Bian memutuskan pulang setelah mendapat kabar jika sang daddy dekat dengan seorang gadis muda. Flavia Claire gadis yang digosipkan dengan sang daddy. Bian memutuskan untuk bekerja di Adion Company. Berencana mencari tahu tentang Flavia. Dia memilih menjadi asisten Flavia. Menjadi partner, mengerjakan satu proyek pembangun hotel. Sayangnya, Bian harus terjebak dengan pesona Flavia. Bagaimana kisah mereka? Baca kelanjutannya di Perfect Partner.
Lihat lebih banyakSuara pesan masuk ke ponsel Bian. Suara itu mengusiknya. Waktu masih menunjukan jam lima waktu London. Namun, pesan di ponsel Bian sudah berisik sekali. Tentu saja Bian tahu jika itu adalah ulah sang kakak. Jika ini jam lima di London. Artinya di Indonesia jam dua belas. Selisih tujuh jam.
Suara pesan yang mengusiknya itu membuat Bian akhirnya meraih ponsel di nakasnya. Dia ingin melihat pesan apa sebenarnya yang dikirim kakak-kakaknya itu. Saat membuka pesan sebuah pesan gambar yang terlihat di ponselnya. Walaupun foto diambil dari kejauhan, tetapi Bian tahu siapa orang di dalam foto itu.Cia:Siapa itu?Retta:Fotonya tidak jelas, kak.Bian:Itu Daddy.Cia:Daddy siap?Bian:Daddy BryanGhea:Dengan siapa Daddy Bryan?El:Ternyata gosip yang beredar benar.Al:Aku pikir hanya gosip saja.Bian:Jadi kalian tahu siapa wanita ini?El:Ini masih gosip. Ada gosip yang beredar daddy menjalin hubungan dengan manager konstruksi di Adion Company.Bian:Gosip adalah fakta yang tertunda.Ghea:Ini masih gosip. Kita harus cari tahu dulu.Freya:Kalau itu fakta bagaimana? Pasti mommy akan sedih.Bian:Aku tidak akan biarkan mommy sedih.Shera:@Bian lalu kamu mau apa?Bian:Aku akan pulang untuk mencari tahu kebenarannya.Grup chat menjadi ramai ketika foto Daddy Bryan yang dikirim Shera-istri sepupu Bian. Shera yang kebetulan sedang makan siang di restoran melihat mertuanya bersama dengan seorang wanita. Tentu saja dia langsung melempar info itu ke grup chat keluarga yang berisi kakak, adik, dan iparnya.Bian yang melihat foto itu geram. Kata orang, gosip adalah fakta yang tertunda. Sekali pun masih gosip, ada ketakutan di hati Bian jika semuanya akan menjadi fakta. Melihat sang daddy bersama seorang gadis muda, jelas itu akan sangat menyakitkan bagi sang mommy. Jadi sebelum hal gosip itu menjadi fakta, dia harus berbuat sesuatu.Bian tahu jika sang daddy begitu setia pada sang mommy. Begitu sayang dan cinta pada sang mommy. Jadi sudah bisa dipastikan jika gadis muda itu yang menggoda. Wanita muda jaman sekarang maunya instan. Menggoda pria beristri agar dapat kemewahan tanpa bekerja keras. Begitulah pikiran Bian saat ini.Pria bernama lengkap Nolan Fabian itu akhirnya memutuskan untuk kembali ke Indonesia. Dia ingin mencari tahu sejauh apa hubungan sang daddy dengan wanita muda itu. Berharap sang daddy bisa terlepas dari jerat wanita lain.