Share

Perfect Mate
Perfect Mate
Penulis: Cynthia Arcera

Prolog

“Jika kalian mengenal cinta. Kalian akan menemukan banyak keajaiban,” – Perfect Mate.

Markas Besar Militer California U.S.A

pukul 10.00 pagi.

Dorr... dorr...

suara tembakan terdengar beberapa kali ketika Delon berhasil membiarkan peluru senapan yang berada di genggamannya terkena papan latihan. Hari ini adalah hari latihan dirinya menembak di kediaman markas besar militer California.

Zack hanya tersenyum sesekali melihat kakaknya ketika ia sedang memegang senapan dengan peluru yang siap melesat ke papan target berwarna merah dan berbentuk bulat di jarak sepuluh meter, ia kini hanya mampu menembakkan tiga peluru dari lima puluh peluru yang ia tembakkan hari ini dengan jarak sepuluh meter lalu gerakan manik mata miliknya melihat ke arah Delon kembali.

"Seperti apa kataku, jika kau kalah kau harus memberikan botol minuman yang kau beli dari Mexico itu," ucap Zack dengan dingin dan senyumnya yang menyeringai. Lirikan sinis dari Delon terlihat ketika tangan Zack menarik kembali pelatuk senapan yang berada di genggamannya dan dalam kurun waktu tiga puluh menit ia berhasil mengeluarkan tiga puluh peluru dari jarak sepuluh meter tersebut. Suara itu terdengar keras bahkan ketika Delon memperhatikan adiknya dengan manik mata dinginnya.

"Permainanku selalu lebih baik darimu kan?" Nada suara tersebut seketika membuat seorang Delon kembali tersenyum smirk lalu ia menggertak giginya dengan tersenyum sinis ke manik mata adiknya itu. Putra pertama dari keluarga terkaya di California itu terlihat menyungging sesekali melirik Zack ketika kedua jarinya usai melepas senapan tipe M82 dengan kaliber .50 BMG ukuran 12.7 milimeter. Delon kini menunggu adiknya itu dengan sama-sama menghentikan gerakan tangan kanannya yang sedang latihan menembak bahkan ketika pistol MAG4 dan peluru 62 KAL.9MM ia letakkan di tempatnya. Pistol tersebut sengaja ia beli dari Indonesia untuk penjagaan khusus dirinya bahkan ketika ia sedang melakukan pertemuan bisnis untuk pengamanan pribadi.

Delon hanya menghempiskan napasnya sekilas lalu ia tersenyum sesekali dengan melengos melirik adiknya tersebut, "Setelah ini aku akan ke perbatasan Meksiko, aku akan membangun kota di Meksiko. ayah pasti setuju dengan keinginanku ini." ucapan tersebut kini terdengar seperti sebuah lelucon lucu terlebih dengan keinginannya yang mustahil akan terwujud. Delon pun kini merapikan senjata pribadi yang ia genggam bahkan ketika senjata yang ia genggam itu dibuat khusus dengan satu kali tembakan peluru mematikan. Ia pun kini berjalan di ujung ruangan terbuka tersebut bahkan ketika ruangan itu masih memperlihatkan Zack yang sedang merapikan senapan miliknya dengan menaruh senapan didalam sebuah kotak khusus milik markas besar militer California Amerika Serikat.

Beberapa team militer yang berada di sekitar mereka pun ikut membantu meletakkan senjata yang kini mereka letakkan di kotak khusus bahkan ketika Delon meletakkan senjata pribadi di kotak khusus miliknya tersebut. Zack pun kini mengambil jaket miliknya yang berbahan kulit yang berada di atas meja dekat ransel miliknya berwarna cokelat lalu ia kenakan dengan memperlihatkan tubuhnya yang tegap dan juga berotot tersebut.

"Apa aku boleh ikut ke Meksiko? Hanya ikut denganku sebentar saja tidak masalah, kan! Sepertinya hari ini kau terlihat tidak ingin diganggu ya," Zack mencelos dengan nada terkekeh lalu ia berjalan dengan membenarkan ransel yang ia bawa di pundak miliknya sembaring melihat kakaknya tersebut.

"Zack," panggil Delon dengan memanggil adik keduanya tersebut lalu tangan kanan miliknya membawa tas berwarna hitam.

Zack menoleh dengan wajah masam dan sinis lalu lirikan mata itu seakan-akan seperti mata seorang pembunuh berdarah dingin, "Ada apa?" tanyanya dengan nada ketus lalu Delon mendekat dan memegang bahu sebelah kiri Zack.

