Share

Bab 5 Ketampan

Pagi ini Bian tengah bersiap. Dia tidak mau membuang waktu begitu saja. Jadi dia memutuskan untuk langsung bekerja. Apalagi semalam dia melihat lipstik di jas milik sang daddy. Itu menguatkan jika memang ada yang terjadi pada Daddy Bryan dan juga Flavia.

Saat merasa penampilannya sudah rapi, Bian keluar. Bergabung dengan mommy dan daddy-nya untuk sarapan bersama.

“Bi, kamu mau ke mana?” Mommy Shea yang melihat anaknya dengan kemeja rapi pun bertanya. Dia merasa heran. Kenapa anaknya serapi ini pagi-pagi sekali.

“Bukankah aku sudah bilang jika aku akan bekerja di Adion Company?” Bian menjawab sambil menarik kursi dan mendudukkan tubuhnya di kursi. Ikut bergabung dengan mommy dan daddy yang sudah duduk di ruang makan.

“Kenapa cepat sekali? Kamu baru datang dua hari lalu. Paling tidak harusnya kamu istirahat dulu. Jalan-jalan dulu. Nikmati waktumu di sini lebih dulu.” Mommy Shea merasa anaknya terlalu cepat untuk bekerja. Jadi dia pun memberikan protesnya.

“Nanti jika aku liburan lebih dulu, dan bersantai-santai lebih dulu. Yang ada nanti aku malas bekerja, Ma. Jadi lebih baik, aku cepat bekerja.” Bian tersenyum. Sejujurnya bukan itu alasannya. Dia merasa jika harus segera melancarkan aksinya. Jadi tentu saja dia ingin segera bekerja.

“Itu bagus. Memang terkadang jika sudah terlalu lama bersantai, kita akan terlalu nyaman. Alhasil jadi malas bekerja. Jadi lebih baik secepatnya bekerja.” Daddy Bryan setuju dengan pendapat anaknya.

“Anak dan daddy-nya sama saja.” Mommy Shea tidak dapat mengelak lagi. Mengingat akhirnya anak dan ayah saling dukung. Dia harus rela melepaskan anaknya untuk bekerja secepatnya. Padahal dia ingin anaknya di rumah dulu. Menikmati waktu. Memakan masakannya saat siang.

***

Bian dan Daddy Bryan sampai di kantor. Saat masuk lobi kantor semua orang menyapa. Bian mengedarkan pandangannya. Mencari keberadaan Flavia. Berharap bertemu dengan gadis itu saat menuju ke ruangan sang daddy. Sayangnya, tidak ada penampakan gadis itu saat datang. Yang ada hanya karyawan-karyawan yang asyik menyapa Bian dan sang daddy.

“Kamu seperti mencari seseorang.” Daddy Bryan merasa Bian sedang memerhatikan ke sana ke mari sejak datang. Apalagi saat masuk dia memperhatikan orang-orang yang menyapa.

“Aku tidak mencari siapa-siapa. Hanya memerhatikan apa yang ada di kantor ini. Aku harus terbiasa dengan suasana kantor baru ‘kan?” Bian tersenyum. Menutupi keinginannya sesungguhnya.

Daddy Bryan hanya mengangguk saja.

Mereka berdua segera ke ruangan Daddy Bryan. Di sana, Daddy Bryan menjelaskan jika sedang membuat Hotel Davis di luar kota. Hotel ini beberapa kali ada masalah dengan pengerjaannya. Jadi Daddy Bryan sering mengeceknya. Bian pun mempelajari proyek-proyek yang sedang dikerjakan oleh Adion Company. Paling tidak, dia harus mengerti dulu apa saja proyek perusahaan.

***

“Apa kalian tidak bisa mengerjakan dengan benar?” Seorang gadis bertanya ketika berada ada di ruang rapat. Suaranya sedikit meninggi ketika pertanyaan itu terlontar. Ketika gadis cantik itu marah, semua staf terdiam. Mereka takut jika gadis itu sudah marah.

“Kami akan selesaikan ini, Bu.” Seorang teknis sipil menjawab.

“Baiklah, cepat kerjakan. Saya tidak mau ada kesalahan lagi dalam perhitungan kali ini.”

“Baik, Bu.”

Akhirnya rapat selesai. Mereka semua keluar dari ruang rapat. Flavia yang baru saja memimpin rapat juga turut hadir. Wajah garangnya seketika berubah ketika keluar dari ruang rapat. Senyuman kembali menghiasi wajah cantiknya itu.

“Lihatlah, aku seperti melihat dua kepribadian.” Anika mengomentari Flavia.