***Bian mengemasi pakaiannya. Kemarin dia sudah menyelesaikan pengunduran dirinya. Pria yang kini berusia tiga puluh tahun itu, selama ini bekerja di perusahaan milik kakaknya yang berada di London. Sebenarnya sejak lama orang tuanya minta untuk dirinya untuk pulang. Akan tetapi, dia masih nyaman tinggal di negeri orang. Tentu saja dengan segala kebebasan yang ada.Jika buah tak jauh dari pohonnya, mungkin istilah itu pas untuk Bian. Karena kelakuannya hampir sama dengan sang daddy. Pria blasteran Indonesia-Inggris itu memang suka sekali bermain dengan wanita. Berganti pacar untuk memenuhi keinginan duniawinya. Tinggal di luar negeri dengan gaya bebas, tentu saja membuatnya menikmati kehidupan. Menurut Bian, masa muda harus dinikmati.Bian berprinsip jika suka sama suka dan tidak ada yang dirugikan. Jadi kenapa tidak? Lagi pula jika wanita tidak keberatan, artinya dia tidak menyakiti wanita. Begitulah cara Bian mengartikan pesan sang mommy. Sang mommy selalu berpesan untuk tidak boleh menyakiti wanita. Jadi jika sesuatu dilakukan atas dasar suka, maka tidak akan ada yang tersakiti.Saat semua sudah siap, Bian segera menuju ke Bandara. Bian sudah merencanakan banyak hal di kepalanya. Apa saja yang harus dilakukan nanti dengan masalah ini. Rasanya tidak sabar untuk melihat wanita seperti apa yang berani menggoda sang daddy.“Jika dia sedang bermain-main dengan keluarga Adion, maka dia harus berhadapan denganku.”Sebagai anak bungsu keluarga Adion, Bian akan menjadi penerus bisnis keluarga. Sang kakak sudah memilih jalan masing-masing. Kakak pertamanya memilih membangun bisnis baru sendiri, sedangkan kakak keduanya memilih menjadi dokter. Jadi tentu saja bisnis keluarga akan jatuh padanya. Karena itu, Bian tidak akan melepaskan siapa pun yang akan mengusik kehidupan keluarganya.***Bian sampai di bandara internasional. Perjalanan selamat tujuh belas jam akhirnya mengantarkannya pada tujuan. Saat sampai Bian merasakan perbedaan cuaca yang begitu drastis. Kebetulan di London sedang musim dingin, jadi jelas cuaca di sana sangat dingin. Suhu rendah pada hari-hari biasa berkisar lima derajat celcius dan tertinggi sembilan derajat celcius. Walaupun di Indonesia sudah masuk musim penghujan, tetap saja udara tetap terasa panas baginya. Untuk hal ini, Bian mesti beradaptasi lagi.Bian berjalan sambil menarik kopernya untuk mencari kakaknya yang menjemput. Kemarin, dia sudah mengabari jika akan pulang. Sang kakak sudah berjanji akan menjemputnya di bandara.Bian terus mengayunkan langkanya. Kacamata hitam yang bertengger di hidungnya, menutupi matanya yang tampak lelah karena penerbangan. Namun, kacamata itu justru membuat penampilannya semakin terlihat keren.Bian mengedarkan pandangan kembali. Mencari keberadaan kakaknya. Sayangnya, dia tidak mendapatkan kakaknya di mana-mana. Entah kakaknya benar-benar akan menjemputnya atau tidak. Dia memilih berdiri sambil menunggu sang kakak.Sekitar lima belas menit tidak ada penampakan sang kakak. Hal itu membuat Bian akhirnya memutuskan untuk mengambil ponselnya di dalam kantung celananya. Berniat menghubungi kakaknya.“Uncle Bian”Suara panggilan namanya terdengar ketika Bian sedang hendak mengambil ponselnya. Bian yang mendengar akan hal itu segera mengalihkan pandangan pada sumber suara, dan mendapati keponakannya di sana. Mereka sedang berlari menghampirinya. Dengan segera Bian mengurungkan niatnya mengambil ponselnya.Bian berjongkok dan merentangkan tangannya. Menyambut dua keponakan tampannya yang sedang berlari ke arahnya.