"Seperti katamu, aku akan memberikan minuman Blue Origin tersebut. Walaupun harganya fantastis tapi minuman itu untukmu. Kemungkinan sekarang aku akan langsung berangkat menuju Mexico," ucap Delon Matteo dengan tersenyum melirik ke arah adik keduanya Zack Matteo.

Zack hanya tersenyum culas dengan tersenyum ke arah kakaknya, tubuh bidang dengan rambut berwarna cokelat burgundy tersebut hanya bersikap dingin walaupun kakaknya tersebut berbicara bahkan ketika mereka berdua melewati beberapa pasukan militer markas besar california sekarang ini.

Angin berhembus dengan seiring baling-baling helikopter yang berputar di tengah lapangan markas besar militer california, Delon pun kini menaruh jaket mantel asli kulit miliknya di atas jas yang ia kenakan berwarna hitam. Sang asistant yang kini memasuki helikopter pun membawakan tas miliknya untuk bersiap menaiki helikopter JCf 87-xx1.

"Lain kali kau jangan terlambat, aku menunggumu sangat lama sehingga aku menemani adikku latihan menembak di markas besar militer, kau tahu jika kita akan ke Meksiko," ucapnya dengan melihat ke arah jendela helikopter bahkan ketika helikopter itu bersiap mengudara. Asistantnya pun kini hanya menyimak lalu terdiam dengan menyiapkan beberapa map untuk kebutuhan Delon di Meksiko. Bukan sifat Delon jika tidak memberikan kritik kepada karyawannya.

Suara baling-baling helikopter terdengar dengan penerbangan menuju Meksiko. Ini adalah keinginannya untuk membangun kota di daratan Meksiko dengan beberapa fasilitas mewah yang menjadi keinginan dan cita-citanya.

Berbeda dengan keberadaan saudara ketiga dari keluarga paling terkaya se-Amerika Serikat Keluarga Matteo, putra ketiga Keluarga Matteo saat ini berada di ruang kerja dengan memakai jas berwarna biru tua, tubuh bidang itu bersandar di salah satu kursi kerja miliknya lalu kedua jari di tangan kanan miliknya menyentuh kursor laptop dengan mengarahkan anak panah yang ada di layar laptop.

Kedua manik mata miliknya itu kini segaris menatap ke arah layar dan melihat beberapa data yang memang belum selesai ia selesaikan.

William kini mencoba merapikan data-data miliknya yang agak sedikit terlihat acak lalu ia pun mencoba merapikan data-data tersebut dengan penilaiannya.

"Laporannya sangat berantakan, bagaimana aku bisa presentasi jika seperti ini," ucap William dengan kedua matanya melirik ke kalender dekat dengan meja kerjanya. Ia pun melihat tanggal kalender yang berada di dekat meja tersebut dengan kembali melihat ke laptop miliknya. "Zack dan Delon sedang banyak pekerjaan. tidak mungkin jika aku meminta mereka membereskan data-data perusahaan ini," ucap William kembali dengan nada pelan bahkan ketika ia mencoba kembali menyelesaikan permasalahannya dengan data-data miliknya. Data-data milik perusahaannya terlihat acak dan ia membutuhkan waktu untuk menyelesaikannya, William yang kini mencoba kembali mengetik data-data penting perusahaan miliknya.

Kediaman Keluarga Nicole , U.S.A

Charles terlihat gelisah memikirkan putrinya dengan berdiri memperhatikan beberapa lukisan yang terpajang di dinding Mansion Keluarga Nicole, hari ini adalah hari dimana satu tahun Kate berpisah dengan kekasihnya William. Masih dengan perasaan cemas Charles pun memikirkan putri kesayangannya kembali sembaring melihat lukisan yang terpanjang di dinding Mansion Keluarga Nicole, Charles pun mencoba membujuk putrinya kembali dengan memikirkan cara untuk membuat Kate kembali tersenyum saat ini.

Rambut berwarna hitam dengan kulit putih kemerah-merahan dengan beberapa kulit keriputnya yang sudah menua. Tubuhnya tinggi tegap serta kekar dengan tinggi seratus delapan puluh sentimeter, Charles Nicole.

Suara tangis terisak kini terdengar disalah satu ruang kamar di Mansion tersebut, dengan interior design mewah berwarna merah muda. Kate kini duduk di dekat ranjang, Kate pun masih bersedih dengan hubungannya yang terpisah bersama kekasihnya,William. Ia sangat tahu bahwa kekasihnya memiliki rupa yang sempurna hingga keputusan William ia terima, Charles yang awalnya hanya memikirkan Kate lalu ia berkeliling Mansion Keluarga Nicole dan ia memasuki ruangan kamar putrinya. Charles mendekati putrinya yang saat ini memegang foto dirinya bersama William. pandangan mata Charles tak bisa berbohong, putrinya kembali bersedih dengan memikirkan William.

