersamaan Kate bersama William. Nasha pun kini menunduk lalu manik mata tersebut memperhatikan layar ponselnya ketika asistant kepercayaan Charles Nicole mengirimkan foto Kate yang menangis melihat foto kebersamaannya bersama William di ruangan kamarnya setelah Kate berbincang bersama Charles Nicole ayahnya. Sesekali Nasha mengusap kelopak matanya disana dan itu membuat Nasha kembali bersedih karena ia terus saja memikirkan putrinya kembali.

Philip memperhatikan Nasha yang terlihat tak seperti biasanya, melihat menantunya yang agak sesekali terdiam dan juga sesekali menjawab beberapa pertanyaan dari beberapa karyawan Keluarga Nicole. Tanpa berpikir panjang, Philip Nicole berjalan menghampiri menantunya Nasha. Tak biasanya Nasha ke Inggris datang seorang diri, terlebih ia sangat manja kepada Charles yang selama ini selalu setia berada di sisi Nasha kemanapun Charles bepergian.

"Tidak apa-apa, kembalilah tidak perlu menunggu hingga seminggu. Ayah bisa menggantikanmu melihat perkebunan ini, Kate pasti membutuhkanmu. Ayah tahu jika kau memikirkan Charles dan mengkhawatirkan Kate," suara Philip kini terdengar disana dengan suara pelan dan halus, Philip sang ayah mertua Nasha, ayah kandung Charles Nicole. Philip Nicole. Philip mengambil salah satu buah dengan memetiknya lewat tangan kirinya, tangan miliknya dengan kulit yang sudah mengeriput dan usianya yang sudah renta tersebut, wajahnya tersenyum dengan mengajak Nasha tersenyum ketika berada di sisinya. Sebagai seorang kepala keluarga, Philip memang sangat menyayangi keluarga dan juga anak-anaknya. Ia sangat menyukai anak-anak terlebih ketika Philip melihat banyak anak-anak ceria ketika berada di sisi sekitarnya.

Nasha mendengarkan dan menuruti perkataan ayah mertuanya, walaupun ia tak membawa Kate dan juga suaminya Charles dalam waktu seminggu ke Inggris tetap saja ia memikirkan putrinya dan suaminya dari jarak jauh. "Maafkan aku ayah, aku memikirkan Kate, biasanya ia selalu ikut kesini tapi ia memiliki beberapa aktifitas jadi aku berbicara kepada Charles untuk menemani Kate," ucap Nasha dengan sesekali matanya melirik ke ayah mertuanya. Ada perasaan tak enak disana karena seharusnya Nasha berada di Inggris selama seminggu, ayah kandung Charles mendekati Nasha dengan tersenyum, ia melepas topinya dengan suara tertawa pelan melihat Nasha yang selalu memiliki perasaan sungkan dan juga perasaan malu.

Angin-angin perkebunan kali ini menyentuh beberapa batang pohon dengan memperlihatkan wajah teduh yang Nasha kenali. Wajah ayah mertuanya Philip begitu teduh sehingga membuat perasaan Nasha tenang dan juga merasa nyaman seperti ayah kandungnya sendiri.

"Aku pun merindukan Kate, justru aku bingung kenapa kau tidak membawa Charles dan Kate kemari, ketika mendengarnya aku memahaminya," jawab ayah mertua Nasha dengan pandangan mata yang melihat langit-langit saat ini. Langit di atas mansion begitu cerah dengan ladang perkebunan milik Keluarga Nicole yang tumbuh subur dan juga luas. Beberapa karyawan memetik buah tersebut untuk nantinya di olah menjadi minuman atau makanan, Nasha duduk dibawah pohon dengan melepas topi dan menuangkan minuman jus buah hasil perkebunan untuk ayah mertuanya.