“Keponakan Uncle.” Saat tubuh dua jagoan itu masuk ke dalam pelukannya, Bian langsung memeluk.Kean dan Lean adalah anak dari kakak Bian-Elvaro atau biasa dipanggil El. Anak laki-laki yang kini berusia tujuh tahun itu kembar. Jadi mereka terlihat begitu mirip. Keduanya begitu bersemangat sekali bertemu dengan pamannya.“Sudah lama menunggu?” El menatap sang adik.Bian menatap kakaknya sambil perlahan melepaskan pelukannya. Di balik kacamata hitamnya, dia menatap malas sang kakak. “Sudah cukup lama.” Dia perlahan berdiri.El langsung tertawa. “Mereka mau ikut tadi. Jadi terpaksa aku harus menunggu mereka bersiap.” El menatap kedua putra kembarnya itu. Yang menjadi alasannya terlambat menjemput.“Jadi kalian yang membuat daddy lama menjemput Uncle?” Bian langsung menggeletik dua keponakannya itu.Kean dan Lean tertawa. Mereka berusaha melarikan diri dan bersembunyi di belakang tubuh sang daddy. Bian tersenyum melihat aksi keponakannya itu.“Ayo kita pulang.” El menatap sang adik.“Baiklah.” Bian kembali menarik kopernya. Berjalan menuju ke mobil sang kakak.“Kita ke rumahku dulu. Semua akan ke sana sore ini.” El yang berjalan sejajar dengan adiknya menoleh pada anaknya itu.“Oke.” Bian mengangguk. Mereka semua memang akan berkumpul untuk merencanakan apa yang harus dilakukan untuk mengungkap gosip yang sedang beredar.Bayi Flavia dan Bian masih di ruang NICU karena mereka masih perlu perawatan. Mengingat berat badan mereka masih begitu kecil. Flavia sendiri sudah belajar bangun paska operasi. Dia semangat melakukan itu semua karena ingin segera bertemu dengan anak-anaknya. Flavia pergi ke ruang NICU diantar oleh Bian. Dia duduk di kursi roda didorong oleh suaminya. Flavia ingin menyusui anak-anaknya. Tidak hanya sendiri, Flavia bersama dengan papanya, mertuanya, kakak, dan bibi dan paman mertuanya. Mereka semua melihat anak-anak Flavia dan Bian lebih dulu dari balik kaca. Tiga anak sedang pulas tertidur. Hal itu membuat mereka begitu gemas sekali. “Kalian sudah punya nama?” Mommy Shea menatap Flavia dan Bian. “Sudah Ma.” Flavia mengangguk. “Siapa?” Daddy Bryan begitu penasaran sekali dengan nama cucunya.“Si sulung, namanya Nathan Fabio Adion.” Karena anak laki-lakinya lahir pertama, jadi Bian menyebutnya sulung. “Itu yang bibirnya tebal namanya Fiorenza Claire Adion.” Bian menunjuk satu anak
Bian mengajak Flavia keliling komplek. Kebetulan sore hari. Cuaca tidak terlalu panas, jadi enak untuk berkeliling komplek. “Apa kamu suka?” Bian menoleh sejenak pada sang istri. “Tentu saja aku suka. Ternyata seru sekali.” Flavia begitu berbinar menikmati perjalanan. Angin yang bertiup sepoi-sepoi begitu nikmat sekali. “Kapan lagi kita berlima bisa naik motor ini. Nanti jika anak-anak lahir. Aku rasa hanya cukup mereka bertiga.” Bian tertawa. “Iya, satu di sana, dan dua di sini.” Flavia menunjuk tempat duduk di belakang Bian.“Iya, pasti seru membawa mereka bertiga keliling komplek bersama.” Bian sudah membayangkan akan seseru apa nanti kehidupan mereka dengan tiga anak. Bian dan Flavia menikmati perjalanannya keliling komplek. Bian melihat wajah sang istri yang benar-benar berbinar. Tidak sia-sia akhirnya Bian membelikan motor. Walaupun entah kapan akan dipakai lagi. Puas berkeliling-keliling. Akhirnya mereka kembali ke rumah. Bian membantu Flavia untuk turun dari motor. Tanga