"Kate," panggil ayahnya dengan suara pelan bahkan suara itu membuat tangisan Kate berhenti lalu ia mengusap air mata di bagian pelipis wajahnya. Charles memanggil putrinya Kate yang kini duduk di dekat ranjang dengan memegang foto dirinya bersama William.

Dengan cepat Kate menaruh foto dirinya dan William di laci nakas yang berada dekat dengan ranjang miliknya lalu ia mencoba tersenyum ketika Charles memasuki kamarnya, Charles kini memperhatikan tingkah putrinya yang salah tingkah ketika Charles memasuki kamarnya dan perangai tubuhnya menyimpan perasaan sedihnya di hadapan Charles. Charles bahkan tahu jika perilaku Kate seolah-olah menunjukkan perasaan tak ingin melihat dirinya bersedih sebagai seorang ayah.

"Apa kau tidak ingin menambah jadwal aktifitas? Mungkin dengan menambah jadwal aktifitas kau tidak larut dalam kesedihan terus-menerus. Ayah sangat memahami kau sangat mencintai William," ucap Charles Nicole dengan duduk di sisi putrinya. dengan suara pelan dirinya mencoba menenangkan Kate. Wajah cantik itu terlihat dengan menperlihatkan kedua lesung pipit di senyuman Kate kepada Charles, Ia sangat cantik menuruni kecantikan ibunya. Tak heran jika banyak pria yang menginginkan Kate menjadi istri. Bahkan ketika Charles begitu bahagia melihat putrinya tersenyum dengan cantik, Kate memperhatikan Charles sesekali, Charles pun melihat lekat-lekat tatapan teduh ayahnya. senyuman itu tak mampu ia tahan dengan kembali menangis, Kate tak ingin berpura-pura bahagia di hadapan ayahnya saat ini. Ia kembali menangis dengan mengingat William. Pria itu begitu berharga bagi seorang Kate bahkan ketika banyak kenangan yang terlintas di pikiran seorang Kate, "maafkan aku ayah, tapi aku tidak bisa berpisah dari William. Padahal sudah setahun hubungan kami berakhir tetapi tetap saja hatiku selalu tertuju kepada William," ucap Kate dengan suara terbata-bata lalu air mata miliknya kembali terjatuh di hadapan Charles.

Helaan napas Charles terlihat dengan pandangan wajah dirinya yang memahami putrinya. Yang ia inginkan adalah melihat Kate selalu bahagia, Charles pun tak bisa memaksakan perasaan Kate kepada William. Walupun banyak pinangan yang datang kepada Kate tetap saja hati Kate selalu mencintai William.

Charles memeluk putrinya yang kini masih menangis. kedua matanya sembab dengan tangisannya yang lepas, di pelukan ayahnya. Kate melepas seluruh kesedihannya, bagi Kate ayahnya adalah segalanya. Sahabat terbaik yang ia miliki setelah ibunya.

Saat ini istri Charles berada di Inggris untuk melihat beberapa perkebunan keluarga, hanya dalam seminggu. Charles sengaja tidak ikut ke Inggris karena memang mengkhawatirkan Kate yang saat ini bersedih. Beberapa usaha Charles membuat Kate tersenyum pun selalu gagal karena Kate selalu menangis. Begitu berharganya William dimata putrinya, Kate.

"Jika William menginginkanmu kembali. kau harus mengatakan iya, jangan menolak. Kau juga harus menerima jika William memiliki banyak aktifitas, ia putra ketiga di keluarga terpandang dan kau jangan bersedih lagi, ibumu akan pulang dari Inggris dan kita akan piknik bersama. Ayah ingin kau makan siang setelah itu kembalilah beraktifitas, ayah paham kau bersedih. kau sangat mencintai William, jika berjodoh ayah yakin William akan selalu menjadi milikmu, Kate." ucap Charles dengan menepuk pelan putrinya. ia melirik ke salah satu asistant nya untuk menyiapkan beberapa makan siang untuk putrinya.

Charles meninggalkan Kate dengan menuju ke ruang keluarga, melihat foto Kate yang tersenyum bersama dirinya dan juga istrinya di dinding mansion lalu air mata Charles mengalir dengan ia mengingat wajah putrinya menangis sewaktu ia melihat putrinya bersedih menangisi kenangan bersama William. Charles mengusap kelopak matanya setelah melihat foto Kate di ruang keluarga lalu ia kembali berjalan melewati beberapa lukisan dan beberapa foto-foto yang terpajang di Mansion Keluarga Nicole.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status