"Charles dan Kate pasti kembali ke Inggris, kami pasti secepatnya ke inggris lagi. Ayah jangan khawatir," jawab Nasha berbarengan dengan suara seruput dari bibir kecil berikut suara jus buah mangga yang tertuang di gelas kaca. Tangan kiri Nasha menuangkan jus buah mangga untuk dirinya dan juga ayah mertuanya kini setelah ia meletakkan cangkir miliknya, sesekali lirikan mata Nasha melihat wajah ayah mertuanya yang memandangi perkebunan. Rasa kagum Nasha tak teralihkan dengan usaha kerja keras dari Keluarga Nicole, sehingga suaminya menuruni sifat dari ayah mertuanya tersebut.

Beberapa karyawan mendatangi ayah mertua Nasha yang kini duduk disebelah Nasha, mereka melaporkan beberapa kondisi perkebunan untuk di lihat oleh Tuan Philip Nicole, "Nasha, sudah hampir sore. Kau bisa kembali ke mansion, kau sudah baik menjadi istri dan juga seorang ibu, jangan khawatir soal Kate, kau tahu tidak Nasha, ayah sangat bahagia melihat Charles selalu membahagiakan keluarganya," ucap Philip dengan suara teduhnya, ayah mertuanya sudah seperti ayah kandung bagi Nasha sehingga apa yang diucapkan Philip, Nasha pun kembali tenang bahkan senyuman tersebut seketika kembali terlihat dengan rasa terimakasihnya atas ucapan ayah mertuanya itu.

Nasha masih memperhatikan ayah mertuanya dengan melihat ayah mertuanya memakai topi dengan berjalan bersama beberapa karyawan dari belakang, angin-angin di sekitar ladang perkebunan milik Keluarga Nicole masih menyapu rambut panjang cokelat lurus tersebut rambut bergelombang yang dimiliki Nasha, bola mata berwarna hijau layaknya batuan emerald. Bibir tipisnya begitu bersemi layaknya keindahan bunga camilla, Nasha memakai topi di puncak kepalanya seketika rambutnya terlihat tenang setelah topi itu berada di puncak kepalanya, Nasha yang kini beranjak merapikan dress yang ia kenakan. Ia meletakkan beberapa gelas dan teko untuk ayah mertuanya dengan menaruhnya di meja. Nasha pun berjalan menuju mansion setelah ia menemui Philip sang ayah mertua, beberapa saat ada dua orang pelayan yang menemui Nasha dengan memberikan payung disana, melewati perkebunan dengan sinar matahari Nasha berjalan memasuki mansion lebih dalam.

Tuan Philip Nicole melirik ke arah menantunya yang kini berjalan menuju mansion, dengan wajah tersenyum ia kembali berbicara kepada karyawannya. 'Putraku selalu memanjakan keluarganya, aku bangga kepada Charles,' ucapnya dengan membatin. Sesekali ia melirik ke arah jam tangan di pergelangan tangannya, ia berjanji untuk makan malam bersama istri tercintanya Elisa, Philip tersenyum sesekali dengan melepaskan lelahnya disana. Baginya keluarganya adalah segalanya, melihat Elisa yang selalu tersenyum bahagia adalah impiannya untuk menikahinya. Terlebih melihat putranya yang kini membahagiakan putrinya dan juga istrinya, pikiran Philip memikirkan Charles. Charles pasti khawatir memikirkan Kate seperti dirinya yang melihat Nasha mengusap air matanya dari kelopak matanya. Philip sangat tahu Nasha sangat mencintai Charles dan juga menyayangi Kate.

Nasha memasuki mansion dengan senyuman Elisa yang menyambut hangat menantunya tersebut, ia memperhatikan ibunya yang saat ini merajut sweater untuk ayah mertuanya, "Rajutannya bagus ibu, ayah pasti menyukainya," ucap Nasha dengan melihat ke arah Elisa. Senyuman Elisa terlihat dengan menghentikan rajutannya disana, pernikahannya bersama Philip hampir tidak pernah ada pertengkaran. Bahkan hingga Charles menikah, rasa cinta Elisa dan juga Philip selalu saja bersemi.