Gadis bernama Flavia Claire itu hanya bisa tersenyum ketika temannya menggodanya. Jika tadi dia bisa marah dan membentak. seketika Flavia berubah ketika keluar dari ruangan. Dia menjadi seorang gadis periang seperti orang-orang pada umumnya. Jadi tentu saja itu membuat orang-orang heran. Karena dalam hitungan detik bisa berubah. Seperti orang yang memiliki dua kepribadian.

“Itu namanya profesionalitas kerja. Jika aku bersikap manis saat kalian salah, yang ada kalian-kalian akan seenaknya bekerja.” Flavia menjawab dengan senyuman yang menghiasi wajahnya. Senyuman manis itu semakin membuat Flavia cantik.

Flavia memang terkenal tegas. Dia tidak pandang bulu ketika memaki-maki bawahnya jika salah, tetapi dia akan bersikap biasa saja ketika sudah tidak menyangkut pekerjaan. Selalu bisa menempatkan diri.

Flavia masuk ke ruangannya diikuti oleh Anika. Anika membawakan beberapa berkas yang tadi diserahkan staf pada Flavia. Setelah rapat, Flavia berniat untuk mengecek laporan yang dibuat para staf.

“Apa kamu tahu, tadi pagi Pak Bryan datang dengan anaknya ke kantor?” Anika menatap Flavia sambil meletakkan berkas-berkas di atas meja.

“Mana aku tahu. Aku datang lebih awal pagi ini.” Flavia menjawab sambil mendudukkan tubuhnya di kursi.

“Sayang sekali. Padahal semua orang heboh setelah melihat anak dari Pak Bryan. Mereka semua langsung terpesona dengan anak Pak Bryan. Aku merasa lebih tampan anak Pak Bryan yang ini, dibanding dengan Pak Justin.” Anika memberikan komentarnya pada paras Bian. Membandingkan dengan kakaknya yang sering datang ke kantor Adion.

“Setampan apa pun anaknya, tetap tidak akan bisa mengalahkan ketampanan daddy-nya. Lihatlah Pak Bryan. Di usia yang sudah memasuki enam puluh tahun, tetapi dia masih tampak tampan dan gagah. Itu artinya di jaman muda, dia jauh lebih tampan.” Alih-alih terpesona dengan El, Flavia tetap terpesona dengan Bryan Adion. Baginya, Bryan Adion adalah pria yang tampan yang pernah dia lihat. Walaupun wajahnya sudah menua dimakan usia, tetap saja memancarkan aura ketampanan.

“Kamu belum tahu saja anak bungsunya setampan apa. Setelah kamu tahu, kamu akan bilang anaknya lebih tampan dari daddy-nya.

“Sekali pun aku melihat anaknya, pandanganku tetap tidak akan berubah.” Flavia tersenyum. Dia masih dengan pendapatnya.

Anika hanya menatap malas pada temanya itu. Dia tahu jika temannya itu sangat terobsesi dengan pemilik perusahaan ini.

“Sudah, aku mau kerja.” Flavia mengusir temannya itu.

“Baiklah.” Anika segera berbalik, meninggalkan ruangan Flavia.

Flavia kembali mengerjakan pekerjaanya. Gadis tiga puluh tahu itu memang adalah seorang yang pekerja keras. Di usianya yang cukup matang, dia masih sibuk dengan pekerjaanya. Padahal di luar sana, teman-temannya sudah menikah dan memiliki anak. Namun, Flavia selalu menikmati setiap proses hidupnya. Tidak mau memaksakan jika memang belum berjodoh dengan siapa pun.

Saat sedang sibuk bekerja, tiba-tiba telepon di atas mejanya berdering. Flavia yang masih fokus pada laptopnya segera mengalihkan pandangan. Dengan gerakan cepat, dia mengangkat gagang telepon.

“Halo, Flavia.”

Flavia sudah hapal dengan suara itu. Suara siapa lagi jika bukan suara Bryan Adion. “Iya, Pak Bryan.

“Bisakah kamu ke ruanganku?” tanya Bryan di seberang sana.

“Bisa, Pak. Segera saya akan ke sana.” Flavia berbinar. Senang akan bertemu dengan Bryan Adion.

“Baiklah, aku tunggu.”

“Baik, Pak.” Flavia segera mematikan telepon. Tak lupa dia mematikan laptopnya. Dengan langkah percaya diri, dia segera pergi keluar dari ruangannya. Menuju ke ruangan Bryan Adion yang berada di lantai atas.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
siti yulianti
hmmm awas aja jd pelakor
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status