Share

Bab 6 Pertemuan

Flavia menuju ke ruangan Bryan Adion. Karena ruangan atasannya di lantai atas, dia harus memakai lift terlebih dahulu untuk mencapai tempat tersebut. 

“Hai, Kak Eva.” Flavia menyapa sekretaris Bryan Adion.

“Hai, Fla.” Eva tersenyum. “Tidak perlu aku antar bukan?” tanyanya menggoda. Dia sudah tahu jika kedatangan Flavia untuk bertemu dengan atasannya. 

“Tidak perlu.” Flavia tersenyum. Langkahnya terus diayunkan masuk ke ruangan Bryan Adion. Sebelum masuk, dia mengetuk pintu terlebih dahulu. 

Daddy Bryan dan Bian yang sedang duduk di sofa, mengalihkan pandangan pada pintu ketika suara ketukan terdengar. Dari balik pintu terlihat seorang gadis masuk.

Bian terperangah ketika melihat seorang gadis cantik masuk. Kulit putih tampak begitu bersinar. Padahal, dia tahu jika Flavia adalah manager konstruksi. Artinya gadis itu sering keluar. Namun, bagaimana kulitnya bisa seputih itu jika dia sering ke lapangan. 

Flavia yang masuk melihat dua pria di dalam. Satu pria jelas dia tahu jika itu adalah Bryan Adion, satu lagi Flavia mencoba mengingat di mana gerangan dia bertemu dengan pria itu. 

“Ayo masuk.” Daddy Bryan mempersilakan Flavia untuk masuk. 

Flavia segera masuk ke ruangan Bryan Adion. Sambil terus memikirkan di mana gerangan dia melihat wajah anak Bryan Adion. 

“Bian kenalkan ini Flavia.” Daddy Bryan memperkenalkan anaknya. 

Bian segera berdiri. Mengulurkan tangannya pada Flavia. “Bian.” Dia memperkenalkan dirinya. 

Flavia menerima uluran tangan sambil tersenyum. “Flavia.” Dia melakukan hal yang sama. Memperkenalkan dirinya.

Ternyata wanita yang mendekati daddy cantik juga. 

Bian memuji Flavia dalam hatinya ketika melihat Flavia. Wajah Flavia semakin cantik ketika dilihat dari dekat. Jauh lebih cantik dibanding dilihatnya di laman sosial medianya. Matanya indah dihiasi dengan bulu mata lentik. Bibirnya yang tipis dan mungil membuat pikiran Bian melayang membayangkan jika pasti akan memberikan sensasi berbeda ketika dicium. 

“Bian, kamu akan bekerja sebagai asisten Flavia.” Daddy Bryan memberitahu anaknya. Tadi dia sudah menimbang-nimbang permintaan Bian yang meminta untuk mengurus proyek-proyek Adion. Karena itu, dia menempatkan sebagai asisten Flavia. Agar bisa mengawasi dan mengecek proyek-proyek yang sedang dilakukan oleh Adion. 

Bian yang sedang berada dalam pikirannya pun tersadar. Dia segera menjawab ucapan sang daddy. “Baik, Pak.” Bian memanggil dengan sebutan ‘Pak’, karena ini adalah lingkungan kantor. Sekali pun Bryan Adion adalah daddy-nya, dia adalah atasannya. 

Jika aku bersamanya, aku akan bisa mendekatinya. 

Bian merasa jika bersama dengan Flavia, dia akan bisa mengetahui hubungan daddy-nya dan gadis itu. Tentu saja itu akan sangat memudahkan dirinya.

Saat melihat Bian dari dekat, akhirnya Flavia ingat jika dia pernah bertemu di pernikahan Ghea. Pertemuan pertama itu memang sudah lama, dari pertemuan kedua ini. Jadi wajar jika dia tidak ingat. Waktu itu Flavia masih tinggal bersama papa dan mamanya yang merupakan tetangga El. Jadi dia datang ke pernikahan adik El tersebut. Flavia pun tersenyum ketika mengingat akan hal itu. 

Melihat senyum Flavia, Bian merasa aneh. Dia merasa jika gadis di depannya sedang memikirkan sesuatu. 

Flavia mengulurkan tangannya. Menjabat tangan Bian lagi. “Semoga kita bisa bekerja sama dengan baik.” 

Bian hanya memandangi tangan Flavia. Hingga akhirnya, dia menerima uluran tangan dari Flavia.

“Semoga kita jadi rekan yang sempurna dalam setiap proyek.” Bian menatap lekat pada Flavia. 

Flavia hanya tersenyum saja. Saat tangan terlepas, dia segera mengalihkan pandangan pada Bryan Adion. “Kalau begitu saya permisi dulu.” Flavia segera berlalu keluar dari ruangan Bryan. Senyumnya, menghiasi wajahnya ketika keluar dari ruangan atasannya itu. 

Senyum yang diberikan pada daddy berbeda. 