"Kau selalu memuji ibu, apa kau yakin ingin kembali ke California? ibu harap kalian bisa kembali ke Inggris secepatnya, ibu merindukan Charles dan juga Kate," ucap Elisa dengan menyentuh rambut Nasha dengan gerakan lembut bahkan ketika kerinduannya kembali setelah melihat wajah cantik Nasha.

Nasha tak bergeming dengan pertanyaan dari ibu mertuanya, seperti apa yang di katakan ayah mertuanya bahwa ia merindukan Charles dan juga Kate, "Kami pasti kembali ke Inggris, ibu jangan khawatir. Aku akan berbicara kepada suamiku," jawab Nasha dengan menjawab ibunya dengan nada rendah dan halus.

"Kau baru pulang dari perkebunan, pasti membutuhkan istirahat sejenak. Pergilah ke kamarmu, hari semakin gelap. Makan malam dulu bersama kami," ucap Elisa dengan meminta Nasha untuk makan malam bersama dengan mereka sebelum ia kembali ke California bertemu dengan Charles dan juga Kate.

Nasha menunduk dengan mengatakan iya kepada ibu mertuanya, tak lama ia meminta izin kepada ibu mertuanya untuk menuju kamarnya, membersihkan diri setelah seharian berada di perkebunan buah.

Ruangan keluarga dengan interior bernuansa Eropa sangat terlihat jelas di kediaman keluarga nicole, Elisa memperhatikan Nasha dari tempat duduknya, masih dengan memegang sweater yang sudah hampir selesai, Elisa melanjutkan kembali dengan menggerakan tangannya, jarinya begitu piawai dengan mendesign sweater untuk suaminya. ia tahu bahwa Nasha memikirkan Kate, bagaimanapun perasaan seorang ibu tidak pernah salah. Terlebih setelah Philip menceritakannya kepada Elisa akan Kate, "Aku berdoa semoga Kate dan William berjodoh," jawab Elisa dengan suara halusnya dan kedua tangannya begitu lihai merajut sweater untuk suami tercintanya, Philip.

Tak lama Elisa beranjak dari sofa ruang keluarga menuju ruangan kamarnya, beberapa asistant kepercayaan Keluarga Nicole menemaninya menuju ruang kamar. "Nyonya Elisa, makan malam bersama Tuan Philip akan di siapkan, apa Nyonya Elisa ingin memesan menu makanan?" tanya seseorang pelayan disana dengan melihat Elisa.

"Seperti biasa, jangan lupa siapkan menu makanan kesukaan suamiku, aku mempercayakan semuanya kepada kalian. Masih ada beberapa jam lagi, aku ingin beristirahat sebentar setelah menyelesaikan sweater ini," jawab Elisa dengan tersenyum kepada seorang pelayan yang kini berada di dekatnya.

pelayan tersebut tersenyum dengan mengangguk, tak lama dirinya izin untuk keluar ruangan dan menutup pintu kamar dengan pelan. Elisa melipat sweater rajutannya untuk suami tercintanya Philip dan ia pun meletakannya di atas nakas, ia tersenyum dengan menaruh beberapa benang wol yang berada di genggamannya di rak lemari dekat ranjang.

Rasa kantuknya terlihat dengan Elisa duduk bersandar di tepian ranjang, kedua matanya mengantuk untuk beristirahat.

Denting jam terdengar di ruang utama mansion, jam dengan design klasik era 90'an terlihat dengan menunjukkan jam 18.30 waktu Inggris. Philip melepas topinya dengan melihat ke arah jam yang sudah memasuki jam makan malam. Sudah ada janji bersama istri tercintanya yang di jadwalkan malam ini. Langkah kaki Philip menaiki tangga dengan memegang topi, tubuh kekarnya masih terlihat walaupun ia sudah berusia, ia tahu pasti istrinya menyelesaikan rajutan sweater hari ini.