Flavia mengukur perutnya yang sudah semakin membesar. Flavia selalu mencatat berapa ukuran perutnya. Tak hanya itu, dia mengambil foto setiap perkembangan besar perutnya. Itu akan dipakainya untuk dokumentasi.Bian yang masuk ke kamar melihat sang istri yang sedang asyik mengukur perutnya. Rasanya gemas sekali melihat istrinya. Bian menghampiri sang istri. Memeluk dari belakang. “Tanganku sepertinya tidak muat untuk memeluk.” Perut Flavia yang besar membuat Bian kesulitan.“Iya, ternyata besar sekali perutku.” Flavia sendiri merasa jika yang dikatakan sang suami benar. “Dengar, nanti kamu harus duduk diam saja. Aku yang akan memilih.” Rencananya hari ini Bian, Flavia, dan keluarga akan memilihkan baju untuk anak mereka. Mengingat usia kandungan cukup besar, sebenarnya Bian tidak tega untuk membiarkan sang istri memilih baju untuk anak mereka. “Baiklah, aku akan diam saja nanti di sana. Duduk manis, dan membiarkan kalian untuk memilih.” Flavia tersenyum. Dia juga tidak yakin jika ak
Kehamilan Flavia sudah mencapai enam bulan. Perut Flavia semakin besar. Ukurannya tidak seperti orang hamil pada umumnya. Itu karena di dalam kandungan Flavia ada tiga janin yang tumbuh. Hari ini Flavia akan mengecek kandungannya. Bulan ini rencananya mereka akan mengecek jenis kelamin, karena dua kali pemeriksaan tidak terlihat. Seperti biasa Bian dan Flavia tidak sendiri. Ada mommy, daddy, dan kakak-kakak mereka. Yang penasaran tidak hanya Flavia dan Bian saja. “Setelah ini kira-kira siapa lagi yang akan kita antar untuk ke rumah sakit memeriksakan kandungan?” Mommy Shea menatap anak-anaknya. Semua kakak Bian langsung menggeleng. Karena tidak ada dari mereka yang berniat memiliki anak lagi. Tentu saja Flavia dan Bian adalah yang terakhir diantar oleh keluarga saat memeriksakan kandungan. Tentu saja itu membuat mereka semua memanfaatkan waktu sebaik mungkin. Mama Lyra sudah menunggu di ruang pemeriksaan. Segera Flavia melakukan pemeriksaan. Mama Lyra segera mengecek keadaan janin
Tidak ada makanan sama sekali di lemari pendingin. Hal itu membuat Bian bingung apa yang bisa dimakan sang istri malam-malam seperti ini.“Bagaimana jika kita ke restoran cepat saja? Mereka buka dua puluh empat jam. Jadi aku rasa kita bisa beli makanan di sana.” Bian pun memberikan ide.“Aku mau.” Sudah hampir sebulan ini Flavia di rumah. Berkutat di rumah terus. Walaupun ada keponakannya, tetap saja dia bosan. Jadi saat diajak keluar, tentu saja dia merasa senang.“Baiklah, kita ambil baju hangat dulu.” Bian mengajak sang istri untuk segera ke kamarnya.Bian dan Flavia menggunakan mobil untuk ke restoran cepat saja. Jalanan begitu lengang sekali. Mengingat sudah malam. Flavia benar-benar senang sekali. Akhirnya setelah sekian lama dia bisa keluar dari rumah, dan lebih menyenangkan adalah melihat suasana luar.“Kamu senang sekali.” Bian melihat jelas sang istri yang begitu senangnya.“Iya, kamu tahu bukan jika aku sudah sebulan jadi tahanan.” Flavia dengan wajah polosnya menatap Bian.