Satu hal yang menarik perhatian Bryan adalah ketika Flavia tersenyum pada sang daddy. Entah kenapa, dia merasa jika senyuman itu lain. Bian benar-benar curiga jika sang daddy ada hubungan dengan Flavia. 

“Apa kamu terpesona padanya?” tanya Daddy Bryan. 

Bian menatap sang daddy. “Tentu saja, gadis secantik itu pasti selalu membuat semua orang terpesona.” 

“Kamu benar, dia memang membuat semua orang terpesona.” Daddy Bryan tersenyum. 

Melihat senyum sang daddy, Bian kembali curiga. Ada binar bahagia ketika menjelaskan gadis yang baru saja keluar dari ruangan sang daddy. 

“Apa dia sudah lama bekerja di sini?” tanya Bian ketika kembali duduk. 

“Sudah lima tahun ini dia bekerja di sini.”

Bian yang mendengar cerita sang daddy, merasa jika lima tahun belakangan ini dia memang tidak pulang. Hanya sang daddy dan mommy yang sering datang ke London. Tentu saja itu membuat Bian tidak tahu banyak perkembangan di kantor Adion. 

“Dia anak yang cantik, baik, periang, dan juga pekerja keras.” Daddy Bryan memuji Flavia. 

Bian hanya bisa mengerutkan dahinya ketika sang daddy memuji. Karena jarang-jarang sang daddy memuji wanita lain. 

“Cantik jika tidak diimbangi dengan hati yang cantik untuk apa.” Bian mencibir ucapan sang daddy. Sedikit kesal karena sang daddy memuji sang wanita lain. 

Daddy Bryan tersenyum. “Kamu akan mengetahui sendiri seberapa cantik hatinya.” 

Bian hanya mencibirkan bibirnya. Masih tidak percaya dengan yang dikatakan oleh sang daddy. 

***

Bian memutuskan untuk bekerja besok pagi. Dia memang hanya datang untuk mengecek kantor dan bertemu dengan Flavia. Siang ini, Bian membuat janji dengan kakak-kakaknya untuk makan siang. Mereka akan makan siang bersama. Saat menuju ke lantai bawah, lift berhenti dan terbuka di dua lantai bawahnya. Ternyata ada seorang gadis yang sedang bersiap masuk. Gadis itu adalah Flavia. Entah kebetulan atau tidak, Bian bisa bertemu dengan Flavia. 

Flavia benar-benar terkejut ketika melihat Bian di dalam lift. Kebetulan, dia ingin ke lobi mengambil pesanan makanannya yang tidak bisa diantar sampai ke lantai atas. 

“Aku tidak menyangka jika akan bertemu lagi denganmu di sini.” Bian tersenyum ketika Flavia berdiri di sampingnya. 

“Sepertinya kamu akan sering melihat aku di sini.” Flavia tersenyum menyeringai. Jelas kelak mereka akan sering bertemu apalagi mereka akan berada di satu devisi. 

“Sepertinya akan menarik ketika berkerja sama dengan wanita cantik.” Bian yang berada tepat di samping Flavia berbisik tepat di telinga Flavia. 

Flavia menjauhkan tubuhnya. Cukup terkejut dengan apa yang sedang dilakukan oleh Bian. Mengingat jika Bian adalah orang yang baru dikenalkan, tetapi sudah berani main bisik-bisik. 

“Sepertinya akan menarik jika mengajari kamu cara profesionalitas kerja.” Flavia menatap tajam pada Bian. Dari sekali lihat saja, dia yakin sekali jika Bian bukan orang yang profesional. 

“Tentu saja aku menunggumu mengajarkan itu.” Bian menyeringai. 

Flavia hanya menatap kesal pada pria di hadapannya. Beruntung lift segera terbuka. Jadi paling tidak, dia bisa segera menjauh dari pria di depan itu. Dengan langkah cepat, Flavia keluar dari lift. Malas jika harus berlama-lama dengan Bian. 

“Beda sekali dengan daddy dan kakaknya.” Flavia merasa jika Bian sangat berbeda sekali dengan Bryan Adion dan Justin Elvaro. Dua pria itu sangat menghargai wanita. Flavia sering bertemu mereka. Jadi tentu saja dapat membedakan dengan jelas. 

Bian hanya menyeringai ketika melihat Flavia yang buru-buru keluar dari dalam lift. Dia merasa akan sangat menarik jika dia bekerja bersama dengan Flavia.

“Aku akan tunjukan seberapa menariknya jika kamu menggoda daddy.” Bian bergumam ketika melihat Flavia. Langkahnya diayunkan terus ke pintu lobi. Sambil matanya masih awas memerhatikan Flavia yang sedang berada di depan resepsionis. 

“Lihat-lihat anak Pak Bryan melihat ke sini.” Resepsionis begitu bersemangat sekali ketika Bian sedang mengalihkan pandangan ke mereka. 

Flavia yang melihat dua resepsionis yang begitu histeris hanya menggeleng heran. Sekali pun Bian tampan, pesonanya tidak membuatnya luluh. Di matanya, Bryan Adion masih menempati posisi utama. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status