Dengan perlahan Philip memasuki ruang kamar dengan membuka pintu perlahan, sudah ada istrinya yang saat ini beristirahat karena menunggunya. "Kau pasti menungguku seharian," ucapnya dengan nada pelan, Philip tentu saja tak ingin membangunkan istrinya. Tangannya mengambil selimut untuk membuat Elisa tetap hangat.

Tak lama kedua mata Elisa terbuka dengan melihat suaminya yang kini sudah pulang dari perkebunan, dengan mata berkaca-kaca Elisa beranjak dari tempat tidur. "Sayang, kau sudah pulang dari perkebunan," ucapnya dengan berjalan mendekati Philip.

Philip tersenyum dengan memegang sweater buatan tangan istrinya yang kini berada di genggamannya, "Aku akan memakainya malam ini, buatanmu selalu bagus dan aku menyukainya."

Elisa merona dengan wajah malu ketika mendengar suaminya berbicara dan menyanjungnya. Tak lama Philip menaruh sweater tersebut dan berbalik ke arah Elisa. Ia melihat wajah Elisa yang baru bangun dari tidurnya, wajah itu selalu cantik walaupun sudah berusia.

"Kemarilah, duduk didekatku. Aku akan memeriksa tanganmu, apakah tanganmu ada yang terluka setelah kau merajut sweater itu untukku," ucap Philip dengan mengkhawatirkan istrinya. Ia menggenggam tangan Elisa dengan membawanya duduk di sofa, membuka kedua telapak tangan Elisa dan memeriksanya.

"Tidak ada luka apapun, justru seharusnya kau bersiap karena kita akan makan malam. Kau baru saja pulang dari perkebunan, aku mengajak Nasha untuk makan malam bersama," jawab Elisa dengan melihat Philip yang masih memeriksa telapak tangan Elisa.

Philip mendengar ucapan istrinya yang kini menyuruhnya bersiap untuk makan malam, ia memandangi wajah Elisa dengan melihat kedua bola mata berwarna birunya disana, senyumannya terlihat bahagia dengan menatap wajah Elisa, "Elisa, aku selalu mencintaimu. Jika suatu hari aku pergi kumohon kau jangan menangis, aku sangat mencintaimu. Aku menikahimu untuk selalu melihatmu tersenyum bahagia, terimakasih karena kau selalu menemaniku hingga di usiaku ini. Kau istri terbaik yang kumiliki, sweater buatanmu akan kupakai malam ini. Buatanmu sangat bagus, aku menyukainya. Aku selalu mencintaimu, Elisa," Philip mengusap pipi kanan Elisa dengan lembut, sentuhan tangan suaminya tentu saja membuat Elisa tertegun, sesaat Elisa menatap Philip. Tatapan mata itu tak pernah salah, tatapan mata yang selalu Philip kenali. Philip sangat mencintai Elisa hingga saat ini pun rasa cinta Philip terhadap Elisa dan keluarganya tak pernah memudar.

"Bersiaplah untuk makan malam, kau baru saja pulang dari perkebunan. Kau harus menceritakan seharian ini sebelum memasuki ruang kerja, aku tahu kau pasti semalaman akan membaca buku," jawab Elisa dengan menggoda suaminya, ia menepuk pelan lengan Philip untuk menyeru suaminya Philip membersihkan diri setelah bekerja seharian.

Anggukan dari Philip terlihat dengan Philip beranjak dari sofa, Elisa memegang tangan kiri suaminya saat ini, "Aku selalu mencintaimu juga, suamiku. Terimakasih selalu bersamaku selama ini," jawab Elisa dengan tersenyum membalas ucapan Philip. Philip tersenyum dengan meninggalkan Elisa yang kini duduk di sofa.

Elisa beranjak dari tempat duduknya menuju ruang pakaian, menyiapkan pakaian untuk suaminya, dengan membuka salah satu rak lemari dirinya mengambil setelan jas disana. Ia menatap dengan menyentuh lembut setelan jas tersebut, mendengar ucapan Philip ia pun kembali tersenyum.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status