Mama Lyra segera melakukan tindakan untuk menolong Flavia. Beruntung pendarahan dapat diatasi. Setelah pendarahan dapat diatasi, Mama Lyra meminta perawat untuk membawa ke ruangan USG. Dia ingin memastikan keadaan kandungan Flavia. Bian senantiasa menemani Flavia.Mama Lyra memeriksa kandungan Flavia lewat layar USG. Tubuh Flavia yang lemas hanya pasrah saja ketika Mama Lyra melakukan pemeriksaan.Mama Lyra membulatkan matanya ketika melihat kandungan Flavia. Hal itu membuat Bian begitu panik.“Ma, ada apa?” tanya Bian. “Apa anakku kenapa-kenapa?” Bian benar-benar khawatir sekali.“Ada tiga janin di dalam kandungan Flavia.” Mama Lyra menatap Bian. Kemarin dia tidak melihat. Jadi kali ini dia cukup terkejut.Bian membulatkan matanya. Anaknya tidak lagi kembar dua saja, seperti kakaknya, tetapi tiga. Tentu saja itu membuatnya begitu terkejut.“Sayang, anak kita ada tiga.” Bian meraih tangan Flavia. Memberitahu sang istri. Kebetulan saat dibawa ke ruang USG Flavia tersadar.Flavia tidak
“Aku sudah mencari informasi dari internet, dan sepertinya tidak boleh.” Flavia tadi sempat mencari informasi apa saja yang tidak boleh dilakukan saat hamil muda. Dan dia menemukan hal itu. Apalagi jika bukan larangan untuk berhubungan suami istri. Bian mengembuskan napasnya. “Aku akan coba tanya Kak Dean saja. Agar lebih percaya.” Dia masih tidak percaya. Karena itu dia memilih untuk menghubungi kakak sepupunya itu. Bian segera bangun dari posisi tidurnya. Hal yang pertama dilakukannya adalah mengambil ponselnya. Kemudian, menghubungi Dean. “Halo, Bi.” Suara Dean dari seberang sana terdengar. “Kak, aku mau tanya?” “Tanya apa?” Dean di seberang sana bertanya. “Apa saat hamil muda tidak boleh melakukan hal intim?” Bian tanpa basa-basi bertanya. “Tentu saja tidak disarankan ketika hamil muda. Karena itu berisiko untuk kehamilan.” Dean berada di sana menjelaskan. Bian harus kecewa. Karena ternyata tidak boleh. “Baiklah. Terima kasih, Kak.” “Sama-sama, Bi.” Sambungan telepon ter
“Sebaiknya kamu istirahat saja.” Bian menarik selimut untuk menutupi tubuh Flavia.Bian dan Flavia memutuskan untuk segera pulang setelah makan siang bersama para ibu Mengingat Flavia kelelahan setelah perjalanan dari proyek, tentu saja Bian tidak akan membiarkan.Flavia mengangguk. Dia memang cukup kelelahan, padahal di dalam perjalanan pulang tadi pagi, dia juga sempat tertidur. Namun, tubuhnya seolah tetap saja kelelahan.“Aku akan rapikan barang-barang kita dulu.” Bian mendaratkan kecupan di dahi sang istri.Tidak ada asisten rumah tangga di apartemen Bian. Karena itu Bian mengerjakan sendiri. Dia akan me-laundry semua pakaiannya. Bian terbiasa tinggal sendiri sewaktu di luar negeri. Jadi tentu saja itu membuatnya tidak kesulitan dalam mengerjakan pekerjaan rumah.Suara bel yang terdengar di tengah-tengah Bian yang sedang asyik merapikan semua pekerjaanya, membuatnya segera beralih ke pintu apartemennya melihat siapa gerangan yang datang.“Mommy.” Bian melihat sang mommy datang ke
Bian duduk di kursi belakang bersama dengan Flavia. Menemani sang istri. Wajah Flavia begitu pucat sekali. Hal itu membuat Bian begitu panik sekali. Bian menyesali keputusannya yang setuju dengan sang istri mengunjungi proyek. Jika seperti ini, dia akan memilih untuk di rumah saja. Akhirnya, mobil sampai di rumah sakit. Mereka sampai di ruang unit gawat darurat. Perawat langsung menyambut Flavia dan Bian. Perawat meminta Bian untuk memindahkan ke brankar, tetapi Bian menolak. Dia memilih menggendong tubuh sang istri masuk ke ruang perawatan. Perawat segera mengecek keadaan Flavia. Mereka segera memasang infus, karena Flavia tidak sadarkan diri. Dokter jaga segera mengecek keadaan Flavia. “Apa yang dirasakan pasien?” Dokter bertanya pada Bian.“Tadi pagi istri saya mual, pusing, dan siang ini tiba-tiba pingsan.” Bian menjelaskan pada dokter. “Bu, apa dengar suara saya.” Dokter memanggil Flavia. Flavia membuka matanya ketika samar-samar mendengar suara. Dilihatnya langit-langit ber
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen